Berita Bangka Tengah
Uniknya Desa Pergam, Asal-usul Nama hingga Kearifan Lokal Tak Memakan Lele Sampai Tujuh Turunan
Desa Pergam memiliki beragam keunikan benda sejarah dan sejarah lisan. Benda-benda sejarah Desa Pergam berupa guci, gong, senjata dan rumah adat.
Uniknya Desa Pergam, Kisah Asal-usul Nama hingga Kearifan Lokal Tak Memakan Lele Sampai Tujuh Turunan
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Komunitas Public Relations jurusan Otomatisasi Tata Kelola Perkantoran SMKN 2 Koba menjadikan Desa Pergam sebagai obyek atau kawasan untuk pembelajaran tentang Humas Kebudayaan.
Dari sana lah kemudian diketahui sejumlah hal mengenai Desa Pergam yang belum banyak diketahui oleh generasi penerus bangsa.
Berdasarkan rilis yang diterima Bangkapos.com, Desa Pergam memiliki beragam keunikan benda sejarah dan sejarah lisan.
Benda-benda sejarah Desa Pergam berupa guci, gong, dan beberapa senjata serta rumah adat.
Asal-usul Nama Desa Pergam
Sedangkan sejarah lisannya meliputiasal usul nama Desa Pergam yang bermula seroang warga Sumatera bernama Abok Gani, yang pada zaman kerajaan dahulu bersama rombongan merantau ke tanah desa.
Dalam perjalanan pada pagi harinya, mereka mendengar suara burung Pergam dan akhirnya desa itu dinamakan “Desa Pergam”.
Kearifan Lokal Tidak Memakan Ikan Lele
Tidak hanya itu sejarah lisan di desa ini memiliki cerita yang unik berupa tidak diperkenankannya warga Desa Pergam memakan ikan Lele.
Awal sejarah lisan yang terungkap ini bermula dari musim kemarau yang berkepanjangan selama tujuh bulan lebih di Desa Pergam.
Masyarakat kesulitan air pada saat itu.
Kebetulan sebagian masyarakat melihat ada dua lobang kecil, yang ternyata di dalam lobang tersebut terdapat ikan Lele.
Jenisnya bukan ikan Lele hitam tetapi ikan Lele putih.
Tetapi sampai sekarang masyarakat masih percaya bahwa tidak boleh makan ikan Lele sampai tujuh keturunan baik ikan Lele putih maupun ikan Lele hitam.
Apabila melanggarnya, maka akan terkena sumpah Lele atau terkena berbagai penyakit.
Kekayaan Desa di Bangka Belitung
Pembimbing dan Guru Penggerak Kehumasan Ardian Sufandi, mengatakan, desa-desa di Provinsi Bangka Belitung (Babel) ini menyimpan kekayaan tradisi, kebudayaan, sejarah dan pariwisata yang baik untuk laboratorium pembelajaran sesungguhnya.
Siswa-siswi bisa belajar dari desa-desa sekitar yang menyimpan pesona pengetahuan yang tidak akan didapatkan mereka di ruang kelas.
Desa Pergam adalah satu di antara desa yang tepat bagi siswa-siswinya belajar kehumasan kebudayaan yang belum banyak orang tahu.
Ia menambahkan, pembelajaran kehumasan kebudayaan di Desa Pergam ini bertujuan melatih peserta didik untuk dapat membentuk pendidikan karakter kemasyarakatan, memiliki cinta terhadap tanah air, menerapkan ilmu teori di sekolah langsung kepada masyarakat.
"Serta menambah soft skill kehumasan yang nantinya peserta didik setelah lulus siap terjun dan mengabdi ke masyarakat," ujar Ardian, Minggu (1/3) kepada Bangkapos.com
Satu di antara siswa, Darmawansyah merasa bangga dan merupakan sebuah kehormatan besar bagi dirinya bisa melihat secara langsung peninggalan kebudayaan yang ada di Desa Pergam ini.
Di tambah lagi warga Desa Pergam terkenal ramah tamah dan sangat menyambut kehadiran kelompoknya dalam kegiatan belajar kehumasan kebudayaan ini.
Sementara itu Kepala Desa Pergam Sukardi mengatakan, kegiatan kehumasan kebudayaan yang dilakukan para pelajar ini sangat baik, dan pihaknya sangat mendukung kegiatan tersebut sebagai bentuk pelestarian kebudayaan desa.
Ia juga memohon doa semoga kedepan Desa Pergam bisa menjadi desa wisata sejarah yang mengedukasi dan mendunia.
Para pelajar yang terlibat dalam pembelajaran tersebut dibuat kelompok, dan untuk kelompok yang mengambil tema di Desa Pergam ini beranggotakan Monika, Tasya, Darmawan, Sukma sandi. (Bangkapos.com/Muhammad Rizki)