Model Cantik Simpanan Najib Razak Hangus Dibom Karena Diduga Tahu Skandal Korupsi

Altantuya tewas ketika para suruhan Najib Razak itu menggunakan bom C4, sehingga tubuhnya tidak bisa ditemukan

Editor: fitriadi
Kolase Tribunnews.com
Altantuya Shaaribuu 

BANGKAPOS.COM - Seorang rekan dekat bekas Perdana Menteri, Najib Razak telah dituduh di Prancis atas dugaan suap dalam penjualan kapal selam 2002 ke Malaysia.

Kasus terungkap berkat pengusutan di Prancis itu berimbas pada sosok Altantuya,  seorang model seksi berdarah Mongolia.

Dia dikabarkan merupakan wanita simpanan yang diketahui tewas dibunuh oleh orang dekat Najib Razak. 

Model seksi itu diculik, kemudian dia ditembak dua kali di daerah Shah Alam. 

Baca: Inilah Sosok Altantuya Shariibuu, Pacar Gelap Najib Razak yang Dibunuh Lalu Tubuhnya Diledakkan

Diduga,  Altantuya  tewas ketika para suruhan Najib Razak itu menggunakan bom C4, sehingga tubuhnya tidak bisa ditemukan,  tanpa bekas kecuali hanya debu menghitam. 

Kasus pembunuhan itu belum lagi terungkap karena Najib Razak masih berkuasa. 

Kasus Altantuya terus menghantui Malaysia dan sejumlah media sudah mengulas kisahnya,  tapi belum benar-benar mengungkap kasusnya. 

Bekas orang suruhan Najib Razak,  yang menghabisi Altantuya,  sekarang,  masih   sebagai pelarian di Australia. 

Dia kabur ke Australia dan menyatakan bersedia bekerja sama untuk mengungkapkan pembunuhan yang dialami Altantuya

Syaratnya,  dia minta direhabilitasi karena dirinya hanya menjalankan perintah pembunuhan tersebut. 

Baca: 5 Fakta Terbaru Pelaku Pembunuhan Rosalia, Cemburu hingga Takut Ditinggal Sendirian di Tahanan

Baginda Abdul Razak menasehati Najib ketika perdana menteri itu masih menjadi Menteri Pertahanan, antara tahun 2000 dan 2008.

Najib mengawasi kesepakatan itu, bernilai hampir € 1 miliar (RM 5 miliar) untuk membeli dua kapal selam kelas Scorpene dan satu kapal selam kelas Agosta dari unit galangan kapal angkatan laut Prancis, DCN, yang terkait dengan kelompok pertahanan Prancis, Thales.

Investigasi atas kesepakatan itu diluncurkan pada tahun 2010, sebagai tanggapan atas keluhan dari kelompok hak asasi Malaysia,  Suaram. 

Sebagai bagian dari kesepakatan, DCN setuju untuk membayar € 30 juta untuk unit Asia Thales, Thales International Asia (Thint Asia).

Penyelidikan mengungkapkan bahwa perusahaan lain, Terasasi, yang menjadi pemegang saham utamanya adalah Razak, menerima jumlah yang setara untuk apa yang ditagih sebagai pekerjaan konsultasi, tetapi yang diyakini oleh para penyelidik benar-benar merupakan bagian depan untuk suap.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved