gempa aceh
Nisa Terjebak di Bawah Reruntuhan Puing Selama Empat Jam Diterangi Cahaya Ponsel
''...,saya melihat ada cahaya dari luar. Lalu saya merayap sambil mencari sumber cahaya dan berusaha ke luar, sembari minta tolong,...''
BANDA ACEH, BANGKA POS - Pagi masih gelap. Jarum jam menunjukkan pukul 05.03 WIB. Lantunan ayat suci Alquran sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Di sebuah kamar rumah toko (ruko) lantai dua, Niza Karya (27), masih terlelap.
Dia tiba-tiba merasakan gemuruh menggetarkan dinding dan lantai kamarnya. Segala yang ada berjatuhan, berantakan. Bumi berguncang hebat. "Bruuukkk!"
Dalam hitungan detik, ruko itu ambruk disusul padamnya arus listrik. Suasana gelap dan pengap. Niza merasakan, tubuhnya terjerembab di antara puing-puing bangunan.
"Ketika hari sudah pagi dan mulai terang, saya melihat ada cahaya dari luar. Lalu saya merayap sambil mencari sumber cahaya dan berusaha ke luar, sembari minta tolong dari warga yang ada di luar," ujar Niza, Kamis (8/12).
Niza adalah korban gempa di Aceh, pada Rabu (7/12) lalu. Warga Rambong Kecamatan Setia, Aceh Barat Daya (Abdya), ini selamat dari reruntuhan ruko yang ambruk setelah diguncang gempa.
Namun, perjuangannya ke luar dari reruntuhan adalah sebuah keajaiban. Hanya cahaya ponsel yang meneranginya selama empat jam terperangkap dalam puing bangunan sejak pukul 05.03 WIB sampai pukul 09.00 WIB, saat tim evakuasi mulai berdatangan.
Nisa menyadari detik-detik saat bangunan ruko roboh. Ia menangis dan berteriak minta tolong.
"Alhamdulillah, saya selamat dan berhasil menyelamatkan ponsel dan beberapa pakaian," katanya dengan nada terbata-bata saat ditemui.
Niza berhasil ke luar dari reruntuhan, namun tidak ikut dievakuasi ambulans. Ia lebih memilih istirahat di musala SPBU Ulee Gie. Baru sekitar pukul 14.00 WIB ia mendapat pertolongan medis, karena kaki kiri dan bahunya luka lecet.
Tak hanya Niza, terjebak dalam puing bangunan juga dirasakan Nurdin (35), warga Masjid Trienggadeng, Pidie Jaya. Lelaki ini mengalami patah tulang belakang karena tertimpa beton rumah saat menyelamatkan istri dan bayi laki-laki bernama Ali (4 bulan). Ia bahkan sempat melihat Umar (2,5), anaknya yang lain terimpit reruntuhan.
"Tak berdaya saya bangun dan saya selamatkan bayi dan istri saya, tapi secepat itu anak saya Umar tertimpa runtuhan. Hingga saya mendapat kabar ia (Umar) sudah meninggal. Wajahnya berdarah," kisah Nurdin dengan linangan air mata.
Saat ditemui di RSUD Tgk Chik Di Tiro Sigli kemarin, Nurdin terlihat masih lemah dengan tangan diinfus. Ia tengah menunggu dirontgen dan operasi.
Sedangkan istrinya, Sarmela (34) yang mengalami luka robek dan lecet memilih pulang ke Trienggadeng untuk menguburkan anaknya Umar. Menurut Nurdin, saat gempa terjadi ia terbangun dan merasakan hentakan bangunan dahsyat.
Anaknya, Umar tidur di kasur bawah dekat ranjang. Seketika itu, dinding beton rumahnya bergoncang hebat. Ia bergegas mengangkat bayi dan menahan runtuhan. Dalam kondisi serba panik itu, Nurdin tak melihat Umar tertimpa reruntuhan.
Pinggang dan tangannya juga tertimpa beton saat menyelamatkan bayinya. Ia tak kuasa bangkit menggendong Umar. "Saya sedih tidak bisa melihat pemakaman anak saya," ujarnya tersedu seraya menahan sakit.
3.267 Warga Mengungsi
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 3.267 jiwa mengungsi akibat gempa di Aceh pada Rabu (7/12) pagi. Sebarannya, 2.154 jiwa berasal dari Kabupaten Pidie Jaya, dan 1.113 jiwa berasal dari Kabupaten Bireun.
"Total yang mengungsi sebanyak 3.267 jiwa," Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, kemarin.
Hingga kemarin jumlah sementara ada 102 orang dinyatakan meninggal dunia dan kemungkinan masih bisa bertambah. Lokasi yang mengalami kerusakan materil cukup parah berada di Kabupaten Pidie Jaya.
Sebanyak 105 unit ruko roboh, beberapa tiang listrik roboh, beberapa ruas jalan rusak (retak), 86 unit rumah rusak berat, 13 unit bagunan masjid roboh, satu unit gedung STAI Al-Azziziyah roboh, satu unit bangunan toserba roboh, dan satu unit bagunan RSUD Pidie rusak berat.
Sedangkan di Kabupaten Bireun kerusakan yang terjadi yaitu, dua unit rumah roboh dan satu unit masjid ropoh, satu init bangunan STAI Al-Azziziyah roboh dan 35 unit rumah rusak berat.
Kemarin, Polri mengirimkan tambahan personel untuk mencari dan mengevakuasi korban. Perinciannya antara lain, 40 personel dari Polres Bireun, 40 personel dari Polres Aceh Besar, 120 personel dari Direktorat Sabhara Polda Aceh, dan 300 personel dari Brigade Mobil Polda Aceh. "Ada 500 personel yang dikirimkan hari ini," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes (Pol) Martinus Sitompul.
Jokowi Pimpin Rapat di Aceh
PRESIDEN RI Joko Widodo sore ini, Kamis (8/12) telah tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh pukul 17.30 WIB.
Setibanya di Banda Aceh, Presiden Jokowi segera menggelar rapat koordinasi penanganan bencana Pidie Jaya di ruang pertemuan di tempat Presiden menginap.
Rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Plt Gubernur Aceh Soedarmo.
Keesokan harinya atau hari ini, Presiden Joko Widodo dijadwalkan untuk melihat langsung penanganan musibah gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya.
Presiden ingin memastikan langsung penanganan penyaluran bantuan, evakuasi para korban, dan perbaikan infrastruktur pendukung berjalan dengan baik. Selain itu, Presiden juga akan menjenguk para korban musibah gempa tersebut.
Sebelumnya, Jokowi telah menginstruksikan Kepala Staf Presiden Teten Masduki, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan jajaran terkait lainnya untuk bertolak menuju Aceh mendahului dirinya.
Presiden ingin memastikan betul bahwa kedatangan dirinya nanti di Aceh tidak mengganggu jalannya proses evakuasi yang tengah berlangsung. (tribunnews)