Waspada, Pendukung ISIS Rawan Menyusup di Demo 4 November

Pengamat terorisme dan intelijen dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib menilai demonstrasi 4 November nanti rawan disusupi lone wolf.

Editor: fitriadi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ribuan umat Islam yang tergabung dalam berbagai elemen melakukan longmarch menuju Bareskrim Mabes Polri di Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, Jumat (14/10/2016). Dalam aksinya mereka menuntut pihak kepolisian memproses Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) secara hukum yang diduga melakukan penistaan agama. 

BANGKAPOS.COM, JAKARTA - Sejumlah organisasi masyarakat akan menggelar demonstrasi pada 4 November 2016.

Aksi itu terkait dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Aksi unjuk rasa 4 November nanti diperkirakan akan dihadiri ratusan ribu orang.

Polisi dan TNI juga mempersiapkan ribuan pasukan untuk mengamankan aksi tersebut.

Pengamat terorisme dan intelijen dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib menilai demonstrasi itu rawan disusupi lone wolf.

"Aksinya saya duga akan damai. Peserta aksi yang asli akan tertib. Tapi yang bahaya itu penyusup, lone wolf, " ujar Ridlwan kepada Tribunnews.com, Selasa (1/11/2016).

Baca: Jokowi Tuding Ada Kelompok yang Ingin Goyang Persatuan Indonesia

Baca: JK Sebut Pemerintah Siap Dengar Tuntutan Pendemo

Baca: SBY Turun Gunung Bahas Aksi 4 November, Wapres Justru Tak Khawatir

Baca: Ini Maklumat Kapolda Metro Jaya untuk Aksi 4 November

Serangan lone wolf karakternya susah diprediksi.

Jenis senjatanya juga bisa sangat sederhana.

"Sebuah pisau lipat saja bisa menjadi senjata sangat berbahaya kalau dilakukan secara nekad dan penuh keyakinan," ujarnya.

Ridlwan menjelaskan, di channel komunikasi telegram tertutup, pendukung ISIS juga menyambut demo ini dengan antusias.

"Pertanyaannya, mampukah pimpinan-pimpinan laskar mengendalikan semua anggota dari penyusup, " ujar alumni S2 Kajian Intelijen UI itu.

Lantas, kelompok mana yang potensial melakukan serangan? Menurut Ridlwan, pasti bukan dari peserta resmi demonstrasi.

"Kelompok yang perlu diwaspadai justru bukan yang tercatat. Misalnya simpatisan ISIS maupun simpatisan AlQaeda yang ada di Indonesia, " katanya.

Ridlwan mengingatkan tren serangan ISIS sekarang dilakukan anak muda yang belajar mandiri di internet.

"Misalnya serangan di Medan dan yang terakhir serangan Sultan Aziansyah di Cikokol," ujar Ridlwan.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved