Seberangi Lautan dan Tak Digaji, Ini 6 Kisah Perjuangan Guru Mengajar di Tengah Keterbatasan

Profesi mulia ini menuntut tanggung jawab dan keikhlasan hati untuk berbagi ilmu dengan siswa.

Penulis: Alza Munzi | Editor: Alza Munzi
Instagram
Foto guru yang diunggah di medsos. 

BANGKAPOS.COM - Menjadi seorang guru tidak hanya sekadar mencari nafkah.

Profesi mulia ini menuntut tanggung jawab dan keikhlasan hati untuk berbagi ilmu dengan siswa.

Tidak mudah berhadapan dengan ratusan murid dengan beragam karakter.

Atau tidak jarang seorang guru menghadapi medan yang berat di tempatnya mengajar.

Sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, sosok guru memang sangat berpengaruh terhadap kemajuan bangsa ini.

Para calon pemimpin bangsa ini ditempa dan diasuh oleh para guru yang tak kenal pamrih.

Meski kejadian ini boleh dibilang sudah lama, namun kisah-kisah berikut ini menunjukkan perjuangan para guru.

Berikut lima kisah guru yang tetap semangat mengabdi di tengah keterbatasan mereka:

1. Berenang Seberangi Lautan

http://cdn2.tstatic.net/bogor/foto/bank/images/guru_20161113_212506.jpg

Sebuah video yang memperlihatkan perjuangan seorang guru menjadi viral di media sosial.

Dalam video itu, terkihat seorang pria yang berenang sambil mengangkat satu tangan yang memegang tas hitam.

Berikut ini cerita yang dituliskan dalam kolom keterangan :

PERJUANGAN PAK GURU Berenang di lautan

Sebuah pemandangan yang tentu tidak biasa bagi kita, menyaksikan seorang guru harus berenang di lautan untuk mengajar menemui murid- muridnya.

Tapi.. begitulah adanya..

Dalam sebuah perjalanan laut di Nusa Tenggara Timur, seorang Bapak meminta izin menumpang perahu yang sengaja kami sewa.

Tentu saja kami tidak keberatan dan mempersilahkan beliau menumpang.

Hingga perahu kami mendekat ke suatu pantai, sang Bapak mohon diri untuk turun dan mempersilahkan kami melanjutkan perjalanan.

Beliau pun berenang ke tepi pantai yang jaraknya masih jauh sambil berusaha mengangkat tasnya ke atas agar tidak basah.

Kami baru menyadari, tidak banyak bahkan sangat jarang di daerah kepulauan ini dimana mayoritas penduduknya adalah nelayan yang memiliki tas seperti yang beliau bawa.

Kami bertanya- tanya.. siapakah beliau?

"Bapak itu guru.. pulang mengajar" kata seseorang di sebelahku.

Ya Allah, luar biasa perjuangan guru- guru di sini...

Bagaimana dengan anak - anak usia sekolah di sini?

Kisah Muhammad, salah seorang anak Pulau Pura mungkin bisa menjadi gambaran bagi Ibu dan Bapak, yg kami kisahkan.

2. Guru Mengajar Sambil Gendong Suami

http://cdn2.tstatic.net/bogor/foto/bank/images/guru-les_20161024_140725.jpg
Seorang guru les Bahasa Inggris bernama Ganeshayu Roesmayantii, rela menggendong suaminya yang menderita sakit berat.

Kisah itu diunggah oleh pemilik Facebook, Facebook Icha Rie Sa.

Berikut kisahnya:
"Sahabatku sewaktu kuliah di Politeknik Negeri Bandung (POLBAN), dia adalah wanita yang selalu ceria,
hampir tidak pernah aku mendengar dia mengeluh, bahkan sampai tadi pagi pun dia bercerita tentang derita yang menimpa suaminya tutur bicara masih menampakan ketegaran.
Kilas balik, dia bercerita setahun yang lalu (2015) hampir bersamaan dengan kelahiran putra pertamanya yang lucu dan sehat di waktu yang hampir bersamaan suami nya mengeluhkan rasa sakit yang teramat sangat.
Setelah melakukan pengecekan ke dokter juga sempat di rawat di Rumah Sakit Sentosa Bandung dan Rumah
Sakit Rotinsulu Bandung, dokter menyatakan bahwa suaminya di vonis mengidap penyakit TBC (TB-Paru),
maag akut yang menyebabkan malnutrisi berat, dyspepsia, juga dehidrasi. Sudah 1 tahun kondisi suaminya tidak ada perubahan bahkan semakin memburuk.
Untuk makan saja harus dihaluskan (diblender) terlebih dahulu lalu dimasukan melalui hidung dengan menggunakan selang karena mulutnya tertutup rapat sama sekali tidak bisa membuka.
Selama pengobatan sejauh ini masih menggunakan BPJS akan tetapi ada juga biaya yang tidak ditanggung BPJS.
Selain itu pengobatan pun dilakukan dengan cara pengobatan herbal juga dibantu dengan rukiyah syar'i.
Adapun suaminya saat ini sedang tidak bekerja akan tetapi sahabatku lah yang bekerja dan pekerjaan sahabatku ini adalah guru les Bahasa Inggris yang saat ini jumlah muridnya sangat sedikit sekali karena dia pun harus mengurus suaminya sehingga dia harus membatasi jumlah murid yang dia ajar."
3. Guru Pegangi Payung Sambil Mengajar

http://en.people.cn/NMediaFile/2016/1019/FOREIGN201610191650000059290726582.jpg
Alasan guru itu memakai payung di dalam kelas cukup membuat miris.

Banyak netizen yang menjadikan foto ini sebagai bahan perdebatan.

Dilansir dari people.cn, ruangan bocor itu dilaporkan sebagai ruang kelas 126 untuk siswa kelas 8 di Shuozhou No. 1 Middle School di Provinsi Shanxi, Tiongkok.

Nama guru dalam foto yakni Zheng Liang. Dia becerita jika hujan lebat melanda kota pada 5 Oktober lalu.

Tapi setelah hujan berhenti, air merembes terus menetes ke dalam kelas.

Guru yang sedang mengajar harus tetap berada di dalam kelas, sambil memegang payung untuk berlindung.

Sedangkan murid terpaksa meringkuk bersama-sama untuk menjaga diri dari tetesan air.
4. Seberangi Derasnya Sungai Untuk Mengajar

Setiap hari Miranda harus menantang maut dan mempertaruhkan nyawanya saat menyeberangi sungai.

Bukan hanya satu sungai saja, Dari rumah ke sekolah, Miranda menyeberangi lima sungai.

Cara menyeberangnya bukan menggunakan perahu, melainkan berenang.

Beruntung ketika Miranda bertemu seseorang yang membawa ban, dia bisa menyeberang dibantu itu.

Wanita ini berasal dari Filipina, Di Sitio Barogante, Occidental Mindoro.

Setiap sampai sekolah, kaki dan baju wanita ini selalu basah.

Ini bukan hanya sekedar candaan, tapi memang perjalanan yang ditempuhnya sangat jauh.

Selain berenang, wanita ini pun harus berjalan kaki selama dua jam.
5. Guru honor menangis
Sebuah foto yang diposting oleh netizen menyentuh hati siapapun yang melihatnya.

Foto itu memperlihatkan seorang pria duduk di sebuah kursi.

Ia mengenakan celana panjang cokelat, dan batik merah.

Foto guru yang diunggah di medsos.
Foto guru yang diunggah di medsos. (Instagram)


Pria itu tampak menunduk sambil menutup kepalanya dengan tangan.

Di depannya, tampak pria berpakaian PNS sedang duduk di kursi dengan meja di depannya.

Ia terlihat seperti memegang sebuah ponsel di lengannya.

Foto itu sepertinya diambil di sebuah ruangan.

Yang menyentuh hati netizen yakni keterangan foto yang ditulis.

Rupanya pria yang mengenakan batik itu adalah seorang guru honorer yang sedang menuntut haknya kepada pejabat Dinas Pendidikan.

Foto itu diposting oleh akun Instagram @thenewbikingregetan, Rabu (19/7/2017).

Ini keterangan foto yang ditulis :

"Nasib Guru Honorer di Timika; Harus meratap dgn tangisan di depan pejabat Dinas Pendidikan Dasar hanya utk menuntut hak pembayaran Insentif mereka.

Sy menangis lihat kejadian ini. Sungguh! Air mata sy tidak tertahankan.

Pengorbanan guru2 honorer untuk mencerdaskan generasi bangsa di Kab. Mimika dibayar dgn sebuah kebijakan yg diskriminatif dan perilaku pejabat yg tidak simpatik.

Kabupaten Mimika membutuhkan ribuan guru. Tidak boleh dipungkiri. 
Sy tdk tahu berapa banyak tenaga guru honorer yg didata Dinas Pendidikan Dasar & Menengah Kab. Mimika.

Dari sekian guru honorer itu, berapa banyak yg memiliki SK Pemda dan berapa banyak yg tdk miliki SK tersebut.

Permendikbud yg mengharuskan Guru Honorer memiliki SK Pemda seperti menjadi hantu di siang bolong bagi guru2 honorer di Timika. 
Bagaimana tidak, ratusan bahkan (mungkin) ribuan diantara mereka tdk memiliki SK.

Peraturan ini kemudian diterapkan oleh Pemda Mimika melalui Dinas Pendidikan Dasar & Menengah tanpa ada sosialisasi dan memberikan kesempatan kepada guru2 honorer itu utk mengurus SK Pemda. 
Miris? Tentu saja! Guru2 honorer yg tdk memiliki SK Pemda sebagian dipecat, yg lain tdk mendapatkan hak mereka berupa pembayaran insentif.
Salah satu guru SD yg menghadap salah satu Kabid di dinas pendidikan Dasar ini contohnya.

Guru yg merupakan masyarakat asli dr suku kamoro ini, harus mengeluarkan air matanya di depan pejabat dinas yg terlihat sedang memainkan HPnya, hanya untuk meminta haknya.

Negara punya Hutang utk para guru ini. Bukan hanya hutang belum membayar upah mereka, tapi hutang atas budi mereka mau berada di pelosok utk mencerdaskan bangsa.

Jangan pikir ini hanya hal sepele! Mudah2an Pak Kabid itu sedang menghubungi pejabat terkait utk membantu Bapa Guru ini dan guru2 honorer lainnya di Timika. Siapa tahu! ( FB: Vensca Virginia Ginsel)
.
.
Duuuuh, kok sedih ya..

Pak HPnya di taro dulu, jangan jangan main COC lagi.."
6. Guru Rela Dibayar "Lillahitaala"
http://cdn2.tstatic.net/bogor/foto/bank/images/guru-di-aceh_20151125_101851.jpg
"Guru memberikan arahan memasuki tahun ajaran baru sekolah kepada 11 murid kelas I di SD Negeri Lampageu, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Senin (27/7/2015).
Menjelang Hari Guru, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengingatkan pemerintah agar mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada guru,
misalnya pengangkatan guru, termasuk guru yang selama ini berstatus honorer, untuk mengatasi kekurangan guru," begitu tulisan dalam caption foto di atas.

Ribuan guru di jenjang SD hingga SMA di Aceh Utara disebut sebagai guru berstatus "Lillahitaala".

Baca: Mengejutkan, Ini Temuan Psikolog Soal Hasrat Seksual Wanita yang Diremehkan Pria

Sebutan itu telah umum dikenal dan merujuk kepada guru yang tidak memiliki gaji tetap per bulan.

Mereka hanya digaji per jam pelajaran yang diasuhnya.

Besaran gaji pun bervariasi dari Rp 7.000 per jam hingga Rp 15.000 per jam.

Baca: Wanita Cantik dan Pria Tanpa Baju Sedang Beginian di Kolam, Warna Air Mendadak Berubah

Uang untuk gaji itu dibayar dari biaya operasional sekolah.

"Benar ada ribuan guru dengan status itu di Aceh Utara," ujar Kepala Pendidikan Menengah, Dinas Pendidikan Aceh Utara, Zulkarnaini, Rabu (25/11/2015).

Baca: Isi Bra Berwarna Merah Muda Miliknya Dibongkar, Wanita Ini Temukan Fakta Mengejutkan

"Dulu, ketika mereka masuk jadi guru memang ada perjanjian bahwa tidak ada gaji pokok dengan pihak sekolah," sambung dia.

Zulkarnaini menyebut, untuk menambah pendapatan, para guru kerap mengadakan les tambahan.

"Untuk pengangkatan jadi pegawai kita usulkan formasi ke pemerintah pusat. Mereka bisa ikut tes seperti masyarakat umum lainnya," ujar dia.


Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved