Kisah Mengerikan Tragedi Mei 1998, Bau Mayat di Hero dan Tukang Palak Jalanan

Kerusuhan sekitar pertengahan Mei 1998 lalu menyisakan penggalan-penggalan kisah dan pengalaman hidup yang membekas di hati.

Editor: Alza Munzi
kompas.com
Keluarga korban tragedi Mei 98 memotret Prasasti Mei 98 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur, Rabu (13/5/2015). Prasasti tersebut dibangun oleh pemerintah di depan 113 makam korban tragedi untuk merawat ingatan publik dan memulihkan trauma korban serta mencegah sejarah kelam Tragedi Mei 1998 tak terulang. 

"Pada 16 Mei saya mendapat telepon dari keponakan bahwa malam itu Jakarta Selatan akan kedatangan gerombolan perusuh atau penjarah dari Bogor melalui Depok dan mereka dikerahkan dengan tiga truk. Ia menambahkan, saat itu rumah-rumah di Lentengagung sudah dilempari batu dan meminta kami bersiap-siap, termasuk mengumpulkan surat-surat berharga, apa saja, untuk diamankan," tambah Slamet.

Tak pelak seluruh keluarganya jadi panik. Pintu pagar halaman depan rumahnya lantas digembok sore-sore, garasi ditutup rapat, dan  pintu rumah selain dikunci dan digembok juga diganjal kursi.

Di tembok belakang rumah istrinya memasang tangga.

Kalau sampai perusuh memasuki halaman, mereka akan mengungsi ke rumah tetangga di belakang melalui pagar tembok.

Surat-surat penting sudah dimasukkan ke dalam map dan siap dibawa kabur.

Tapi malam itu tidak terjadi apa-apa. "Kedatangan perusuh yang dikerahkan dengan tiga truk itu hanya rumor yang ditiupkan oleh pihak tertentu," tutur Slamet.

(Pernah dimuat di majalah Intisari edisi Juni 1998)

Sumber: Intisari
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved