Ular Piton Memangsa Manusia

Inilah Penyebab Akbar Tak Bisa Lolos dari Serangan Piton Menurut Pakar Reptil

Biasanya kejadiannya terjadi setelah Magrib, waktu-waktu satwa buas mencari mangsa. Teknik berburunya yaitu digigit dan langsung dibelit

Editor: Iwan Satriawan
ist
Sejumlah warga Tiram Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sedang mengangkat ular Sabak sepanjang 7,2 meter yang tertangkap, Jumat (23/8/2013). 

BANGKAPOS.COM-- Kisah mengerikan tewasnya Akbar (25), petani sawit asal Desa Salubiro, Kecamatan Korossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, ditelan ular piton saat akan memanen sawit dikebunnya, Senin (27/3/2017), menjadi perbincangan di banyak daerah.

Lalu, bagaimana sih sebenarnya ular tersebut bisa memangsa manusia?

Djoko Tjahjono Iskandar, seorang pakar herpetologi (ilmu yang memelajari reptil dan amfibi) dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan sejumlah fakta soal piton.

Menurut Djoko, korban besar kemungkinan tidak tahu jika ada ular disana.

Pasalnya, sifat ular jenis piton ini adalah diam menunggu dan sergap.

"Biasanya kejadiannya terjadi setelah Magrib, waktu-waktu satwa buas mencari mangsa. Teknik berburunya yaitu digigit dan langsung dibelit sehingga korban tidak dapat bernafas dan tulang-tulangnya remuk. Setelah meninggal baru ditelan pelan-pelan," jelas Djoko kepada TribunJatim.com.

Akbar dan ular yang memangsanya.
Akbar dan ular yang memangsanya. (Kolase/Tribun Timur)

Ia menambahkan, ular jenis ini memang memiliki habitat di kebun atau persawahan pinggir hutan.

Meski piton pada umumnya punya bodi sangat besar, tapi pergerakannya sangat cepat.

Mangsa-mangsa yang pergerakannya gesit pun kadangkala gagal meloloskan diri jika sudah terjadi serangan.

"Monyet, babi, kijang, dan rusa saja bisa tertangkap dan dimangsa, apalagi manusia yang lamban dan kurang awas dengan keadaan sekitar," imbuhnya.

Akbar pun diduga sendirian ketika peristiwa horor itu terjadi.

Pasalnya, menurut Djoko, salah satu cara untuk dapat menghindari serangan seperti ini adalah jika pergi ke hutan atau kebun pinggir hutan jangan sendirian.

"Cara menghindari jangan sendiri di hutan setelah Maghrib. Harus dalam rombongan minimal 3-5 orang," pungkas ilmuwan yang namanya menjadi landmark spesies katak di Indonesia ini.

Dari keterangan saksi mata mengenai panjang ular hingga mencapai 9 meter, Djoko membenarkan.

"Ya, ular piton dewasa panjangnya dapat mencapai minimal 5 meter," lanjutnya.

Pengamat herpetologi ini juga memberitahu jika di pulau Sulawesi seringkali terjadi serangan.

Setidaknya, 6 orang menjadi korban setiap tahunnya.

Hewan Oportunis

Peneliti herpetologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Mirza D Kusrini, mengungkapkan, peluang manusia dimakan piton sebenarnya kecil.

"Piton biasanya memangsa hewan seperti babi hutan dan rusa. Tapi, dalam kondisi tertentu, piton memang bisa memangsa manusia. Ada kasusnya tapi tidak banyak," katanya.

Kepada Kompas.com, Rabu (29/3/2017), Mirza mengatakan bahwa piton sebenarnya merupakan hewan yang oportunis, akan memangsa apapun yang mungkin.

Dalam kasus Akbar, Mirza menduga, piton tidak berhasil mendapatkan makanan setelah mencari sehingga akhirnya memangsa manusia.

Piton bisa kekurangan mangsa karena hidup di lingkungan kebun sawit di mana keragaman mangsa kurang melimpah. Mangsa piton di kebun sawit kerap diusir karena dianggap hama.

Piton sendiri bisa jadi datang ke kebun sawit karena habitat aslinya sudah berkurang dan menjelma menjadi kebun sawit itu sendiri.

Kekurangan mangsa merupakan sebab umum piton memangsa manusia. Tahun 2013, dua orang bocah di Amerika Serikat dimakan oleh piton yang kelaparan.

Piton yang jadi hewan piaraan itu lapar karena baru saja lepas dari kandangnya. Dia lantas masuk ke apartemen dan akhirnya menemukan dua bocah yang sedang tertidur.

Secara anatomi, ukurannya yang besar membuat piton bisa memakan apa pun.

Mirza mengungkapkan, piton bahkan bisa memakan aligator, sapi, dan hewan lain yang ukurannya lebih besar dari manusia.

"Seperti ular lainnya, piton itu tidak memiliki rahang. Jadi dia bisa membuka mulutnya selebar apapun dan mengkontraksikan ototnya untuk mendorong mangsa masuk ke saluran pencernaannya," kata Mirza.

Sekali mendapatkan mangsa, piton bisa diam hingga sebulan lamanya. Sebabnya, piton membutuhkan waktu yang lama untuk mencerna.

"Maka wajar jika di Sulawesi korban ditemukan masih dalam keadaan utuh. Dalam jangka waktu 2-3 hari, mangsa biasanya masih utuh di dalam perut ular," jelas Mirza.

Untuk menghindari piton, Mirza menyarankan untuk selalu waspada jika ke lapangan, baik ke sawah, kebun, apalagi hutan.

"Jangan pernah pergi sendiri saat di hutan. Pastikan selalu berada dalam rombongan jadi ada yang membantu," katanya.

Piton biasanya berada di atas pohon. Jadi saat berjalan penting juga untuk melihat ke atas, mewaspadai keberadaan piton.

Selain itu, penting untuk tidak mengganggu. "Kalau menemukan piton, lebih baik mundur. Jangan malah diganggu," ungkap Mirza.

Menurutnya, ular pada umumnya merupakan hewan pemalu. Jika manusia menghindar, maka ular tidak akan mengejar seperti singa.

Akbar meninggalkan rumah menuju kebun kelapa sawitnya sejak Minggu (26/3/2017) pukul 09.00 WITA.

Namun tidak kembali hingga keesokan harinya, Senin (27/3/2017).

Keluarga dan warga pun mencari keberadaan korban, saat pencarian sekitar pukul 22.00 WITA, warga setempat menemukan seekor ular piton di kebun milik korban.

Heran melihat ular berperut buncit, warga kemudian menangkap ular tersebut.

Setelah perut ular dibelah, warga kaget bukan main, ternyata ada Akbar di perut ular dan sudah meninggal dunia. (TribunJatim.com/kompas.com)

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved