Mantan Danjen Kopassus Agum Gumelar Sentil Gatot Nurmantyo Saat Kritik Kericuhan di TMP Kalibata

Agum Gumelar awalnya mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap sejumlah purnawirawan TNI saat berziarah di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.

Editor: Dedy Qurniawan
Kompas.com
Ketua Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan Polri (Perpabri) Letjen (Purn) Agum Gumelar usai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kantor kepresidenan, Kamis (24/4/2014). 

BANGKAPOS.COM - Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar yang juga mantan Danjen Kopassus menyentil Gatot Nurmantyo saat mengkritik kericuhan di TMP Kalibata beberapa waktu lalu.

Agum Gumelar awalnya mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap sejumlah purnawirawan TNI saat berziarah di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Kamis (1/10/2020).

Menurutnya, para purnawirawan tersebut terlihat sangat memaksa untuk masuk dan melakukan deklarasi di halaman TMP Kalibata itu.

Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Purnawirawan Warakawuri TNI-Polri (PEPABRI) menyatakan, tidak seharusnya purnawirawan TNI bersikap memaksa seperti itu.

"Terus terang saja saya merasa prihatin dan bahkan kesal melihat kejadian itu. Terutama untuk mereka yang kemarin mengenakan baret merah dengan gagah perkasa. Saya ini mantan Danjen Kopassus," kata Agum dalam wawancaranya di Kompas TV, Jumat (2/10/2020).

"Seharusnya mereka itu menjadi prajurit baret merah yang dicintai dan mencintai rakyat. Ini malah kejar-kejaran dengan mahasiswa. Apa itu," ungkap Agum menyatakan kekecewaannya.

"Jadi cara-cara seperti kemarin itu, mohon maaf ya, sebagai prajurit Baret Merah, saya sebagai mantan Danjen saya ingin koreksi, tidak seperti itu. Jangan terlalu mudah meneriakkan Komando di tempat-tempat yang tidak tepat," katanya.

Ia juga menyoroti sikap sejumlah purnawirawan berpangkat tinggi yang terlibat debat dengan petugas di lapangan.

"Kita ini kan pernah bertugas. Tahu kondisi di lapangan. Janganlah mentang-mentang pangkat jenderal lalu menganggap remeh petugas di lapangan. Mereka itu hanya bertugas, melaksanakan perintah. Pernah punya pangkat tinggi itu seharusnya lebih bisa menghargai," katanya.

Secara khusus Agum juga menyampaikan pesan kepada Gatot Nurmantyo.

"Jika Pak Gatot ingin membangun gerakan moral sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap bangsa, itu. Namun mohon harus betul-betul gerakan moral, jangan menjadi suatu gerakan politik. Gerakan moral itu tentunya harus diikuti dengan moral yang tinggi," ujarnya.

Diwartakan sebelumnya, muncul sebuah video menunjukkan aksi Kolonel Inf Ucu Yustiana yang mengadang kedatangan mantan Panglima TNI, Jenderal (purn) TNI Gatot Nurmantyo di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, viral di media sosial pada Rabu (30/1/2020) hingga Kamis (1/10/2020) kemarin.

Dandim 0504/Jakarta Selatan itu bahkan sempat bersitegang dengan mantan Panglima TNI itu serta para purnawirawan TNI dan massa pengikutnya, lantaran mengizinkan mereka masuk ke TMP Kalibata untuk berziarah.

Detik-detik Polisi Berkemeja Putih Hentikan Pidato Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo di Acara KAMI

"Ini di makam pahlawan ya, Anda punya Sapta Marga sumpah prajurit. Anda bertanggung jawab kepada Tuhan YME bahwa kami purnawirawan akan menghormati para pahlawan yang jadi korban G30S/PKI," kata Gatot kepada Ucu.

Meski yang dihadapi adalah mantan komandan tertingginya, namun Ucu dengan tenang menghapi mantan orang nomor 1 di TNI itu.

Ucu menegaskan, dirinya hanya melaksanakan tugas dan tidak bermaksud melarang Gatot dan para purnawirawan untuk berziarah ke makam pahlawan.

"Kami hanya menjalankan tugas agar sesuai dengan protokol kesehatan," jawab Kolonel Ucu.

Menurut Ucu, rombongan yang dibawa Gatot untuk berziarah terlalu banyak sehingga menimbulkan kerumunan. Padahal, sesuai protokol kesehatan, tak boleh ada kerumunan.

Ucu mengatakan, hanya boleh 30 orang sekali masuk untuk berziarah.

"Saya hargai itu," kata Gatot saat mendengar 30 orang yang bisa masuk ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Setelah terjadi perdebatan alot, rombongan akhirnya diperbolehkan masuk dengan syarat per kelompok maksimal 30 orang.

Gatot Nuramntyo Keluar Jika KAMI Jadi Partai

Pentolan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Gatot Nurmantyo membetot perhatian publik beberapa waktu terakhir.

Berikut sejumlah perkembangan kabar mengenai sepak terjang Gatot Nurmantyo di tanah air yang dirangkum dari berbagai sumber:..

Kemungkinan Bergabung dengan Partai Ummat

Melangsir kompas. com pada berita berjudul Gatot Nurmantyo: KAMI Bukan Alat buat "Nyapres", kalau Jadi Partai, Saya Keluar , pemrakarsa Gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia ( KAMI) Gatot Nurmantyo mengungkapkan bahwa organisasi itu bukan alat baginya untuk menjadi calon presiden (capres).

Hal itu disampaikan Gatot saat ditanya wartawan di kediaman salah satu anggota KAMI, Daday Hudaya, di Telukjambe, Karawang, Rabu (30/9/2020).

Sebelum ke Telukjambe, Karawang, Gatot sedianya menghadiri acara deklarasi KAMI di Tugu Proklamasi Regasdengklok, Karawang, Rabu (30/9/2020).

Namun, acara tersebut akhirnya dibubarkan karena mendapatkan penolakan dari ormas. 

"Boleh-boleh saja kalau menyangka seperti ini (alat dirinya menjadi capres). Namanya juga politikus pasti dikaitkan dengan politik. Saya hargai itu," ujar Gatot di Telukjambe, saat ditanya wartawan apakah KAMI merupakan kendaraan baginya untuk menjadi capres atau bukan. 

Bagi Gatot, jika ada orang yang mengkritik dirinya, berarti telah mendengarkannya baik-baik.

Tugas dia, kata Gatot, adalah menyelami pola pikirnya agar dirinya bisa paham. 

Saat ditanya apakah para ulama mendoakannya menjadi presiden, Gatot menjawab singkat.

"Saya yakin para ulama berdoa untuk saya menjadi presiden, tapi berdoa juga untuk menyelamatkan bangsa ini," ucapnya.

Mantan Panglima TNI itu juga menyatakan akan keluar jika organisasi itu berubah jadi partai. Ia menyebut KAMI adalah organisasi moral. Dia juga meyakinkan bahwa KAMI tidak akan berubah jadi partai politik.

 "Kalau menjadi partai politik pasti saya, Farudin, Prof Wahab, dan yang lainnya akan keluar dari KAMI," ujarnya.

Meski KAMI baru dua bulan berdiri, Gatot menyebut organisasi itu cepat berkembang karena peran masyarakat.

Ia tak mau masyarakat dibohongi bahwa KAMI akan berubah menjadi partai. Sebab, Gatot dan rekan-rekannya di KAMI tidak membuat partai.

"Organisasi kita ini adalah organisasi berjaring. Jadi saya dengan dari Karawang dari mana-mana, kalau nanti ada KAMI RT ada, adalah mitra," ucapnya.

Diketahui, setelah acara di Rengasdengklok dibubarkan, acara KAMI dilanjutkan di rumah salah satu anggota KAMI, Daday Hudaya, di Telukjambe, Karawang.

Melangsir tribunnews.com pada berita berjudul artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Benarkah Gatot Nurmantyo dan Din Syamsuddin Akan Gabung Partai Ummat? Ini Jawaban Loyalis Amien

Ketika ditanya nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin akan bergabung dengan Partai Ummat, Loyalis Amien Rais sekaligus mantan Ketua DPP PAN Agung Mozin  mengatakan, keduanya belum menyatakan sikap akan bergabung.

"Ada beberapa tokoh dari KAMI akan gabung. Mereka (Gatot dan Din Syamsuddin) belum menyatakan sikap apa-apa, sekalipun yang mereka suarakan sama dengan suara Partai Ummat," ucapnya.

8 Fakta Cai Chang Pan, Gembong Narkoba Berpendidikan Militer dari China yang Kabur dari Lapas

Lebih lanjut, Agung mengatakan, partainya dalam waktu dekat belum memutuskan untuk mendaftar ke Kementerian Hukum dan HAM.

"Saya kurang tahu soal itu, tapi ada yang melakukannya," pungkasnya.

 Agung Mozin menyakini banyak kader PAN akan bergabung dengan partai besutan mantan Ketua MPR Amien Rais, Partai Ummat.

"Iya dari kader dan simpatisan PAN, dan sebagian besar pendukung dan simpatisan PAN akan ramai-ramai pindah ke Partai Ummat," kata Agung saat dihubungi Kompas.com, Jumat (2/10/2020).

Ia memprediksi, sekitar 50 persen kader dan simpatisan PAN akan bergabung dengan Partai Ummat.

"Jumlah pastinya kami belum tahu, tapi jika presentase sekitar 50 persen bahkan lebih sudah dipastikan masuk ke Partai Ummat," ujarnya.

Agung mengatakan, selain dari PAN, anggota-anggota Partai Ummat juga berasal dari organisasi masyarakat yang sejalan dengan semboyan partai tersebut.

Ia menuturkan, pihaknya sudah membangun komunikasi dengan beberapa tokoh.

Salah satunya tokoh-tokoh dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Sebelumnya, mantan Ketua MPR Amien Rais mengumumkan nama partai baru yang dibentuknya.

Pengumuman nama partai baru tersebut disampaikan Amien melalui akun YouTubenya Amien Rais Official pada Kamis (1/10/2020).

"Partai Ummat Insya Allah bertekad akan bekerja dan berjuang bersama anak bangsa lainnya melawan kezaliman dan menegakkan keadilan," kata Amien.

Amien mengatakan, Partai Ummat akan bekerja dan berjuang berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan aturan demokrasi.

"Partai Ummat akan bekerja dan berjuang memegang teguh Pancasila, UUD 1945, dan semua aturan demokrasi universal," ujarnya.

Amien mengatakan, partai barunya akan menggunakan semboyan "Lawan kezaliman dan tegakkan keadilan".

Sementara itu, asas dari partai tersebut adalah rahmatan lil alamin.

Semboyan dan asas tersebut, menurut Amien, akan membimbing aksi, kiprah, aktivitas, gerakan dan pengorbanan ia dan sahabat-sahabatnya.

"Pendek kata lebih baik dari situasi dan kondisi kita saat ini," kata Amien dalam sebuah video yang diunggahnya dalam akun YouTube Amien Rais Official, Kamis (10/9/2020).

Gatot Nurmantyo Dinilai Telah Kehilangan Panggung untuk Pilpres 2024

Jenderal Purnawirawan TNI Gatot Nurmantyo dinilai telah kehilangan panggung untuk Pemilihan Presiden 2024 setelah tak lagi jadi Panglima TNI.

Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Studies (IPS), Alfarisi Thalib.

Awalnya Alfarisi menyesalkan langkah mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang mendukung buruh melakukan aksi mogok kerja pada 6-8 Oktober 2020 mendatang.

Aksi mogok kerja ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap omnibus law RUU Cipta Kerja.

Alfarisi menilai apa yang dilakukan deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) itu untuk mencari perhatian publik.

Pasalnya, ia menilai Gatot telah kehilangan panggung untuk sekian waktu setelah tidak lagi menjadi Panglima TNI.

“Menurut saya, ini semua tujuannya pragmatis yaitu persiapan Pilpres, dengan terus menerus memberi protes kepada pemerintah dan mempropagandakan isu-isu yang sesungguhnya tidak relevan lagi,” kata Alfarisi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (2/10/2020).

Jazilul Duga Gatot Nurmantyo Ingin Jadi Capres

Alfarisi melihat ada sejumlah isu yang dimainkan seperti isu-isu Omnibus Law RUU Cipta Kerja dan isu-isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).

“Isu UU Cipta Kerja, tidak luput ditungganginya, sebagai strategi untuk menarik perhatian. Dan anggapannya tentang UU Cipta Kerja akan membuat Indonesia “kehilangan kedaulatan bangsa, meningkatkan kesenjangan sosial, dan memiskinkan buruh”, adalah suatu yang mengada-ada dan provokatif,” pungkasnya.

Alumni UIN Alauddin Makassar ini menyebutkan, sebagai mantan prajurit TNI sejati dan Panglima TNI harusnya Gatot menyampaikan optimisme, menyampaikan narasi yang membuat bangsa ini bersatu melawan Covid-19, memberikan gagasan dan strategi agar UMKM tetap bisa bangkit di tengah wabah yang melanda.

FAKTA Ricuh di TMP Kalibata Setelah Gatot Nurmantyo dan Purnawirawan Ziarah, Pangdam Angkat Bicara

“Di tengah pemerintah sedang fokus bekerja keras menekan penyebaran Covid-19 dan menemukan vaksinasi untuk pandemi ini, harusnya semua komponen tanpa melihat latar partai politik, pilihan politik, ideologi politik, kelompok agama dan kebudayaan, harus bersatu dan bergotong royok agar Indonesia bisa keluar dari bencana non alam yang sedang menjangkit,” ungkapnya.

Seperti diberitakan, Koalisi Aksi Menyelamakan Indonesia ( KAMI) mendukung rencana serikat pekerja yang akan menggelar aksi unjuk rasa nasional menolak rencana disahkannya Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja.

Presidium KAMI Gatot Nurmantyo menyatakan, sejak awal pihaknya telah menolak pembahasan RUU Cipta Kerja dalam bentuk omnibus law.

"Penolakan KAMI tersebut didasari pada keyakinan bahwa bila RUU dimaksud menjadi UU, maka akan semakin menghilangkan kedaulatan bangsa, meningkatkan kesenjangan sosial, merusak lingkungan dan juga memiskinkan dan menghilangkan posisi tawar kaum buruh," kata Gatot dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (1/10/2020).

Ia mengatakan, keberadaan RUU tersebut telah melanggar Pasal 27 ayat (2), Pasal 33 dan Pasal 23 UUD 1945. RUU itu dianggap tidak pro pada pekerja nasional dan lebih mementingkan kepentingan buruh asing.

Rekam jejak Gatot Nurmantyo

Nama Gatot Nurmantyo menjadi sorotan publik beberapa waktu belakangan.

Mantan Panglima TNI itu kini menjadi satu di antara deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Semula gerakan KAMI dideklarasikan di Tugu Proklamasi Jakarta Pusat, Selasa (18/7/2020) lalu lalu menyebar ke beberapa daerah.

Sayangnya, sejumlah kalangan melakukan penolakan terhadap deklarasi KAMI.

Nama Gatot Nurmantyo sebenarnya tidak asing lagi di telinga khalayak sebab ia pernah menduduki jabatan strategis di militer, terlebih TNI AD.

Sebelum menjadi Panglima TNI, Gatot Nurmantyo pernah menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ke-30.

Eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo
Eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo (Dok. Puspen TNI)

Selepas pensiun, Gatot Nurmantyo sempat masuk dalam bursa capres-cawapres di Pilpres 2019.

Nah, pada Pilpres 2024, nama Gatot Nurmantyo kembali disebut oleh sebuah lembaga survei sebagai tokoh yang berpotensi maju.

Berikut rekam jejak Gatot Nurmantyo sebagaimana dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:

Gatot Nurmantyo adalah lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1982 dan berpengalaman di kecabangan infanteri baret hijau Kostrad.

Karier pria kelahiran Tegal 13 Maret 1960 di dunia militer terbilang cukup cemerlang.

Sebelum ditarik ke Jakarta, Gatot Nurmantyo pernah berdinas di Papua menjadi Komandan Kodim 1707/Merauke kemudian Komandan Kodim 1701/Jayapura.

Setelah pindah ke Jakarta, karier Gatot Nurmantyo semakin menanjak.

Ia pernah menjadi Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Kodiklat), Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya, dan Gubernur Akademi Militer.

Kemudian pada 2013, ia diangkat menjadi Panglima Komando Cabang Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) ke-35.

Setahun menjabat Pangkostrad, Gatot Nurmantyo menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) pada 2014–2015.

Puncaknya, Gatot Nurmantyo dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon tunggal Panglima TNI.

Nama Gatot diusulkan Jokowi ke DPR pada 9 Juni 2015.

Setelah lolos dalam uji kepatutan dan kelayakan di DPR, Gatot dilantik menjadi Panglima TNI menggantikan Moeldoko yang pensiun pada 1 Agustus 2015.

Gatot Nurmantyo resmi pensiun pada 31 Maret 2018.

Sebelum pensiun, posisinya digantikan oleh Marsekal Hadi Tjahjanto yang saat itu menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Udara.

Gatot Nurmantyo tercatat menjadi prajurit TNI selama 36 tahun sejak 1982.

Gatot Nurmantyo Ngaku Minta Setnov Robek Surat Usulan Panglima TNI dari Jokowi? Ini Kata Refly Harun

Kekayaan Gatot Nurmantyo 

Nama Gatot Nurmantyo sudah tak lagi asing bagi publik Tanah Air. Namanya dikenal luas sejak menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD hingga kemudian menjadi Panglima TNI di puncak kariernya pada tahun 2015.

Beberapa waktu terakhir, Gatot kini sering kali jadi sorotan publik setelah memprakarsai gerakan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia ( KAMI). Dengan wadah KAMI, pria kelahiran Tegal pada 60 tahun silam ini memiliki tujuan utama, yakni untuk menyelamatkan NKRI.

Karier Gatot Nurmantyo selama bertugas di militer terbilang sangat cemerlang. Ia merupakan jebolan Akmil angkatan tahun 1982. Dinas pertamanya yakni menjadi pasukan infantri di baret hijau Kostrad.

Selama beberapa tahun, Gatot dikirim ke Papua sebagai Komandan Kodim, antara lain Dandim 1707 Merauke, kemudian Dandim 1701 Jayapura. Jabatan teritorial lainnya yakni Komandan Korem Suryakencana dan Panglima Kodam Brawijaya.

Kariernya terus menanjak hingga menjadi menjadi Gubernur Akmil pada tahun 2010. Kerja kerasnya mengantarkannya menjadi orang nomor satu di TNI AD, lalu Panglima TNI pada usia 55 tahun.

Puluhan tahun berkarier di militer hingga pensiun sebagai purnawirawan dengan pangkat Jenderal TNI, berapa kekayaan Gatot Nurmantyo?

Dikutip dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara ( LHKPN), Gatot Nurmantyo terakhir kali melaporkan harta kekayaannya pada tahun 2018 atau di akhir masa jabatannya sebagai Panglima TNI.

Total kekayaan yang dilaporkannya yakni sebesar Rp 26,68 miliar atau tepatnya Rp 26.683.257.860. Kekayaannya naik sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Pada tahun 2010 saat menjabat sebagai Gubernur Akmil, harta kekayaan yang dilaporkannya yakni sebesar Rp 7,19 miliar. Lalu, berselang lima tahun kemudian atau pada tahun 2015 saat menjadi Kepala Staf TNI AD, aset yang dilaporkannya naik menjadi Rp 13,9 miliar.

Sebagaimana profil pejabat negara lainnya, harta kekayaan terbesar disumbang dari aset properti senilai Rp 15,43 miliar.

 Gatot diketahui memiliki 17 bidang tanah dan bangunan, terbanyak berada di Bogor dan Jakarta. Tanah lainnya tersebar di berbagai daerah, antara lain Solo, Klungkung, Depok, Sukabumi, dan Maluku Tengah.

Untuk kendaraan dan mesin, Gatot melaporkan kepemilikan atas tiga kendaraan roda empat, yaitu Toyota Harrier Jeep tahun 2001 dengan taksiran nilai Rp 120 juta, Toyota Alphard tahun 2006 senilai Rp 385 juta, dan Toyota Kijang tahun 1996 senilai Rp 40 juta.

Semua aset tanah dan bangunan serta kendaraan milik Gatot diklaim merupakan hasil sendiri alias bukan dari hasil warisan ataupun hibah.

Selanjutnya, Gatot juga melaporkan kekayaan lain berupa harta bergerak lain senilai Rp 46 juta, kemudian kas dan setara kas dengan nilai cukup besar, yakni Rp 10,65 miliar.

Dalam laporan LHKPN, Gatot Nurmantyo mengaku tidak memiliki utang sama sekali.

Sebelum pensiun dari TNI, Gatot Nurmantyo sempat mengungkapkan keinginannya untuk fokus berbisnis peternakan dan pertanian.

"Saya mulai belajar beternak, sama berkebun. (Ternak) ayam, ayam petelur," ujar Gatot dikutip dari Tribunnews.

Sebagian artikel ini telah tayang di  Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Benarkah Gatot Nurmantyo dan Din Syamsuddin Akan Gabung Partai Ummat? Ini Jawaban Loyalis Amien dan di Kompas.com dengan judul Mengintip Kekayaan Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan di Tribunnewswiki.com dengan judul Kritik Aksi Ziarah di TMP, Agum Gumelar: Jangan Mudah Meneriakkan Komando di Tempat yang Tidak Tepat

Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved