Pria Doyan Jajan Seks, Seperti Inilah Kepribadiannya

Pria yang membeli seks bukan cuma mempunyai sedikit rasa empati terhadap perempuan, tetapi juga bisa melakukan pemerkosaan.

Editor: fitriadi
net
Ilustrasi 

BANGKAPOS.COM - Praktik jual dan beli seks pada umumnya bersifat ilegal di banyak negara.

Namun, hal itu tak menghalangi kaum lelaki, terutama di China, Spanyol, Jepang dan Amerika, yang merupakan negara dengan aktivitas prostitusi tertinggi di dunia, untuk terlibat di dalamnya.

Menggunakan data dari program kesehatan masyarakat dan inisiatif penegakan hukum, Havoscope (perusahaan yang mengumpulkan data pada aktivitas pasar gelap) berhasil mengungkap estimasi penghasilan dari pekerja seks di berbagai negara.

Indeks tersebut menunjukkan China mengeluarkan dana paling besar dalam prostitusi, yakni sekitar 73 miliar dollar AS pertahun.

Spanyol di urutan kedua, menghabiskan sekitar 26,4 miliar dollar AS, Jepang di urutan selanjutnya dengan pengeluaran 24 juta dollar AS.

Sementara itu di Indonesia beberapa waktu lalu dihebohkan dengan berita penangkapan mucikari dari artis yang diduga terlibat dalam prostitusi online. Tarif dari para artis itu mencapai puluhan, bahkan ada yang ratusan juta rupiah.

Gambaran itu menunjukkan bahwa prostitusi adalah industri yang subur. Tapi, kita tentu juga ingin tahu mengenai para konsumen industri ini. Ilmu sains punya jawabannya.

Profil psikologis

Laki-laki yang membayar untuk aktivitas seks, menurut sebuah studi di 2015 yang dilakukan oleh para peneliti di University of California, Los Angeles, bukan semata lelaki kesepian.

Para pria yang membeli seks bukan cuma mempunyai sedikit rasa empati terhadap perempuan, tetapi juga cenderung bisa melakukan tindakan pemerkosaan ke depannya.

Dalam perbandingan terhadap 100 pria yang melakukan aktivitas prostitusi dengan 100 pria yang tidak, peneliti menemukan bahwa mereka yang membayar untuk berhubungan seks menunjukkan perilaku agresif seksual yang lebih tinggi.

Mereka cenderung antisosial, tidak melibatkan perasaan personal saat bercinta dan mengekspresikan maskulinitasnya dengan cara yang salah.

"Hasil studi itu bisa mengubah mitos yang menyebutkan pembeli seks cuma pria biasa yang frustasi secara seksual," kata Melissa Farley, direktur Prostitution Research and Education, sebuah organisasi nirlaba.

Penelitian lain yang sedikit berbeda menyebut bahwa para pria pelanggan seks berbayar ini umumnya memiliki kebutuhan intimasi emosional.

Itu merupakan hasil studi pada tahun 2012 yang mengamati 394 percakapan di website The Erotic Highway, sebuah serikat internasional untuk "penghibur erotis".

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved