Husnul Khotimah
Penyebab dan Tanda-tanda Orang Meninggal Suul Khotimah, Ini Bedanya dengan Husnul Khotimah
Suul khotimah adalah kebalikan dari husnul khotimah. Secara harfiah, suul khotimah artinya akhir hidup yang jelek. Maksudnya, seseorang yang ...
Banyaknya dosa dapat menyebabkan cahaya iman di hati seseorang padam. Sehingga ketika sakaratul maut datang, ia akan dibayangkan kebingungan dan rasa khawatir dalam dirinya bahwa Allah Swt. akan murka dan tidak cinta padanya. Dalam kondisi seperti ini, ia akan mendapatkan su’ul khotimah.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya dosa, maksiat, dan syahwat adalah sebab yang dapat menggelincirkan manusia saat kematiaannya, ditambah lagi dengan godaan setan. Jika maksiat dan godaan setan terkumpul, ditambah lagi dengan lemahnya iman, maka sungguh amat mudah berada dalam su’ul khatimah (akhir hidup yang jelek).” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, Ibnu Katsir, 9:184)
3. Meremehkan kewajiban shalat
Pentingnya menjaga shalat lima waktu untuk menghindari seorang muslim dari mati dalam keadaan suul khotimah.
“Maka celakalah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,” (QS. Al-Ma’un [107]: 4-5).
4. Lalai membayar zakat
“Katakanlah bahwa ‘Aku (Nabi Muhammad) hanyalah seorang manusia seperti kalian, diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian adalah Tuhan yang Maha-Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan celaka besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat,” (QS Fushilat[41]: 6-7).
Dosen Fakultas Agama Islam UNU Surakarta, Jaenuri menjelaskan, pada ayat tersebut di atas terdapat kata “wail” yang artinya celakalah.
Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang dengan sadar meremehkan atau bahkan meninggalkan salat dan zakat baginya adalah kerugian. Dan kerugian bagi seorang muslim adalah ketika mendapatkan siksaan dari Allah subhanahu wata’ala.
5. Berteman dengan orang tidak baik
Ulama tabi’in, Mujahid rahimahullah berkata, “Barangsiapa mati, maka akan datang di hadapan dirinya orang yang satu majelis (setipe) dengannya. Jika ia biasa duduk di majelis yang selalu menghabiskan waktu dalam kesia-siaan, maka itulah yang akan menjadi teman dia tatkala sakratul maut. Sebaliknya jika di kehidupannya ia selalu duduk bersama ahli dzikir (yang senantiasa mengingat Allah), maka itulah yang menjadi teman yang akan menemaninya saat sakratul maut.” (At-Tadzkirah, Al-Qurthubi, Maktabah Asy-Syamilah, 1:38)
6. Suka mencari-cari aib kaum muslimin lainnya
Islam tidak mengajarkan bahkan melarang umat muslim mencari-cari aib orang lain, apalagi aib sesama muslim.
Larangan ini terdapat dalam firman Allah subhanahu wata’la.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ (١٢)
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha-Penerima tobat lagi Maha-Penyayang,” (QS. Al-Hujarat[49]: 12).
7. Mengurangi takaran dan timbangan
Islam melarang umat muslim melalukan kecurangan dan penipuan dalam berdagang.
Apalagi perbuatan itu dilakukan terus-menerus, maka selama hidupnya pula ia makan dari hasil yang tidak halal. Dengan demikian ia akan mati dalam keadaan membawa harta benda yang haram dan beban dosa terhadap saudaranya.
وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ (١) الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ (٢) وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ (٣)
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi,” (QS. Al-Muthaffifin [83]: 1-3).
8. Menipu dan zalim
Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim pada bab niat, “Banyak amal akhirat menjadi amal dunia dikarenakan niat yang jelek.” Jika hal ini terus-menerus dikerjakan hingga ajal menjemput maka ia tidak hanya dosa atas kezaliman terhadap orang lain, lebih jauh ia berdosa atas nama agama.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (١٨)
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi) maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir,” (QS. Al-Isra[17]: 18).
Dalam Alquran Surat Al-Ahzab Ayat 58, Allah berfirman:
وَٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ بِغَيْرِ مَا ٱكْتَسَبُوا۟ فَقَدِ ٱحْتَمَلُوا۟ بُهْتَٰنًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata."
Jika mereka mati sebelum bertobat, maka mereka mati dalam keadaan terlaknat, dan itu berarti suul khotimah.
Itulah sebagian dari penyebab dan tanda-tanda orang meninggal dalam keadaan suul khotimah. Semoga kita, sebagai muslim, terhindari dari kematian yang suul khotimah.
(*/ Bangkapos.com )