Buaya Muara 3 Meter yang Serang Warga Saat Ambil Air Takluk Hanya dengan Pipa dan Rotan

Sejumlah buaya telah ditangkap menyusul Konflik Manusia vs Buaya di Pulau Bangka yang terus terjadi. Perburuan buaya terus dilakukan warga.

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
posbelitung/suharli
Buaya muara yang ditangkap Maman, si pawang buaya di Belitung Timur. 

BANGKAPOS.COM - Seekor Buaya Muara sepanjang 3 meter menyerang warga di Belitung Timur yang tengah mengambil air, Selasa (3/10/2020) malam lalu.

Ember yang digunakan warga jadi sasasaran amukan Buaya ganas tersebut.

Kejadian Serangan Buaya ini sampai ke Maman Kelentuar (52).

Dia adalah Pawang buaya di Belitung Timur, Provinsi Babel.

Maman akhirnya turun tangan.

Dia ke lokasi membawa alat sederhana berupa Rotan dan pipa.

 "Semalam kan saya masih di warung kopi, diberi tahu ada buaya, awalnya rencana memang sesudah ngopi mau  mancing buaya karena sudah buat warga resah di kolong II, kenyataanya semalam (13/9) di Kolong Nek Nuje," ujarnya.

Maman memegang rotan yang digunakannya saat menangkap buaya pada Selasa (13/10) malam.
Maman memegang rotan yang digunakannya saat menangkap buaya pada Selasa (13/10) malam. (posbelitung.co / Suharli)

Singkat cerita, setelah berjibaku Buaya berbobot sekitar 200 kilogram itupun berhasil ditangkap.

 "Ini betina, panjang dari ujung mulut sampai ujung ekor sekitar 3 meter, jenisnya buaya muara," ujarnya.

Reptil ganas ini kemudian digotong Maman bersama tiga rekan lainnya pulang ke rumah.

Sosok Maman Kelentuar

Maman dikenal sebagai Pawang Buaya.

Dia pernah membantu warga menangkap Buaya yang bikin resah di Desa Cendil, Danau Nujau, dan Daerah Sembulu.

Semuanya berada di wilayah Belitung Timur.

Dia menjelaskan, Buaya Muara yang ditangkap kemarin berasal dari daerah Kolong II.

Baca juga: 3 Kisah Perburuan Buaya di Pulau Bangka Selama 2020, Dipasangi Perangkap Kayu Hingga Libatkan Pawang

Buat yang belum tahu, kolong adalah istilah di Bangka Belitung untuk menyebut sebuah tempat berupa kubangan atau kolam bekas galian- biasanya bekas galian tambang.

Buaya ini kemudian yang berpindah ke Kolong Nek Nuje, Kampung Skip, Desa Lalang.

Warga sudah resah dengan keberadaan hewan ganas ini.

Sebab, beberapa warga sudah pernah diserang hingga terluka.

"Di sini sudah dua kali kejadian warga ditangkap buaya, ada yang diserang bagian leher dan ada serang bagian kaki, tapi tidak sampai meninggal," ujar Maman Kepada Posbelitung.co, Rabu (14/10/2020).

Nasib Buaya Muara yang ditangkap Maman

Hingga kemarin, Maman masih menunggu kabar dari pemerintah desa apakah buaya tersebut akan dipindahkan ke penangkaran atau akan dilepasliarkan di tempat lain.

Buaya tersebut masih hidup.

Keempat kaki dan ekornya tampak diikat dengan tali.

Seemnara moncongnya diikat menggunakan lakban berlapis.

Kemarin, praktis keberadaan buaya ini menarik perhatian warga sekitar.

Beberapa di antara mereka mengambil kesempatan untuk ber-selfie bersama hewan yang punya nama latin Crocodylus porosus ini.

Konflik Manusia Vs Buaya

Sepanjang catatan bangkapos.com selama 2020, kejadian di Belitung Timur ini bukan kasus perburuan buaya pertama yang terjadi di Bangka Belitung.

Sejumlah buaya telah ditangkap menyusul Konflik Manusia vs Buaya di Pulau Bangka yang terus terjadi.

Perburuan buaya terus dilakukan warga.

Baca juga: Buaya Muara 4 Meter Masuk Kolong Sirkuit Balap di Pulau Bangka, Kerap Memangsa Anjing Liar

Aksi saling balas seolah terjadi.

Buaya menyerang manusia, kemudian manusia memburu buaya.

Begitu lah pola yang tampaknya terus terjadi.

Beberapa Buaya berhasil ditangkap.

Buaya berbobot setengah ton diangkut pakai buldozer

Satu di antarnya yang bikin heboh adalah Buaya berbobot setengah ton dan dibawa pakai bulldozer beberapa waktu lalu.

Buaya ini ditangkap seorang pawang bernama Mang Ademi pada Agustus 2020 lalu .

Reptil tersebut diperkirakan telah berusia ratusan tahun.

Gigi buaya seoanjang 4,8 meter ini telah ompong.

Buaya ini akhirnya mati dan dikubur warga dengan cara memisahkan kepala dan badannya.

Kepala Desa (Kades), Kayubesi Rasyidi mengatakan buaya itu diangkut menggunakan alat berat untuk dikubur ke sebuah tempat.

"Lah mati semalam (buaya sudah mati malam tadi -red). Dipotong terpisah kepalanya dan dikubur terpisah di tepi sungai," kata Junaidi.

Buaya ini ditangkip setelah dipancing sang pawang, Mang Ademi (60) atas permintaan Kepala Desa (Kades) Kayubesi, Rasyidi (45) dan warga setempat.

Pasalnya, reptil yang hidup di dua alam itu telah menerkam penduduk lokal.

"Kami tangkap buaya ini menggunakan pancing nomor satu pakai tali rotan umpan tupai. Buaya ini ditangkap di Sungai Kayubesi, arah Ilir perbatasan (Dusun) Limbung (Merawang). Umur buaya ini diperkirakan 112 tahun, panjang 4, 80 meter, berat sekitar setengah ton, lebar tiga keping papan," kata Pawang Buaya, Mang Ademi (60) ketika ditemui Bangka Pos, Selasa (4/8/2020) di Desa Kayubesi Kecamatan Puding Besar Bangka.

Menurut Mang Ademi, ia turun tangan menaklukan buaya itu karena warga merasa resah.

Baca juga: Buaya di Pulau Bangka Diburu Warga, 10 Hewan Ternak Dijadikan Umpan Hingga Libatkan Dukun

"Karena Buaya ini yang sering ganggu warga, makanya kita tangkap," kata Mang Ademi.

Buaya Sungai Kayubesi yang mati diangkut menggunakan alat berat untuk dimakamkan, Rabu (5/8/2020)
Buaya Sungai Kayubesi yang mati diangkut menggunakan alat berat untuk dimakamkan, Rabu (5/8/2020) (bangkapos.com / Fery Laskari)

Dia merasa yakin Buaya yang ia taklukkan pernah menerkam warga setempat bernama Abdullah alias Dullah (30).

"Giginya ompong karena diperkiraan sudah sering menerkam orang. Buaya ini diperkirakan berasal dari arah Sungai Baturusa. Masih ada satu lagi buaya yang akan kita pancing, karena diperkirakan bakal mengganggu manusia," kata Mang Ademi.

Kepala Desa (Kades) Kayubesi Rasyidi alias Rosidi (50) mengatakan, sudah tiga kali buaya menungggu warga di Desa Kayubesi.

Karena itu pula Kades meminta bantuan pawang menaklukan buaya agar warga tidak resah.

"Sejak beberapa tahun terakhir buaya sering ganggu manusia. Mungkin habitatnya rusak karena banyaknya perusahaan kelapa sawit, sehingga makanannya punah. Selain itu, ada anggapan buaya yang ditangkap ini bukan buaya biasa, tapi buaya "peliharaan orang' ..orang luar. Ini bukan buaya kodok, karena ukurannya cukup besar. Kalau buaya kodok biasanya pendek, sedangkan ini ukuranya besar, panjang 4,8 meter," tambah Kades. 

(bangkapos.com / Fery Laskari/ Suharli/ Dedy Qurniawan)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved