Kisah 3 Maret 1924, Sejarah Runtuhnya Khalifah Islam 94 Tahun Lalu, Tepat Hari Ini
"Kami tidak akan menjual banyak tanah Palestina karena tanah tersebut bukan milik saya, tapi milik umat Islam. Mereka mendapatkan tanah..."
MUNGKIN sebagian besar umat Islam masih ada yang mengingat mengenai sejarah 3 Maret 1924, atau sebaliknya?.
Ya, tanggal 3 Maret 1924 menjadi sebuah kenangan hitam bagi umat Islam dengan jatuhnya sistem kekhalifahan Islam yang berabad-abad.
Baca: 7 Fakta Unik Albert Einstein yang Belum Terungkap, dari Menolak Jadi Presiden hingga Otak Dicuri
Diceritakan, Sultan Abdul Hamid II telah berusaha untuk mempertahankan Kekaisaran Islam Turki yang sedang ditekan dari kekuatan Eropa lainnya, dan ditambah dengan tingginya hutang pemerintah pada saat itu.
Baca: Ketahuan Punya Wanita Simpanan, Pria Ini Pukul Istri Sah, Tapi Malah Kena Hal Tak Terduga Ini
Selama masa pemerintahannya, pemimpin utama Zionis, Theodore Herzl, mendatangi Sultan Abdul Hamid II dengan hormat, membungkuk dan mencium tangannya.
Herzl meminta dia untuk mengizinkan orang-orang Yahudi yang pergi dari Eropa untuk membangun pemukiman di Palestina dengan menawarkan emas senilai 150 juta pound.
Baca: Jokowi Latih Tinju, Fahri Malah Usul Bagaimana Kalau Kita Adu Sama Mantan Danjen Kopasus? 2019
Namun, tawaran tersebut ditolak Sultan Abdul Hamid II.
"Kami tidak akan menjual banyak tanah Palestina karena tanah tersebut bukan milik saya, tapi milik umat Islam. Mereka mendapatkan tanah ini dengan darah," kata Sultan Abdul Hamid II kepada Theodor Herzl.
"Simpan saja uangmu. Anda akan mendapatkan Palestina secara gratis jika kerajaan ini musnah. Selama saya masih hidup, saya tidak akan membiarkan itu terjadi," tegasnya lagi.
Baca: Widi Akhirnya Beberkan Fakta yang Terjadi di Brownis Usai Curahkan Kekecewaannya, Ini Isinya
Pendirian Sultan Abdul Hamid II telah menyebabkan Zionis marah dan tidak tinggal diam.
Baca: Foto Pernikahan Ibunda Nagita Slavina Ini Akhirnya Beredar di Media Sosial, Netter: Wah Papa Baru
Sultan Abdul Hamid II digulingkan takhtanya dalam peristiwa berdarah sebelum digantikan oleh khalifah Sultan Mehmed V, Sultan Mehmed VI dan Sultan Abd-ul-Mejid II yang hanya sebagai boneka.
