Idul Fitri 2021

Sejarah Dan Asal Usul Mudik Lebaran Idul Fitri Ternyata Sudah Ada Sejak Kerajaan Majapahit & Mataram

Sejarah Dan Asal Usul Mudik Lebaran Idul Fitri Ternyata Sudah Ada Sejak Kerajaan Majapahit & Mataram

Editor: M Zulkodri
bangkapos.com
Ilustrasi Larangan Mudik 

BANGKAPOS.COM - Mudik adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia khususnya umat Muslim yang merayakan lebaran Idul Fitri.

Setelah berpuasa selama 30 hari dalam sebulan, umat Muslim merayakan hari kemenangan, Idul Fitri

Salah satu cara merayakan hari kemenangan itu dengan mudik ke kampung halaman untuk bertemu sanak keluarga.

Ternyata tradisi mudik ini telah ada sejak zaman dulu, bahkan sudah ada saat zaman Majapahit dan Mataram Islam.

"Awalnya, mudik tidak diketahui kapan.

Tetapi ada yang menyebutkan sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam, " ujar Silverio dikutip dari Kompas,com pada Jumat, (30/4/21).

"Selain berawal dari Majapahit, mudik juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan.

Terutama mereka balik menghadap Raja pada Idul Fitri," ujarnya menambahkan.  

Istilah mudik mulai tren pada tahun 1970-an. Mudik adalah sebuah tradisi yang dilakukan oleh perantau di berbagai daerah untuk kembali ke kampung halamannya.   

"Mudik menurut orang Jawa itu kan dari kata Mulih Disik yang bisa diartikan pulang dulu. Hanya sebentar untuk melihat keluarga setelah mereka menggelandang (merantau)," tutur Silverio.

Selain itu, ternyata masyarakat Betawi memiliki makna berbeda dengan Jawa.

Mereka mengartikan mudik sebagai "kembali ke udik".  Dalam bahasa Betawi, kampung itu berarti udik.

Saat orang Jawa hendak pulang ke kampung halaman, orang Betawi menyebut "mereka akan kembali ke udik".

Akhirnya, secara bahasa mengalami penyederhanaan kata dari "udik" menjadi "mudik".  

Selain untuk mengunjungi sanak keluarga di kampung halaman, mudik juga bertujuan untuk ziarah ke makam sanak keluarganya. 

Lalu, bagaimana dengan "lebaran"? Artikel MA Salamun pada tahun 1954 mengatakan, lebaran dianggap sebagai penanda usainya waktu berpuasa. 

Masyarakat Betawi memaknai 'lebar' yang berarti luas. Ini bisa diartikan sebagai sebuah keleluasaan atau kelegaan hati setelah sebulan berpuasa.

“Lebaran adalah metafora bagi orang saling mengikhkaskan, berlapang dada. Sekaligus metonimi bagi yang merayakan Idul Fitri dengan perasaan yang plong,” ujar Prof. Dr. Ibnu Hamad, M.Si selaku guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.

Senada dengan pernyataan itu, Ahli Bahasa dari Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Zamzani mengatakan, "lebaran" berasal dari bahasa Jawa yakni lebar yang berarti selesai atau usai.

Lebaran dapat berarti salah satunya melakukan/ merayakan sesuatu saat sudah lebar,” ujar Zamzani.

Sehingga makna mudik dan lebaran sudah disepakati secara umum dalam tatanan bahasa Indonesia.

Mudik berarti pulang ke kampung halaman dan lebaran berarti Hari Raya Idul Fitri.

Namun ternyata terdapat perbedaan antara mudik zaman dahulu dengan masa kini.

Perbedaan tersebut terletak pada niat dan tujuan si pemudik yang pulang dari perantauan.

Jika dahulu orang merantau dengan jelas dan murni hanya untuk mengunjungi sanak keluarga setelah lama tinggal di perantauan.

Saat ini orang yang melaksanakan mudik biasanya ingin menunjukkan eksistensi atau sesuatu yang membagakan diri serta keluarganya. (*)

(Mitrya/mg3)

Sumber berita: Artikel ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul Kisah Menarik di Balik Sejarah Mudik dan artikel berjudul Dari Mana Asal Kata "Mudik" dan "Lebaran"?

Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved