Bangka Pos Peduli

Kisah Bayi 37 Hari Tanpa Anus, Jihan Ramadani Butuh Uluran Tangan

Kisah Bayi Berusia 46 Hari Tanpa Lubang Bokong, kisahnya memilukan. Jihan Ramadani membutuhkan uluran tangan dermawan

Penulis: Edy Yusmanto |
Foto pribadi keluarga
Amri dan Misrah menemani putri bungsu mereka, Jihan Ramadani seusai menjalani operasi pembuatan anus di bagian perut, beberapa waktu lalu di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Amir Pangkalpinang. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA - 37 hari tanpa anus. Bukan cerita khayalan. Tapi kisah nyata yang tak hanya menggelitik rasa kasihan juga tanda tanya sekaligus penasaran.

Amri (29) tak kuasa menahan bulir-bulir airmata ketika menceritakan kondisi anak bungsunya saat mendatangi kantor Bangka Pos Group, Sabtu (13/7/2019).

Cerita berawal pada 28 Mei 2019 lalu.

Kala itu, kebahagiaan Amri dan Misrah (26) semakin lengkap karena bayi berjenis kelamin perempuan itu lahir ke dunia, tepatnya pukul 19.00 WIB di Puskesmas Penagan.

Bayi yang diberi nama Jihan Ramadani itu lahir dalam keadaan sehat.

Viral Disebut Hakim Cantik, Leanna Leonardo Bongkar Fakta Sebenarnya hingga Minta Jangan Diculik

Jihan merupakan anak ketiga dari pasangan yang menetap di Tanjung Pura Kecamatan Sungai Selan Kabupaten Bangka Tengah ini.

Awal-awal, tak ada tanda-tanda keanehan pada fisik Jihan.

Setiap hari tak rewel bahkan sangat jarang menangis.

Aktivitas makan dan minum air susu ibu (ASI) lancar.

Dua Penyair Belitung Masuk Buku ASPI Yayasan Puisi Indonesia, Yudhie : Ini untuk Belitongku Tercinta

Jihan Ramadani, bayi yang hidup 37 hari tanpa anus. Kini dia butuh uluran tangan untuk operasi pembuatan anus.
Jihan Ramadani, bayi yang hidup 37 hari tanpa anus. Kini dia butuh uluran tangan untuk operasi pembuatan anus. (Foto pribadi keluarga)

Buang air kecil dan besar (BAB) pun terkesan baik.

"Memang dak rewel anak e. jadi kami piker sehat bai," ujar Amri.

Selama 37 hari, Amri mengaku cuma beberapa kali melihat Jihan BAB dari warna celananya yang menguning.

"Kalau eek (maaf--buang air besar), ada tapi keluar dari situ (tampaknya, padahal dari kemaluan), sama kayak kencing (pipis)," kata Amri terbata-bata.

Kondisi Jihan tak memiliki anus diketahui Amri dari orangtuanya.

Saat itu, dia sedang melaut menjalankan aktivitas sehari-harinya sebagai nelayan lokal.

Sebagai nelayan, hasil tangkapan tak bisa diprediksi. Kadang cukup buat makan, kadang bisa dijual untuk keperluan lain, kadang tidak dapat sama sekali.

Hari itu, Amri berangkat subuh agar mendapatkan rejeki yang lebih baik untuk keluarga.

Semua berjalan lancar, awalnya.

Meski belum mendapatkan hasil tangkapan, Amri tetap fokus mengais rejeki dari laut.

Tiba-tiba, ada telepon dari istri yang memintanya untuk segera pulang.

Sekedar informasi, Amri melaut tidak jauh, hanya sekitar 17 atau 18 kilometer dari bibir pantai.

"Bini bilang bang pulang, Jihan rewel," ucap Amri mengulang permintaan istri di telepon.

Sebetulnya, Amri mengaku sudah sejak awal cemas.

Jihan, sudah beberapa hari menangis tak henti-henti, siang dan malam.

Ternyata apa yang ditakutkan terjadi.

"Biniku dak berani ngomong. Emakku cerite, kate e Jihan dak de jubur (anus), ya ampun lemes rase e. Biniku ge kate emakku nak pingsan. Sebener e la berape hari, Jihan tuh nangis terus siang malem. Perutnya macem kembung, besar. Waktu pagi ku mancing tulah, pas bini mandiin e, die tekejut ngelihet dak de jubur e (anus)," cerita sambung Amri.

"Jadi men ku itung dari lahir, pas 37 hari baru tahu dak de jubur e (Jihan)," sambung Amri.

Mendengar kabar ini, membuat Amri dan Misrah panik sekaligus bingung.

Ia kemudian meminta bantuan kerabat dan keluarga untuk mencari kendaraan menuju ke rumah sakit.

"Jam lime ku ke rumah sakit ini (RSUD Pangkalpinang)," sebut Amri.

Saat datang ke rumah sakit, Jihan tak langsung ditangani.

Mereka diminta datang kembali besok hari.

Amri dan Misrah menemani putri bungsu mereka, Jihan Ramadani seusai menjalani operasi pembuatan anus di bagian perut, beberapa waktu lalu di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Amir Pangkalpinang.
Amri dan Misrah menemani putri bungsu mereka, Jihan Ramadani seusai menjalani operasi pembuatan anus di bagian perut, beberapa waktu lalu di Rumah Sakit Umum Daerah Depati Amir Pangkalpinang. (Foto pribadi keluarga)

"Ku dak tahu, tapi sore itu kami disuruh pulang agik. Besok kembali, baru ditangani besok pagi e. Jihan langsung diopname di Ruang Asoka kelas III," kata Amri yang mengaku belum memiliki kartu BPJS.

Kebingungan Amri dan Misrah tak usai meski Jihan sudah ditangani dan dirawat di rumah sakit.

Bayi mungil ini terus menangis.

Setelah diperiksa dokter, barulah disampaikan Jihan harus menjalani operasi.

"Cemane duit dak de, anak nak operasi. Untunglah dokter di rumah sakit tu bilang, operasi bai dulu, duit e kelak kasihan kek anakku karena perut e la besak. Jadi operasi besok e," terang Amri.

Perut sebelah kiri Jihan terpaksa dioperasi dijadikan sebagai tempat pembuangan.

Langkah ini cukup baik, Jihan pun berhenti menangis dan bisa tenang.

Meski demikian, Jihan disarankan untuk menjalani tiga kali operasi lanjutan.

Operasi itu dilakukan di Bangka Belitung.

"Operasi e di RSCM, ku dak ngerti, ade tiga kali agik. Cemane pulik, duit dak de, ni ge la sekaput pinjem sane sini, ya Allah," cerita Amri sembari menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

Selengkapnya baca edisi cetak Bangka Pos. 

Semoga banyak pihak yang tergugah hatinya untuk membantu Jihan. (Bangka Pos/Edy Yusmanto)

Sesuai permintaan keluarga, Bangka Pos Group melampirkan nomor telepon yang bisa dihubungi.

1. 0813-6825-5324 (Amri)

2. 0857-6702-1048 (Sumi)

Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved