Berita Pangkalpinang
Penjualan Toko Emas Gunung Kawi Merangkak Naik Jelang Lebaran
Memasuki puasa minggu ketiga, toko Mas Gunung Kawi silih berganti disinggahi pembeli.
Penulis: Nur Ramadhaningtyas |
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Memasuki puasa minggu ketiga, toko Mas Gunung Kawi silih berganti disinggahi pembeli.
Tak ayal, peningkatan pengunjung ke Toko Mas memang menjadi pemandangan biasa menjelang Lebaran.
Apalagi Toko mas Gunung Kawi sudah cukup populer di Pangkalpinang. Ada yang membeli ada juga yang datang untuk menjual emas.
Sekitar 15 persen peningkatan sudah dirasakan Wanto (52) satu di antara pedagang mas di kawasan Pasar Pembangunan, Pangkalpinang, Kamis (29/4/2021).
"Pas awal-awal puasa banyak juga yang jual emas, karena kebutuhan mungkin. Tapi sekarang dan mungkin sampai nanti menjelang lebaran akan ramai kan sudah dapat THR," ujar Wanto.
Walaupun peningkatan yang dirasakannya belum cukup drastis namun hal itu wajar saja mengingat kondisi pandemi yang memperburuk perekonomian masyarakat.
Tapi jika dibandingkan dengan tahun 2019 memang jauh berbeda. Sempat mengalami krisis dan merugi di tahun, Wanto mengaku tokonya pun sedang mengalami pemulihan.
Tetapi bila dibanding toko Emas lainnya, toko Mas Gunung Kawi sudah cukup ramai disinggahi pembeli.
Toko Mas yang terletak disebelah Konter Rajawali 8 ini sudah lebih 1 abad berdiri dan sudah dikelola sampai 3 generasi.
"Waktu kemarin sempat drop lah, berkurang jauh pembelian karna ekonomi juga susah kan. Tapi sekarang sudah masuk pemulihan," ujarnya.
Harga emas yang terus naik pun memengaruhi penjualannya. Sampai saat ini harga emas per 1 mata atau 2,67 gram yaitu Rp 315.000 dengan kadar 99% atau 24 karat.
Sementara untuk kadar 22 karat atau kadar 90% itu adalah Rp. 300.000. Apabila pelanggan ingin menjual kembali maka terdapat selisih Rp. 5000.
Toko Mas Gunung Kawi juga menjual Emas Batangan yang kini banyak pula diburu. Untuk merek ANTAM 1 gramnya seharga Rp. 930.000 lengkap dengan sertifikat.

Wanto mengaku perhiasan yang sering dicari adalah cincin. Karena memang lebih murah dan simple. Modelnya sendiri beragam dari yang polos hingga berukir.
"Biasanya beli emas disini selain sebagai perhiasan juga untuk investasi karena kadarnya asli 24 karat," ujar ibu yang sedang membeli.
Kebanyakan pembeli perhiasan emas memang didominasi oleh para ibu-ibu. Millenial saat ini memang terlihat jarang mengenakan perhiasan berbahan dasar emas.
Hal itupun disadari oleh Wanto, ia menerka hal itu mungkin dikarenakan banyak aksesoris lain yang sekarang lebih beragam dan lebih murah.
Menurutnya para pelanggannya yang didominasi oleh ibu-ibu itu lebih memikirkan jangka panjang pemakaian juga investasi lewat perhiasaan mereka.
Sepi Pembeli
Hal yang berbeda terlihat di salah satu Toko Emas yang terletak di bawah Ramayana. Tak satupun pelanggan menyinggahi toko emas tersebut.
Lantaran sepi, Ayung (54) pun hanya kuat membuka tokonya sampai jam 2 (siang) saja.
"Ini dari pagi belum ada yang mampir, padahal sudah jam setengah 11. Nungguinnya pun ngantuk paling jam 2 sudah tutup toko," ujarnya.
Ayung mengaku kondisi Covid-19 memperparah penurunan penjualannya. Ia bingung lantaran sudah merugi terlalu banyak.
"Penjualan turun sekitar 80%, padahal biaya sewa dan modal harus tetap dikeluarkan. Mau tutup toko pun sayang karena sudah 20 tahun merintis toko ini," keluh Ayung.
(bangkapos.com/Nur Ramadhaningtyas/Mg4)