Berita Pangkalpinang

Cici Terpaksa Kredit Handphone Untuk Sang Anak Agar Bisa Belajar Daring

Sistem belajar dalam jaringan (Daring) atau online masih menjadi kendala siswa khususnya bagi orangtua siswa. Lantaran para siswa diwajibkan mempunyai

Penulis: Andini Dwi Hasanah |
Bangkapos.com / Fitriadi
Ilustrasi handphone 

BANGKAPOS.COM , BANGKA -- Sistem belajar dalam jaringan (Daring) atau online masih menjadi kendala siswa khususnya bagi orangtua siswa. Lantaran para siswa diwajibkan mempunyai ponsel android yang terkoneksi dengan internet agar dapat mudah mengirimkan tugas dari sekolah.

Untuk keperluan anak belajar Sistem Daring, setiap orangtua harus menyediakan gadget. Bahkan ada orangtua yang rela kredit agar anaknya bisa mengikuti belajar mengajar Sistem Daring.

Begitulah yang dirasakan Cici Maryanti (35) Warga Desa Terak, Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah. Cici sempat bingung satu bulan terakhir lantaran handphone yang biasa digunakan dirinya serta untuk kedua anaknya belajar daring itu rusak.

Satu bulan itu pula Cici harus mengambil tugas anak-anaknya dan mengantarkan tugas ke sekolah.

Diakuinya, handphone memang sangat dibuthkan saat ini untuk pembelajaran daring. Ingin membeli handpbone cash langsung ia tak memiliki uang tabungan.

Akhirnya Cici memutuskan untuk mengkreditkan Handhphone saja disatu perushaan yang bisa menerima kredit handphone yang dibayar perbulan.

"Ya mau ngak mau lah, memang handphone yang dibutubkan anak saat ini untuk belajar, perbulan saya bayar Rp267 ribu, selama setahun. Kalau mau beli cash ga ada duitnya kreditlah terpaksa," kata Cici kepada Bangkapos.com, Kamis (4/2/2021).

Kata Cici, tak masalah kalau perbulannya dicicilkan masih bisa ia usahakan setiap harinya bersama suami.

"Sebelumnya ada handphone cuma ada satu, tapi rusak udah sebulan ni ya mau gak mau jadi kita orang tua harus memenuhi fasilitas pendidikan untuk anak. Inshaallah selau diupayakan lah," sebutnya.

Cici adalah seorang pedagang firniture di Desanya dan sang suami seorang supir. Menurutnya tak masalah ia harus bekerja lebih ekstra lagi untuk membayar angsuran kreditan perbulan itu, yang penting anaknya bisa mengikuti pembelajaran dengan baik.

"Ya paling nanti bekerja lebih giat lagi lah untuk bisa bayarin angsuran perbulan itu, yang penting anak-anak bisa mengikuti pelajaran yang diberikan. Karena itu memang yang dibutihin dia sekarang ini," tuturnya.

Kata Cici, apalagi ada dua anaknya yang mengikuti pembalajaran daring satu masih SD dan satunya SMP.

"Satu itu kadang mereka rebutan, kadang juga jadwalnya bertabrakan. Tapi ya mau gimana lagi semoga ini bisa bantu mereka belajarlah dikit-dikit," ucapnya.

Diakuinya pula, ia berharap sekolah bisa segera dilaksanakan sebab ia juga tak sanggup lagi mendampingi anak-anaknya belajar di rumah, dan anak-anak pun sudah mulai bosan di rumah.

"Kalau bisa sekolah lah, lah pening kami orang tua di rumah ni, memang gurulah yang cocok ngajarin, apalagi SMP dia nanya oelajaran aja kami orang tua ni ga bisa bantu lagi udah lupa," harapnya.

Hal serupa juga diakui Rimiati (34) Warga Air Itam, ia sudah merasa kewalahan mengajari anak-anaknya belajar di rumah.

Apalagi ia memiliki dua anak yang keduanya belajar daring masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).

"Kalau yang sudah bisa baca, oke, bisa dilepas untuk buat sendiri, tapi harus dibimbing, karena kadang pertanyaan membutuhkan jawaban yang dari nalar anak, kadang belum bisa mengeluarkan atau menterjemahkan soal dan menulis jawaban, jadi perlu dibimbing orangtua, kemudian anak juga cenderung malas belajar, temannya kadang tidak belajar, jadi asyik ikutan main, lupa tugas sekolahnya," jelas Rimiati

Kata Rimiati, buakn tak mau mengajari anak-anaknya, namun ia rasa memang guru di sekolah lah yang paling cocok untuk memeberikan pelajaran.

"Saya setres kerjaan harian banyak, belum tugas anak, bukannya tidak mau ngajarin, saya lebih emosi kalau ngadepin anak, memang guru di sekolah lah yang paling cocok memberikan pelajaran. Saya bukan sekolah guru, bukan berlatar belakang pendidikan guru, jadi saya nggak tau cara mengajari anak yang sabar itu gimana," sebutnya

Namun ia juga merasa kebingungan jika nanti anak-anak diminta masuk sekolah, ia tak ingin pula anak-anaknya bisa saja kemungkinan terpapar Covid-19.

"Saya juga binggung, kalau masuk ya takut sama corona, tapi kalau nggak masuk, ya mau jadi apa anak saya kalau nggak bisa baca," katanya. (Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah)

Sumber: bangkapos.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved