Kecelakaan Serupa Choirul Huda Sering Terjadi, Namun Mereka Selamat, Begini Caranya

Melihat video di atas, sejumlah pemain yang mengalami kecelakaan dalam pertandingan dapat diselamatkan.

Penulis: Teddy Malaka | Editor: Teddy Malaka
Kolase Bangka Pos

BANGKAPOS.COM -- Kejadian meninggalnya Choirul Huda menjadi catatan serius bagi pengelolaan Liga Indonesia. Penanganan medis menjadi perhatian sejumlah pihak.

Sebelum kejadian Choirul Huda, sederet pemain level nasional maupun internasional meninggal ketika sedang bertanding di lapangan.

Sederet pemain internasional seperti Marc-Vivien Foe Miklos Feher Antonio Puerta mengalami nasib tragis di lapangan.

Namun ada beberapa kejadian, para pemain yang hampir meregang nyawa berhasil diselamatkan.

Tonton Video Berikut Ini:

Melihat video di atas, sejumlah pemain yang mengalami kecelakaan dalam pertandingan dapat diselamatkan.

Ternyata, tidak menunggu tim medis datang, sejumlah pemain juga mengetahui tata cara pertolongan pertama jika ada pemain yang mengalami permasalahan kesehatan.

"Negara kita mah, bgaimna ya . . . .  Sampai rumah sakit baru di tarik - tarik lidahnya ! ! ! 
Lengkapnya lihat di menit 2:50 #tongue_swallowing R.I.P Chairull Huda, smoga slalu di tempatkan di antara orang - orang yang beriman di sisi-NYA ! ! !," tulis Adhy Sullivan si pengunggah video tersebut.

Apa bahanyanya tongue swallowing (lidah tertelan)? Lihat halaman selanjutnya.

Dikutip dari perbincangan di kaskus, "menelan lidah" istilah ini dikenal dengan "tongue swallowing" dalam Bahasa Inggris, yang berarti tergelincirnya bagian belakang lidah terhadap faring (hulu kerongkongan) yang menyebabkan tersedak atau seperti tercekik.

Sebenarnya, lidah tidak pernah benar-benar tertelan. Jadi, istilah "lidah tertelan" itu adalah istilah yang keliru. Meskipun begitu, istilah ini sudah dikenal luas di dunia medis sehingga masih terus digunakan hingga sekarang.

Kondisi ini disebabkan flasiditas (kelemahan untuk menahan, pasif) berlebihan pada lidah yang terjadi terutama saat tidak sadar diri misalnya pingsan. Ketika seseorang tidak sadarkan diri, otot-otot mereka akan meregang. Itu juga terjadi di lidah, di mana lidah menjadi lemas dan mungkin memblok jalur pernapasan (hulu kerongkongan dan/atau trakea dan/atau batang tenggorokan) orang tersebut.

Tertelannya lidah adalah salah satu kejadian sederhana yang bisa mengakibatkan kematian, karena hulu kerongkongan yang tertutup menyebabkan seseorang yang mengalami tertelannya lidah menjadi tidak bisa bernapas.

Hal ini disebabkan jalur napas menjadi tertutup, karena jalur napas, baik saat bernapas dari mulut maupun dari hidung, melewati hulu kerongkongan ini.

Tertalannya lidah akan membuat sulit bernapas sehingga penderitanya membutuhkan pertolongan secepatnya, paling lambat adalah tiga menit.

Tujuan pertolongan pada penderita tertelannya lidah adalah untuk membuka kembali jalur pernapasan korban, yaitu dengan memaksa mengangkat dagu dan kepala. Cara ini dinamakan "head tilt-chin lift", dan dapat kita tonton seperti di bawah ini:

Lantas apakah Choirul Huda mengalami hal itu?

Berikut pernyataan resmi Dokter Yudistiro Andri Nugroho, Spesialis Anastesi (Kepala unit Instalasi Gawat Darurat RSUD dr Soegiri Lamongan) terkait meninggalnya Choirul Huda penjaga gawang Persela Lamongan yang diunggah laman resmi Persela Lamongan.

"Choirul Huda mengalami trauma benturan dengan sesama pemain, sehingga terjadi apa yang kita sebut henti nafas dan henti jantung. Oleh teman-teman medis di Stadion sudah dilakukan penanganan pembebasan jalan nafas dengan bantuan nafas. Kemudian dirujuk ke UGD RSUD dr Soegiri. Di ambulance juga ditangani secara medis untuk bantuan nafas maupun untuk penanganan henti jantung. Sesampainya di UGD segera ditangani. Kita lakukan pemasangan alat bantu nafas yang sifatnya permanen. Kita lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa nafas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru. Dengan itu kita harapkan kita melakukan pompa otak sama jantung. Sempat ada respon dari Choirul Huda dengan adanya gambaran kulit memerah, tetapi kondisnya tetap semakin menurun. Pompa jantung dan otak itu dilakukan selama 1 jam tidak ada respon. Tidak ada reflek tanda-tanda kehidupan normal. Kemudian kita menyatakan meninggal pada pukul 16.45. Kita sudah mati-matian untuk mengembalikan fungsi vital tubuh Choirul Huda"

"Sesuai analisa awal benturan ada di dada dan rahang bawah. Ada kemungkinan trauma dada, trauma kepala dan trauma leher. Di dalam tulang leher itu ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak. Di batang otak itu ada pusat-pusat semua organ vital, pusat denyut jantung dan nafas. Mungkin itu yang menyebabkan Choirul Huda henti jantung dan henti nafas. Itu analisa awal kami, karena tim kami gak sempat melakukan scaning, karena mas Huda tidak layak transport dengan kondisi kritis seperti itu. Kita tidak bisa mengkondisikan untuk dibawa ke Radiologi. Kita lebih menangani kondisi awal"

* Meninggal di Lapangan

Sepanjang Liga Indonesia digelar, sebelum kejadian Choirul Huda paling tidak terdapat empat pemain yang meninggal setelah mengalami insiden hingga meninggal.

Baik itu benturan atau sebab lain yang membuat mereka menutup nyawa.

1. Eri Irianto

Ingat Eri Irianto, gelandang Persebaya Surabaya yang terkenal dengan tendangan geledeknya ini meninggal pada April 2000.

Saat itu, Persebaya Surabaya menghadapi PSIM Yogyakarta. Eri bertabrakan dengan, Samson Noujine Kinga, dari Gabon.

Eri langsung pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Namun, lelaki asal Krian, Sidoarjo, itu tak tertolong. Tim dokter mengatakan penyebab kematian Eri adalah gagal jantung. Nomor punggung Eri, 19, dipensiunkan dan namanya diabadikan sebagai nama Mess Persebaya di Karanggayam, Surabaya.

2. Akli Fairuz

Pada tahun 2014, penyerang Persiraja Banda Aceh Akli Fairuz meninggal setelah ditentang penjaga gawang PSAP Sigli, Agus Rohman.

Saat itu Akli  memburu bola yang mengarah ke posisi Agus. Agus seperti dalam posisi hendak menyapu bola tapi kakinya justru menyasar ulu hati Akli.

Bola masuk ke gawang tapi Akli terkapar di pinggir lapangan. Sempat tak digubris, dia akhirnya dibawa ke rumah sakit. Namun, reaksi petugas sudah sangat terlambat. Akli diketahui mengalami sejumlah luka dalam. Kandung kemih almarhum juga ditemukan bocor. Setelah enam hari koma, Akli akhirnya tutup usia.

Kejadian tragis tersebut mennyedot perhatian dari beberapa media olahraga Eropa.

Media olahraga ternama Spanyol, Marca, mengangkat berita soal kematian Akli. Mereka memberi judul berita ini "Una brutal patada acab con la vida de un jugador en Indonesia" atau yang artinya "Tendangan Brutal Membunuh Pemain Indonesia."

La Gazzetta Dello Sport juga ikut memuat berita soal Akli. Koran asal Italia itu memberi judul "Indonesia, morto dopo un tackle del portiere" yang berarti "Pemain Indonesia, meninggal setelah di-tackle kiper.

3. Sekou Camara

Penyerang Pelita Bandung Raya (PBR) ini meninggal saat menjalani latihan pada 28 Juli 2013. Pemain asing asal Mali ini mengalami serangan jantung dan kolaps. Setelah diberi pertolongan pertama dan dibawa ke rumah sakit siaga, Camara dinyatakan meninggal pada pukul 23.48 WIB.

PBR lantas mengurus semua dokumen pemulangan jenasah. Mereka mengontak agen dan keluarga pemain.  

4. Jumadi Abdi

Gelandang PKT Bontang ini meninggal setelah dihajar Deny Tarkas pada 15 Maret 2009 lalu. Kaki Deny mengarah ke perut Jumadi sehingga pull sepatunya merobek perut. Jumadi pingsan kemudian dibawa ke rumah sakit.

Setelah dirawat selama seminggu dalam kondisi kritis, Jumadi dinyatakan meninggal dunia. Tim dokter mengatakan bahwa usus halus Jumadi robek. Akibatnya, kotoran pencernaan makanan masuk ke seluruh organ dalam.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved