Kisah Pemilik Pompong Nekat Bawa 16 Penumpang Berakhir Mengerikan

Tragedi laut yang menelan 15 nyawa di Kepri masih terus menjadi pembicaraan, termasuk di kalangan pemilik perahu pompong

Editor: fitriadi
Tribun Batam/Leo Halawa
Ilustrasi pompong 

BANGKAPOS.COM, TANJUNGPINANG - Seluruh korban kecelakaan pompong di perairan antara Tanjungpinang dan pulau Penyengat, Kepulauan Riau pada Minggu (21/8/2016) sudah ditemukan.

Mereka bahkan sudah dikebumikan sanak keluarganya.

Namun, tragedi laut yang menelan 15 nyawa dari 16 penumpang dan seorang tekong atau penambang itu masih terus menjadi pembicaraan, termasuk di kalangan penambang pompong.

Wadi, seorang penambang yang berambut panjang itu mengatakan kondisi cuaca di sekitar Tanjungpinang dan pulau Penyengat pada Minggu pagi sangat buruk. Namun, Said Amarol tetap saja menyeberangkan para penumpang.

"Kami sudah ingatkan dia supaya jangan berangkat dulu. Tetapi dia tetap berlayar. Dia itu memang susah dikasih tahu. Semua penambang di sini memang takut berangkat. Namun, dia nekat sekali," ujar Wadi kepada Tribun, Selasa (23/8/2016) siang.

Semua penambang hanya bisa menatap dengan penuh tanda tanya akan keselamatan pompong yang dikemudikan Amarol itu.

Wadi bahkan sudah begitu yakin bahwa pompong dengan 16 penumpang dan seorang tekong itu tidak bakal sampai di pulau Penyengat.

Dia lalu memutuskan untuk menyusuli pompong naas tersebut.

"Pompong si Amarol itu kecil. Lagi pula penumpangnya pun lebih dari kapasitasnya. Saya bilang seorang kawan kalau pompong Amarol pasti tak sampai di pulau Penyengat. Karena kami menyusul dengan pompong saya," ujar Wadi yang menambang pompong berukuran besar dengan kapasitas 50 penumpang.

Saat tiba di lokasi kejadian, Wadi melihat beberapa korban sudah terapung di laut. Sementara Amarol sendiri tampak tidur tertelungkup sambil memeluk badan pompongnya.

"Kami langsung menolong korban dan biarkan Amarol begitu saja. Kami tolong korban dululah," ungkap Wadi.

Selain Wadi, ada juga penambang pompong lain yang juga ikut membantu. Mereka adalah Raja Ibrahim, Said Zaidan dan Said Bakar.

Para penambang ini juga memiliki cerita masing-masing ketika menolong para korban.

"Ada yang bilang kami mencari kesempatan saat menolong orang. Itu bohong. Kami murni menolong korban dan bukan sambil mengambil barang-barang dan perhiasan mereka," ungkap Ibrahim.

Menurut Ibrahim, para korban yang tenggelam itu masih mengenakan perhiasan emas pada saat ditemukan.

Namun, dia dan kawan-kawan tidak mengincar perhiasan emas dan uang jutaan rupiah dalam tas yang ikut terapung di atas laut.

"Kalau ada yang bilang kita mencari kesempatan saat menolong, saya tabuh mulutnya. Semua perhiasan dan tas-tas korban, kami serahkan kepada polisi kok," tambah Zaidan.

"Setelah kami membantu, kami hanya meminta penjual tiket dan kawan-kawan penambang lain untuk memberikan dua trip sekaligus supaya kami bisa mendapat uang bensin," tambah Zaidan lagi.

Cerita tentang upaya penyelamatan para korban dari pompong yang naas itu menyiratkan kekompakan di antara para penambang. Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Pompong Penyengat, Raja Imran Hanafi.

Raja Imran mengatakan bahwa ada sekitar 75 jumlah pompong yang melayani rute penyeberangan Tanjungpinang dan pulau Penyengat atau sebaliknya.

Para penambang pompong ini selalu bersatu dan tetap berada di bawah satu kendali.

"Saya kerahkan anggota untuk turun mencari korban dan banyak dari mereka turun ke laut," ungkap Raja Imran.

Menurut Raja Imran, tragedi laut yang menimpa pompong yang dikemudikan Amarol ini menjadi pelajaran bagi semua pihak.

Dia mengakui bahwa sebelum menyeberangkan penumpang dengan pompongnya, Amarol sempat dihalangi oleh penjual tiket dan para penambang lainnya.

Namun, dia tetap saja tidak menghiraukan mereka.

"Maklumlah, hari masih pagi, mungkin dia butuh uang," komentar Raja Imran.

Selain itu, pompong yang dikemudikan Amarol juga berukuran sangat kecil. Ukuran pompong tersebut agak berbeda dengan ukuran kebanyakan pompong lainnya.

"Ukuran pompong itu kecil sekali, terbuat dari katu. Dia beli seken, bekas dari Pelantar II yang rutenya ke Kampung Bugis dengan jarak yang lebih pendek.

Dia beli seken, karena mungkin uangnya belum cukup untuk beli pompong baru berukuran besar. Ada sekitar 5 pompong yang berukuran kecil seperti itu," kata Raja Imran seraya menginformasikan bahwa pompong Amarol memuat penumpang melebihi kapasitas 15 orang.

Raja Imran mengaku berulang kali sudah mengusulkan perbaikan transportasi laut dari Tanjungpinang ke pulau Penyengat dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang), lewat Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tanjungpinang dan Provinsi Kepri serta Ombudsman. Namun, usulannya itu selalu saja tidak dikabulkan.

"Kami ingin ciptakan transportasi Tanjungpinang-pulau Penyengat selama 24 jam secara aman dan nyaman. Memang pihak pemerintah dan asuransi meminta supaya keselamatan penumpang diasuransikan. Kami setuju, tetapi asuransi itu dijalankan secara keseluruhan termasuk pembenahan pompong. Karena pihak asuransi minta bagiannya tanpa pembenahan. Nah, usulan kami itulah yang tidak diterima," ungkap Raja Imran.

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved