Berbagi Shift dengan Sang Kakak, Simiang 34 Tahun Tekuni Bisnis Service Jam

BANGKAPOS.COM , BANGKA -- Di tengah era industri digital bisnis reparasi jam atau service jam masih fokus ditekuni oleh Simiang (48), warga Semabung Baru, Kota Pangkalpinang. 

Bukan sebuah toko besar,berada tepi jalan tepatnya di depan toko sepeda di kawasan pusat perbelanjaan Bangka Trade Center (BTC) menjadi lapak usaha service jam yang sudah 34 tahun digelutinya.

Bermodalkan sebuah etalase kaca dengan atap kanopi yang terbuat dari triplek sebagai pelindung panas dan hujan ini menjadi ladang usahnya mengais rezeki setiap hari.

"Service jam ini sudah 34 tahun yang lalu saya tekuni. Dulunya saya masih mangkal di Pasar Lama, tetapi semenjak BTC ini buka baru pindah ke sini, dan syukurnya yang punya toko ini ngasih saya lapak untuk bisa usaha di sini tanpa dipungut biaya," kata Simiang saat ditemui Bangkapos.com.

Berbagai alat perlengkapan service, seperti pinset, batu baterai, tali jam dan lainnya tersedia di etalase.

Tidak memerlukan waktu lama, kurang dari lima menit ia bisa menyelesaikan permasalahan yang ada pada jam seperti baterai, kebesaran, dan lainnya.

"Kalau waktu ini tidak tentu juga tergantung kerusakannya, tetapi kalau hanya ganti baterai ini tidak sampai lima menit," ucapnya

Kelincahan tanggan dan ketekunannya dalam  menangani service jam ini ternyata sudah sejak kecil ia pelajari dari ayahnya yang dulunya juga mengeluti bisnis ini.

"Dulunya waktu masih SD saya memutuskan untuk tidak sekolah lagi dan saat itu say memilih untuk ikut ayah service jam. Dari sinilah saya lihat dan belajar hingga bisa memperbaiki jam," ucapnya.

Dia mengatakan usaha service jam ini menjadi usaha turunan yang juga digeluti oleh saudara-saudaranya.

"Kita ada 8 bersaudara, di mana 4 saudara juga terjun ke service jam. Saya disini juga bergantian dan berbagi jadwal jaganya dengan abang saya. Abang saya dari pukul 08.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB, terus selanjutnya baru saya lagi dari puku 11.00 WIB sampai pukul 05.00 WIB," tutur Simiang.

Bahkan service jam ini menjadi satu-satunya usaha yang ditekuni bapak lima anak ini untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

"Dari service jam inilah menjadi mata pencaharian saya dari dulu untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Dimana sekarang ini untuk anak pertama dan kedua sudah tamat SMA dan sudah bekerja," kata Simiang. 

Meskipun harus berbagi waktu dengan saudaranya, ia tak pernah mempermasalah itu karena baginya rezeki sudah diatur masing-masing oleh Tuhan.

"Mau jam berapa pun kita mulai bekerja, kalau memang sudah menjadi rezeki kita pasti akan ke kita. Kalau pagi itu abang saya dapat berapa itu utuknya semua, begitupun saya seberapun saya dapat dari jam 11 sampai jam 5 ini untuk saya semua juga" ucapnya.

Dia mengatakan usaha service jam yang sudah 34 tahun dilakoninya pernah mendapatkan penghasilan tertinggi mulai dari Rp10.000 hingga Rp 200.000.

"Kalau pendapatan ini kita tidak menentu. Waktu dulu sehari pernah dapet penghasilan Rp10.000, di mana jumlah nominal ini sangat tinggi dan ini bisa buat makan untuk kita sekeluarga berdelapan, karena dulunya harga kebutuhan masih murah, beda dengan sekarang. Kalau sekarang ini jika sedang ramai pernah dapat lebih dari Rp 200.000 tetapi kalau sepi, terutama selama pandemi kadang cuma dapat kisaran Rp 100.00," ungkap Siaming.

Berbagai jenis jam sudah ia tangani, bahkan banyak dari pelangan yang tidak mengambil jam yang sudah ia perbaiki.

"Kalau pelanggan yang tidak ambil jam ini sudah biasa terjadi di kita dan sampai saat ini banyak jam-jam orang yang tidak diambil lagi," katanya

( Bangkapos.com / Sela Agustika )