Kisah Dramatis Easy Company, Pasukan Elit Inggris yang Nyaris Dihabisi Taliban Di Musa Qala
Pertempuran sengit di benteng Musa Qala berlangsung sepanjang bulan Agustus dan September 2006. Pertempuran yang membuat
Gabungan pasukan elit Inggris yang bernama Easy Company itu didatangkan menggunakan dua heli Chinook secara senyap.
Tak berapa lama setelah Easy Company masuk benteng Musa Qala dan berlangsung serah terima pasukan, iringan-iringan pasukan NATO Denmark yang terdiri dari 40 kendaraan lapis baja dan delapan kendaraan pembawa senapan mesin berat meninggalkan benteng Musa Qala.
Proses pergantian pasukan Inggris dan Denmark itu ternyata diawasi secara cermat oleh para mata-mata dari para pejuang Taliban.
Mata-mata pejuang Taliban segera melapor kepada pemimpinnya bahwa kekuatan tempur yang menjaga benteng Musa Qala telah melemah karena pasukan Denmark sudah ditarik.
Kesimpulan dari pengamatan para mata-mata Taliban memang tidak salah. Saat itu pasukan Easy Company yang berkekuatan 88 personel hanya dipersenjatai dua senapan mesin berat dan sejumlah peluncur mortir.
Tim medisnya juga terbatas karena hanya ada satu dokter dan dua perawat serta tidak ada kendaraan militer sama sekali.
Posisi benteng Musa Qala sendiri berada di lembah tandus yang terbuka dan dikelilingi desa-desa yang penduduknya cenderung pro Taliban.
Posisi terbuka dan rawan sergapan itu membuat sulit bagi heli Chinook untuk mendarat secara aman demi mengirim bantuan logistik maupun pasukan. Pengiriman pasukan dan logistik lewat darat juga beresiko tinggi karena semua akses jalan menuju Musa Qala sudah dikuasai Taliban.
Para pejuang Taliban ternyata paham betul posisi sitting duck pasukan Ingggris di Musa Qala dan sebelum bantuan tiba mereka sudah melancarkan serangan. Dengan kekuatan sekitar 500 personel, pejuang Taliban lalu melancarkan serangan frontal dari semua arah.
Sejumlah pejuang Taliban bahkan sampai maju mendekati benteng lalu melemparkan granat. Pasukan Inggris sangat terkejut mendapat serangan frontal dari semua arah itu dan berusaha melawan secara maksimal.
Sebagai pasukan elit yang di antaranya ada personel yang memiliki pengalaman tempur puluhan kali, taktik gempuran Taliban dianggap lain dari yang lain. Mereka menggempur secara terus menerus dari segala arah dan tetap bertempur secara gigih meskipun teman-temannya telah berjatuhan.
Salah satu personel Para, Sersan Freddie Kruyer sampai frustasi atas taktik tempur para pejuang Taliban itu karena setiap dirinya menembak jatuh musuh, pejuang Taliban lainnya terus berdatangan.
“Ini sama sekali bukan pertempuran konvensional. Jika musuh yang datang menyerbu tak pernah habis dan tidak takut mati. Saya terpaksa menyisakan satu peluru untuk diri saya sendiri daripada ditangkap hidup-hidup lalu dijatuhi hukum penggal kepala,” ujarnya.
Komandan Easy Company, Mayor Adam Jowett juga memberikan komentar pesimis. “Kami secara total dalam keadaan terkepung. Tak ada peluang untuk meloloskan diri. Apalagi kami bertempur sendirian tanpa ada dukungan sama sekali. Taliban akan mudah untuk mengalahkan kami,” ujarnya.
Selain persediaan amunisi dan makanan makin terbatas, tembok benteng yang melingkari Musa Qala ternyata kurang tinggi dan tidak dirancang sebagai pertahanan untuk kepentingan militer. Jadi jatuhya benteng Musa Qala dan hancurnya Easy Company tinggal menunggu waktu saja.