Bulan Safar Bukan Bulan Datangnya Bala dan Sial, Ini Amalan yang Dianjurkan Rasulullah
Ada yang meyakini tidak boleh menggelar pernikahan, membuka usaha hingga mengadakan perjalanan jauh selama bulan Safar.
BANGKAPOS.COM - Tahun ini tanggal 1 Safar 1441 Hijriyah jatuh pada Senin (30/9/2019).
Dalam kalender Tahun Baru Islam, Safar merupakan bulan kedua setelah Muharram.
Bulan Safar bagi sebagian umat Islam diyakini sebagai bulan penuh bala dan sial.
Ada yang meyakini tidak boleh menggelar pernikahan, membuka usaha hingga mengadakan perjalanan jauh selama bulan Safar.
Keyakinan itu telah berlangsung sejak lama hingga sekarang.
Benarkah Bulan Safar bulan datangnya bala dan kesialan?
Rasulullah SAW pernah menyatakan seluruh bulan adalah baik dan mendatangkan kebaikan. Artinya tidak ada bulan yang penuh bala dan mendatangkan sial.
• Mitos Bulan Safar Datang Bala, Musibah Hingga Penyakit, Rasulullah Baca Doa Ini Saat Alami Kesulitan
Dikutip dari muslimobsession.com, bahwa dalam penanggalan Hijriyah atau kalender Islam, bulan Safar adalah bulan kedua setelah Muharram. Safar sendiri dalam bahasa Arab artinya kosong.
Mengapa disebut kosong? Sebab sudah menjadi kebiasaan orang-orang Arab jahiliyah zaman dulu, meninggalkan rumah mereka sehingga menjadi kosong. Dalam artian, hal ini menunjukkan bahwa Safar diyakini sebagai bulan yang harus diwaspadai karena banyak memiliki kesialan.
Namun, ada pula yang mengatakan jika Safar diambil dari nama penyakit seperti yang juga diyakini orang Arab jahiliyah di masa lampau, yakni penyakit safar yang ada di perut. Sehingga akan membuat seseorang menjadi sakit karena terdapat ulat besar yang sangat berbahaya.
Safar juga dinyatakan sebagai jenis angin berhawa panas yang terjadi pada perut serta banyak tafsiran lainnya dari kata Safar tersebut.
Lebih lanjut, pendapat yang menyatakan jika bulan Safar adalah bulan sial dan tidak baik untuk mengadakan sebuah acara penting merupakan khurafat atau tahayul dan mitos.
Khurafat adalah bentuk penyimpangan dalam akidah Islam. Beberapa keyakinan dalam hal ini meliputi beberapa larangan seperti melakukan pernikahan, khitan dan berbagai perbuatan lain yang apabila dilakukan akan menimbulkan musibah atau kesialan.
Pemikiran semacam ini terus saja berkembang dari setiap generasi bahkan hingga sekarang yang dianggap sebagai bulan tidak menguntungkan.
Mitos akan hal ini sebenarnya sudah dipatahkan oleh Rasulullah Saw. yang bersabda jika bulan Safar bukanlah bulan yang sial dan sudah jelas tidak masuk dalam dasar hukum Islam.