Mengintip Ritual Seks Kemukus

Inilah Kata Kunci untuk Ziarah dan Ritual Seks di Gunung Kemukus

Selain dibutuhkan keberanian mengawali perkenalan, peziarah juga harus jeli dalam memilih pasangan untuk melakukan ritualseks

Editor: Iwan Satriawan
SBS
Ruangan untuk wisata seks yang ada di Gunung Kemukus 

Sahibulhikayat, Pangeran Samudra adalah pangeran dari Kerajaan Demak yang jatuh cinta pada ibunya sendiri, R.A. Ontrowulan. Polahnya ini mengakibatkan ia diusir ayahandanya.

Pangeran Samudra lalu mengembara, dan akhirnya meninggal di Gunung Kemukus dalam keadaan merana. Ibunya yang kemudian menyusul, juga wafat di sana. Sebagai lambang dnta kasih mereka, keduanya lalu dimakamkan dalam satu liang lahat.

Ini cuma salah satu versi dari kisah cinta Pangeran Samudra. Masih ada versi-versi lain, yang lebih seru, lebih dramatis. Misalnya saja yang menyebut, setelah saling bertemu kembali, Pangeran Samudra dan ibunya tak kuasa menahan rindu dendam, sampai mereka melakukan hubungan intim bak suami-istri.

Sialnya mereka keburu dipergoki, dan langsung dibunuh. Sebelum mengembuskan napas terakhir, sang pangeran sempat berpesan, siapa yang bisa melanjutkan hubungan intim mereka, segala permintaannya bakal terkabul.

Entah versi mana yang benar dan cocok dengan kenyataan. Yang jelas, versi terakhirlah yang paling sering digembar-gemborkan di Kemukus. Maklum, kecuali lebih asyik didengar, versi ini juga memberi pengesahan dilakukannya hubungan seks bebas antarpeziarah.

Kamis siang itu Partini, seorang peziarah lain yang sempat ditemui, duduk di bangku sebuah warung. Ia yang berdandan rapi tampak tenang.

Hanya matanya saja yang diam-diam memperhatikan orang yang lalu lalang. Siapa tahu ada laki-laki asal Pemalang yang tengah dinantinya. Ini kali kelima Partini membuat janji dengan laki-laki yang bukan suaminya itu untuk memadu cinta di Kemukus.

Namun, sampai menjelang tengah hari sang gacoan belum juga kelihatan batang hidungnya. Wanita setengah baya yang sederhana ini pun jadi gelisah. Jangan-jangan ia ingkar janji. Kalau benar, sia-sia saja usahanya jauh-jauh datang dari Tegal, menghabiskan ongkos sekian rupiah, meninggalkan suami dan warung nasinya.

Mengingat kegiatan persetubuhan merupakan bagian penting dalam ritus peziarahan, tak aneh kalau orang macam Partini jadi gundah. "Kalau dia sampai tak datang, sayang sekali. Kami hanya perlu kencan dua kali lagi," katanya dalam nada putus asa.

Berkah Pangeran Samudra tak bakal didapat hanya dengan sekali berziarah. Paling tidak ziarah harus dilakukan tujuh kali berturut-turut, setiap malam Jumat Pon – atau boleh juga malam Jumat Kliwon. Artinya, sebanyak itu pula seorang peziarah harus bercinta dengan pasangannya di kegelapan Gunung Kemukus.

Hubungan intim wajib dilakukan di tengah alam terbuka, tanpa rasa malu dilihat orang. Ini dimaksudkan untuk menguji kesungguhan peziarah.

Kecuali yang tekadnya sudah benar-benar bulat, siapa yang mau berbuat mesum di tengah keramaian semacam itu. Konon, semakin berani malu sebuah pasangan bercinta di muka umum, semakin besar pula berkah yang bakal mereka terima.

Meski seks barang yang nikmat, bagi peziarah sejati macam Partini, ini bukan syarat yang enteng.

Hubungan harus selalu dilakukan dengan pasangan yang sama. Kalau sudah sekali bertemu, sepasang peziarah biasanya berjanji untuk bertemu lagi pada malam Jumat Pon bulan-bulan berikutnya. Sampai lengkap tujuh kali.

Sialnya, tak semua pasangan selalu setia menepati janjinya. Sering terjadi, baru dua-tiga kali kencan, pasangan lalu tak nongol-nongol lagi. Entah karena memang dasarnya cuma iseng atau karena sebab-sebab lain.

Sumber: Intisari
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved