Capres Prabowo Bingung Saat Ditanya Jokowi Soal Unicorn, Apa yang Online-online Itu

Apa itu unicorn? Istilah yang membuat prabowo terkesan bingung saat ditanya Jokowi di debat capres.

Editor: Alza Munzi
KOMPAS.COM
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo berbincang di Teras Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11/2016). 

BANGKAPOS.COM - Salah satu bagian dari Debat kedua Capres 2019, Minggu (17/2/2019) malam yang menarik perhatian warganet ialah soal unicorn.

Hal itu terjadi saat Calon Presiden (Capres) 01, Joko Widodo (Jokowi) bertanya kepada Capres 02 Prabowo Subianto soal kebijakan untuk pengembangan unicorn Indonesia.

"Infrastruktur apa yang akan bapak bangun untuk dukung pengembangan unicorn-unicorn di Indonesia?" tanya Jokowi kepada Prabowo dalam debat.

Mendapat jawaban itu, Prabowo terkesan kurang siap.

"Yang bapak masuk unicorn? unicorn? yang apa itu online-online itu?," ujarnya.

Berangkar dari momen itu, kata "unicorn pun" menjadi trending di twitter.

Banyak warganet bercuit soal unicorn mulai dari yang serius hingga yang kocak.

Lantas apa sebenarnya unicorn?

Mengutip Kompas.com, unicorn adalah sebutan bagi start-up alias perusahaan rintisan yang bernilai di atas 1 miliar dollar AS atau setara Rp 13,5 triliun (kurs Rp 13.500 per dollar AS).

Di Indonesia setidaknya hingga saat ini terdapat 4 unicorn.

4 unicorn itu yaitu Go-Jek, Tokopedia, Travelok dan Bukalapak.

Jumlah unicorn Indonesia tersebut termasuk banyak dibanding negara-negara di Asia Tenggara.

Pertanyaannya mengapa banyak unicorn itu muncul di Indonesia?

Ekonom Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko bercerita, beberapa waktu lalu, dirinya bertemu dengan Dubes Singapura.

Dalam pertemuan itu ada diskusi, mengapa unicorn-unicorn muncul dari Indonesia.

"Salah satu yang muncul itu, satu itu karena di sini (Indonesia) tidak ada aturannya. Karena tidak ada aturannya orang jadi berkreasi semaksimal mungkin," ucap dia dalam FGD BTPN di Bali, pekan lalu.

Selain itu sebut Prasetyantoko, munculnya unicorn tersebut karena adanya kesempatan yang besar di Indonesia.

"Yang kedua opportunity itu ada di sini, tidak di sana," ujarnya.

Mengenai saat menjadi unicorn, perusahaan-perusahaan itu ternyata diambi alih oleh investor asing, Prasetyantoko menilai hal tersebut bukan merupakan suatu masalah, tetapi merupakan paradoks yang alamiah.

"Karena opportunity di sini, sehingga ruang untuk berkembang itu ada di sini. Tetapi begitu dia muncul jadi unicorn, asing yang ambil, take over.

Bagi saya ini alamiah untuk pasar indonesia. Karena di sini ada oppurtunity, begitu dia mau naik harus ada injeksi asing," paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur BTPN Anika Faisal menyebut, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar dan mempunyai potensi yang sangat bagus.

"Sehingga apapun bisa berkembang, istilahnya tanahnya subur banget ditanami apapun tumbuh, potensi apapun tumbuh," ucapnya.

Mengenai modal asing yang masuk ke unicorn, Anika menyebutkan, hal itu karena kapasitas membangun modal di Indonesia memang masih belum bisa diharapkan.

"Sehingga bila mengharapkan pengumpulan modal dari dalam negeri itu yang sulit, itu lah mengapa datang dari asing," katanya.

Mengenai modal asing tersebut, Anika mengatakan bahwa hal itu tidak perlu

dikhawatirkan, selama Indonesia mendapatkan manfaat dari modal tersebut.

"Karena kan orang bawa uang ke Indonesia untuk kebaikan Indonesia kenapa tidak? Yang penting

apakah memberikan kemanfaatan enggak? Nah kalau memberikan manfaat, seperti bayar pajak, memberikan pekerjaan bagi orang Indonesia,

uangnya itu di Indonesia, di-invest dan reinvest kenapa enggak?" papar dia.

Kepemilikan Modal Asing bagi Unicorn Indonesia

Masih mengutip Kompas.com, Go-jek baru-baru ini menerima kucuran dana dari Google sebesar 1,2 miliar dollar AS.

Hal ini menjadikan valuasi Go-Jek saat ini ditaksir mencapai 4 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 53 triliun.

PT Tokopedia terakhir mendapat suntikan sebesar 1,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,7 triliun dari Alibaba Group pada Agustus 2017 silam.

Sebelumnya Tokopedia juga menerima pendanaan pada 2014 lalu dari Softbank Japan dan Sequoia Capital senilai 100 juta dollar AS atau Rp 1,3 triliun.

Sementara Traveloka, mendapatkan pendanaan dari perusahaan travel asal Amerika Serikat (AS)

Expedia pada Juni 2017 senilai 350 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,6 triliun.

Dengan total pendanaan tersebut, Traveloka kini telah mencapai nilai valuasi lebih dari 2 miliar dollar AS atau setara Rp 26,6 triliun.

Adapun CEO Bukalapak Achmad Zaky menyebut Bukalapak telah memiliki valuasi lebih dari Rp 13,5 triliun.

Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan agar ada unicorn yang kelima hingga 2019 mendatang.

(Tribunnews.com/Daryono/Kompas.com/Erlangga Djumena)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Penjelasan soal Unicorn, Istilah yang Membuat Prabowo Terkesan Bingung saat Ditanya Jokowi di Debat

Aib Nagita Slavina Dibongkar Mama Rieta, Pernah Bohong dan Dapat Hukuman Keras Gara-gara Ini

Alasan Prabowo Akui Keberhasilan Jokowi hingga Ribut-ribut Soal Tanah Capres yang Jadi Sorotan

Begini Reaksi Presiden Jokowi Ketika Gaya Bicaranya Jadi Bahan Lawakan Artis di Depan Istana Negara

Sumber: TribunStyle.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved