Tips Harmonisasi Keluarga, Cara Menegur dan Memuji Anak Menurut dr Aisah Dahlan
Memiliki emosi yang belum matang anak-anak sering kali bersikap tak terkontrol.
Penulis: M Zulkodri CC |
BANGKAPOS.COM -- Dunia anak memang selalu menarik untuk dibahas.
Memiliki emosi yang belum matang anak-anak sering kali bersikap tak terkontrol.
Bukan hanya mereka yang masih diusia balita, anak-anak yang berusia remaja juga memiliki hal yang sama.
Sebagai manusian anak-anak tidak luput dari kesalahan.
Untuk itu sudah tugas dari orangtua untuk memberitahu anak-anak setiap apa yang mereka lakukan memiliki konsekuensi.
Teguran atau hukuman boleh diberikan pada anak asal hal tersebut bisa mendidik dan menjadikan dirinya lebih baik.
Selain memberi teguran memberi pujian juga ternyata juga dapat mempengaruhi karakter anak.
Menurut dr Aisah Dahlan menegur dan memuji seorang anak adalah sebuah seni bukan sekadar pekerjaan eksak yang bisa ditentukan rumusnya.
Dilansir dari kanal Youtube Rumil-Alhilya menurut dr Aisah menegur dan memuji anak adalah sebuah seni dan harus dilakukan dengan menyenangkan.
Perlukah kita menegur anak, tetapi bukan hanya karena sang anak membuat kesalahan saja.
Kenapa disebut seni karena supaya anak tidak tersinggung, tetapi tersentuh.
Tersingung dan tersentuh pada hakekatnya sama, terkena. cuma kalau terseingung goncangannya luar bisa tetapi kalau tersentuh tidak ada goncangan tetapi lembut.
" Banyak saya lihat orangtua menegur anak, tetapi anaknya bingung. Apa salahku bunda?. Itu terjadi sebenarnya karena kita belum memberi peraturan. Misalnya menegur anak buang sampah sembarangan. Kalau kita tidak pernah kasih tau jangan buang sampah sembarangan bingung dia," ungkapnya.
Jadi intinya harus terlebih dahulu kita beri peraturan terlebih dahulu, kalau belum kita kasih tau maka anak binggung.
" Makanya kalau kita mau mengeur kita orangtua harus mengigat dulu pernah kasih tau ngak yah," paparnya.
dr Aisah menjelaskan kita juga tidak boleh membuat label kepada anak.
" Misalnya kamu bodoh, kamu bandel, kamu nakal, kamu jorok, kamu pencuri, kamu penakut ini namanya membuat label, labelnya negatif. itu di otaknya anak langsung tertanam itu sangat berbahaya, kalau ibunya bilang anak langsung merekam, karena ibu melahirkan," jelas dr Aisah.
Seorang anak selalu berharap siapapun yang mengatai dia tapi berharap ibunya membela dia.
Tetapi kalau ibu yang berbicara, hancur dia tidak lagi ada pegangan lagi.
Ingat akhlak anak sama dengan akhlak seorang ibu.
Terus bagaimana kalau sudah terlanjur, orangtua jangan meratapi dan merasa bersalah, itu harus diganti dengan rasa kurang.
Karena kalau rasa bersalah akan berbahaya, buat kita sakit dan paling parah lama-lama menyalahkan Allah. Tetapi kalau rasa kurang itu bisa diisi.
Diktakan dr Aisah di zaman milenial sekarang ini memnag berbeda di zaman dulu yang banyak mengadopsi gaya kolonial.
Sehingga wajar banyak keliru dalam pola asuh anak.
" Jangan segan-segan orangtua untuk meminta maaf kepada sang anak apabila orangtua melakukan kesalahan," ucapnya
Hal itu akan direkam oleh anaknya dan mereka akan melakukan hal yang sama.
" Nanti anaknya melunjak. ngak itu karena kata-kata kita omongan kita masuk ke telinga anak jalan di badan," ungkapnya.
• Resep Suami Istri Tetap Rukun Ala dr Aisah Dahlan Suami Tidur Usai Hubungan Intim Bukan Tak Sayang
Harus Dibedakan atau pribadi anak dengan perilakunya. Kalau perilaku bisa saja salah, tetapi kalau pribadi anak senantiasa baik.
Terus bagaimana menegur anak agar tidak tersinggung menurut dr Aisah Dhalan ada teknik sangat efektif.
Namanya teguran satu menit.
"Menegur anak-anak tidak usah lama-lama bu, itupun dibagi setegah menit menegur perilaku yang keliru, kemudian setengah menit puji perilaku anak sebagai perilaku yang baik," ucapnya
Label yang kita berikan kepada anak akan terekam terus melalui sistem saraf. contoh kita pernah menyebut anak kita pemalas, dulu, itu terekam tersu apalagi kita sampaikan ketika si anak di umur tiga tahun itu adalah golden pariot, perkembangan otaknya sangat kuat.
" Sebetulnya si anak cerdas, tetapi karena kita bilang pemalas, maka dia pemalas betul, kenapa karena terekam di kepalanya,"
" Kata ibunya saya tidak pernah bilang dia pemalas lagi. Rupanya omongan kita yang pertama itu sangat membekas. Untuk itu kita lakukan empat hal, pertama Maafkan diri, kedua minta ampun, ketiga maafkan anak, dan keempat kita minta maaf," ungkap dr Aisah.
Bisa hilang tidak, tetapi menipis, dan itu akan menjadi pembelajaran. sehingga sang anak akan tau dan memaafkan ibunya.
Selengkapnya Simak Video Berikut ini :
Berikut ini beberapa tips tentang pujian kepada anak dikutip dari rumahinsiprasi.com:
Puji secukupnya.
Jangan terlalu banyak. Jangan menjadi pemujaan pada anak sehingga sedikit-sedikit yang dilakukan anak, Anda langsung memujinya. Terlalu banyak pujian akan menjadikan pujian kurang berharga dan tidak bermakna. Anak juga jadi malas untuk mengembangkan potensi dirinya.
Puji untuk usaha anak
Fokuskan pada usaha, bukan hanya pada hasil. Terkadang, hasil yang diperoleh anak belum sempurna, tetapi niat dan usahanya bagus. Puji perjuangan dan usaha anak. “Terima kasih sudah menolong Mama membereskan tempat tidur.”
Puji secara spesifik, bukan umum
Berikan pujian untuk usaha yang dilakukan anak, bukan untuk anaknya sendiri. Lebih baik mengatakan pujian “prakarya buatanmu keren” daripada memuji “kamu anak yang pandai”.
Pujian bukan toleransi kegagalan
Ketika anak gagal, pujian pada usaha anak dapat menolong anak untuk mengatasi kekecewaannya. Tetapi pujian tetap harus dapat berfungsi memicu anak untuk menjadi lebih baik di waktu yang lain. Jangan sampai, anak merasa bahwa keberhasilan dan kegagalan adalah dua hal yang sama saja.
Pujian tak hanya kata-kata
Pujian tak hanya diwujudkan dengan kata-kata verbal. Pujian bisa ditunjukkan dengan acungan jempol, tepukan bahu, senyuman, belaian di rambut, dan sebagainya. Walaupun Anda tak mengatakan apa-apa, anak tahu bahwa Anda sedang menunjukkan pujian Anda.
Dorong anak memuji orang lain
Supaya anak tak egois dan hanya berfokus pada dirinya sendiri, perlihatkan contoh dengan memuji anak lain atau karya lain di depan anak Anda. Lakukan pujian kepada siapapun yang berhak dipuji: pasangan, adik, tetangga, pembantu, atau siapapun. Sesekali minta anak untuk berpendapat dan mengapresiasi karya/prestasi anak lain.(*)