Berita Pangkalpinang

Sejarah Pewter dan Kepedulian PT Timah

Seni kerajinan pewter pertama kali secara historis dipelopori oleh PT Timah yang dimulai pada medio pertengahan tahun 80-an.

Penulis: M Zulkodri | Editor: Ardhina Trisila Sakti
Dokumen Bangka Pos
Dwi Darma Pewter di Gang Kalamaya 2, Kelurahan Bacang, Jalan Depati Hamzah, Pangkalpinang, Kamis (30/7) 

BANGKAPOS.COM -- Sebagian masyarakat Bangka Belitung mungkin belum mengenal betul apa itu Pewter atau kerajinan berbahan dasar timah. Maklum kerajinan berbahan dasar Timah ini selain memiliki ciri yang khas harga kerajinan yang juga menjadi cenderamata khas Bangka Belitung ini tidaklah murah.

Untuk gantungan kunci saja, harga satu buahnya Rp 30 Ribu, bahkan ada yang harganya sampai jutaan hingga puluhan juta rupiah berupa miniatur berupa kapal layar atau bentuk lainnya yang lebih besar.

Seni kerajinan pewter pertama kali secara historis dipelopori oleh PT Timah yang dimulai pada medio pertengahan tahun 80-an.

Kala itu perusahaan mendelegasikan tiga orang perajin untuk mengikuti pelatihan Pewter di Jakarta.

Kemudian berlanjut melatih pemuda-pemudi di Bangka belitung menjadi perajin pewter hingga akhirnya membentuk kelompok usaha kerajinan pewter di Muntok Bangka Barat, yang kemudian berlanjut pelatihan di Pangkalpinang.

Kabid Humas Pt Timah Tbk, Anggi Siahaan mengatakan kerajian pewter ini awalnya merupakan inisiasi dari ibu Kuntoro Mangkusubroto, Direktur Utama PT Timah saat itu.

“Beliau saat itu ingin memberdayakan ekonomi kreatif dari bahan dasar Timah. Kenapa harus ekspor Timah batangan saja, kenapa tidak ada kerajinan atau bentuk lain yang memiliki nilai lebih. Sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan ekonomi baru bagi pemuda di daerah kala itu,” ujar Anggi.

“ Harapannya kerajinan pewter ini bisa berkembang seperti kerajinan perak yang ada di Jogjakarta,” tambahnya lagi.

Diceritakan Anggi perkembangan kerajinan pewter saat itu terus dilakukan di awal tahun 90-an sejumlah pelatihan juga dilakukan, bahkan dibuatlah kelompok pengrajin pewter dengan biaya, peralatan serta tempat yang difasilitasi langsung oleh PT Timah.

“ Saat itu sudah ada 5 pengrajin di Muntok dan 8 pengrajin di Pangkalpinang,” ucapnya.

Pewter sendiri lanjut Anggi adalah kerajinan berbahan dasar timah Sn hingga 97 persen dengan tembaga (cu) kandungan 2 persen dan 1 persen Antimony (Sb) yang dikreasikan menjadi kerajinan kreatif.

Asal kata pewter sendiri jelas Anggi tidak sepenuhnya diketahui namun kemungkinan diambil dari kata “spelter” dimana pengrajin di Inggris mulai menempa timah menjadi alat makan dan minum kerajaan yang kemudian dikenal dengan nama “Peauteur” dalam bahasa Belanda.

Hingga saat ini, lanjut Anggi kerajinan pewter masih tetap eksi dan terus mendapat suport dari PT Timah kepada pengrajin baik berupa pinjaman modal dan promosi baik di event lokal, nasional maupun internasional.

Berbagai jenis kegiatan yang diberikan oleh PT Timah antara lain pelatihan dan workshop, penyediaan peralatan bagi para perajin, juga tentu penyediaan bahan timah untuk kegiatan tersebut.

“ Kedepan tentunya PT Timah tetap berkomitmen untuk mendukung perkembangan sektor pariwisata di daerah dengan kontribusi perusahaan dengan melakukan hal-hal konkrit seperti pemberdayaan aset perusahaan. Khususnya Pewter perusahaan akan mendukung dengan kontribusi seperti dukungan tentang tata kelola usaha hingga fasilitas gallery,” ucapnya.

(Bangka Pos/Muhamad Zulkodri)

Sumber: bangkapos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved