Peresmian Stasiun MRT, Raja Thailand dan Ratu Duduk di Atas, 20 Pelayan Bersimpuh di Lantai
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan permaisuri Ratu Suthida meresmikan stasiun bawah tanah pada akhir pekan.
Tuntutan massa jelas.
Mereka mendesak agar Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha mundur, amendemen konsitutsi agar lebih demokratis, dan reformasi kerajaan agar lebih transparan.
Tuntutan terhadap monarki inilah yang kontroversial, karena dianggap jantung serta jiwa Thailand, dan mendapat penghormatan tertinggi.
Otoritas setempat menerjunkan sekitar 8.000 polisi untuk mengawal unjuk rasa pada Sabtu.
Di mana mereka berusaha membubarkan massa dengan meriam air.
Di Thailand, monarki memang memiliki status seperti dewa, mereka disembah dan diidolakan.
Mengucapkan satu kata menentang raja, ratu, pewaris, bupati, atau bahkan hewan peliharaan mereka, bisa menyebabkan 15 tahun penjara.
Publik Thailand kini diberitakan semakin jengkel, lelah, dan malu dengan kelakuan Raja Vajiralongkorn.
Karenanya, gelombang kerusuhan sedang melonjak di Thailand, di tengah industri pariwisata yang vital telah dihantam pandemi Covid-19.
Namun, di tengah keadaan negaranya yang kacau, Raja Vajiralongkorn malah bersembunyi.
Ia bermegah-megahan dengan 20 selirnya di sebuah hotel mewah di Bavaria, Jerman.
Meski begitu, pemerintah Jerman memutuskan bahwa mereka tidak bisa lagi terus menjamu Raja Vajiralongkorn di tanah demokrasi.
Kini, Raja Vajiralongkorn telah kembali ke Thailand dengan Boeing 737 pribadinya.
Ia pun sekarang berlindung di salah satu dari banyak Istana keluarga Kerajaan Thailand.
Demonstrasi masyarakat Thailand kini semakin meluas dan kekerasan terjadi di jalan-jalan.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Resmikan Stasiun MRT, Raja Thailand dan Ratu Duduk di Atas, 20 Pelayan Duduk Bersimpuh di Lantai