MENGULIK Sejarah Kapal Kayu Pinisi Pertama hingga Tujuannya yang Romantis

Perahu pinisi adalah perahu tradisional suku Bugis dan Makassar Sulawesi Selatan. Bentuknya seperti kapal layar pada umumnya.

Tribunnews.com
Uang Rp 100 bergambar Perahu Pinisi, banderolnya jutaan rupiah 

Atas teguran orang tersebut maka orang-orang Bira memberi layar itu dengan nama Pinisi.

Pekerja menyelesaikan lambung perahu Phinisi di depan Benteng Rotterdam, Pantai Losari Makassar, Rabu (1/4/2015).
Pekerja menyelesaikan lambung perahu Phinisi di depan Benteng Rotterdam, Pantai Losari Makassar, Rabu (1/4/2015). (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR)

Ritual Khusus

Kapal ini, tidak dibuat begitu saja. Harus ada ritual khusus saat ingin membuat kapal ini.

Upacara kurban untuk pembuatan perahu pinisi adalah salah satu dimana kemegahan pinisi dilahirkan.Para pembuat perahu tradisional ini, yakni orang-orang Ara, Tana Lemo dan Bira, yang secara turun temurun mewarisi tradisi kelautan nenek moyangnya.

Upacara ritual juga masih mewarnai proses pembuatan perahu ini, Hari baik untuk mencari kayu biasanya jatuh pada hari ke lima dan ketujuh pada bulan yang berjalan.

Angka 5 (naparilimai dalle’na) yang artinya rezeki sudah ditangan. Sedangkan angka 7 (natujuangngi dalle’na) berarti selalu dapat rezeki. Setelah dapat hari baik, lalu kepala tukang yang disebut "punggawa" memimpin pencarian.

Sebelum pohon ditebang, dilakukan upacara untuk mengusir roh penghuni kayu tersebut. Seekor ayam dijadikan sebagai korban untuk dipersembahkan kepada roh. Jenis pohon yang ditebang itu disesuaikan dengan fungsi kayu tersebut. Pemotongan kayu untuk papan selalu disesuaikan dengan arah urat kayu agar kekuatannya terjamm. Setelah semua bahan kayu mencukupi, barulah dikumpulkan untuk dikeringkan.Pembuatan perahu pinisi di Tanah Beru.

Peletakan lunas juga memakai upacara khusus. Waktu pemotongan, lunas diletakkan menghadap Timur Laut.

Balok lunas bagian depan merupakan simbol lelaki. Sedang balok lunas bagian belakang diartikan sebagai simbol wanita.

Setelah dimantrai, bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji harus dilakukan sekaligus tanpa boleh berhenti.

Karena itu, pemotongan harus dilakukan oleh orang yang bertenaga kuat.

Ujung lunas yang sudah terpotong tidak boleh menyentuh tanah. Bila balok bagian depan sudah putus, potongan itu harus dilarikan untuk dibuang ke laut. Potongan itu menjadi benda penolak bala dan dijadikan kiasan Sebagai suami yang siap melaut untuk mencari nafkah. Sedangkan potongan balok lunas bagian belakang disimpan di rumah, dikiaskan sebagai istri pelaut yang dengan setia menunggu suami pulang dan membawa rezeki.

Kapal Pinisi Pusaka Nusantara melintas di Pantai Losari, Selasa (6/9/2016).

Kapal ini akan memeriahkan Makassar International Eight Festival & Forum 2016.

Sejumlah kapal tradisional seperti kapal pinisi dan Sandeq akan disulap menjadi venue festival tersebut di Anjungan Pantai Losari. tribun timur/muhammad abdiwan
Kapal Pinisi Pusaka Nusantara melintas di Pantai Losari, Selasa (6/9/2016). Kapal ini akan memeriahkan Makassar International Eight Festival & Forum 2016. Sejumlah kapal tradisional seperti kapal pinisi dan Sandeq akan disulap menjadi venue festival tersebut di Anjungan Pantai Losari. tribun timur/muhammad abdiwan (TRIBUN TIMUR/MUHAMMAD ABDIWAN)

Pemasangan papan pengapit lunas, disertai dengan upacara Kalebiseang.

Upacara Anjarreki yaitu untuk penguatan lunas, disusul dengan penyusunan papan dari bawah dengan ukuran lebar yang terkecil sampai keatas dengan ukuran yang terlebar.

Jumlah seluruh papan dasar untuk perahu pinisi adalah 126 lembar. Setelah papan teras tersusun, diteruskan dengan pemasangan buritan tempat meletakkan kemudi bagian bawah.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved