Mengintip Ritual Seks Kemukus

Inilah Kata Kunci untuk Ziarah dan Ritual Seks di Gunung Kemukus

Selain dibutuhkan keberanian mengawali perkenalan, peziarah juga harus jeli dalam memilih pasangan untuk melakukan ritualseks

Editor: Iwan Satriawan
SBS
Ruangan untuk wisata seks yang ada di Gunung Kemukus 

Sambutan para wanita muda berdandan menor yang nongkrong di depan warung-warung di kiri-kanan jalan pun tak kalah ramah. Mereka menyapa genit sembari membujuk manja setiap pejalan kaki untuk mampir.

"Ini 'kan malam Jumat Pon," seorang peziarah memberi komentar perihal keramaian yang terus meningkat.

Malam Jumat Pon memang diyakini oleh yang percaya sebagai malam yang paling pas untuk ngalap berkah di kompleks makam Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah.

Tak aneh kalau malam itu lebih dari 3.000 orang tumpah ruah di sana. Mulai dari yang berharap mendapat wisik atau ilham nomor buntut sampai pedagang pailit yang ingin usahanya maju lagi.

Mereka datang dari mana-mana: Solo, Semarang, Pati, Kudus, Jepara, Pekalongan, sampai Bandung, Ciamis, Cianjur, dan Karawang di Jawa Barat.

Sekilas, Kemukus tak banyak berbeda dengan tempat-tempat peziarahan lain yang bertebaran di Jawa. Seperti di Gunung Jati, Gunung Muria, atau Gunung Kawi.

Aktivitas peziarahan di sana juga berpusat pada makam orang yang dianggap punya daya iinuwih atau yang sakti mandraguna. Di Kemukus, yang jadi pujaan adalah tokoh Pangeran Samudra, yang terbaring tenang di makamnya, nun di puncak Bukit Kemukus.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi peziarah agar permohonan mereka terkabul juga mirip dengan tempat-tempat lain.

Setelah mandi di Sendang Ontrowulan, mata air yang terletak beberapa ratus meter sebelah timur makam, dan nyekar di makam Pangeran Samudra, peziarah haras nyepi sepanjang malam di sekitar makam.

Namun, acara nyepi di Kemukus bukan sembarang nyepi, tapi harus disertai dengan melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis yang bukan istri atau suami sendiri.

Nah, ini yang membuat gaya ngalap berkah di Kemukus lain dari yang lain. Boleh dibayangkan bagaimana ratusan pasang peziarah, di tengah alam terbuka, beramai-ramai melakukan hubungan intim secara massal dan kolosal. Sungguh suatu pemandangan yang langka tapi nyata.

Memang, malam itu nyaris tak ada lagi tempat yang bisa dipakai melangkahkan kaki dengan leluasa.

Seolah tiap jengkal tanah di bawah pepohonan di seputar lereng Bukit Kemukus ditutup habis oleh tubuh ratusan pasang pria-wanita ynng tidur bergulung dalam satu sarung. Kalau tak hati-hati melangkah, kaki bisa tersandung sarung yang berisi pasangan yang sedang asyik masyuk.

Tingkah laku peziarahan yang ajaib ini bersumber pada mitos tentang Pangeran Samudra yang mirip dengan cerita Oedipus dari zaman Yunani Purba atau Sangkuriang di Jawa Barat.

Juga hampir sama dengan mitos Jawa lainnya, yakni tentang Ratu Waru Gunung, tokoh yang mengawini ibunya dan punya anak sampai tiga puluh orang.

Sumber: Intisari
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved