Husnul Khotimah
Menjemput Kematian yang Dirindukan dengan Cara Husnul Khotimah dan Doa Sakaratul Maut
Ketika seseorang mendapatkan husnul khotimah, berarti semua itu memang telah dikehendaki Allah SWT. Akan tetapi, semuanya tentu berawal dari sebab ...
Menjemput Kematian yang Dirindukan dengan Cara Husnul Khotimah dan Doa Sakaratul Maut
BANGKAPOS.COM -- Setiap makhluk yang bernyawa termasuk manusia pasti mengalami kematian.
Tidak ada yang tahu kapan akan meninggal dunia, baik tempat dan dengan cara mengakhiri hidupnya.
Kematian bagi sejumlah orang adalah hal yang menakutkan.
Namun, ada sekelompok manusia yang justru mengharapkan kedatangannya.
Hanya sebagian kecil manusia saja yang sangat senang menghadapi kematian ini karena menganggap bahwa kematian merupakan jalan kembali kepada Allah.
Kematian adalah sarana bertemunya ruh para kekasih dengan kekasihnya.
Inilah yang barangkali dirasakan oleh orang-orang yang sengaja mencari kesyahidan.
Ibu-ibu di Palestina, yang anaknya menjadi korban dalam peperangan melawan Yahudi, merasa berbahagia ketika mendengar kematian anak-anaknya.
Mereka yakin, anak-anak mereka mati di jalan Allah SWT, dan tengah berjumpa dengan kekasihnya.
Apalagi, pada hakikatnya, ketika seseorang itu syahid, sebenarnya dia tidak mati, sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. al-Baqarah: 154)
Juga ada orang-orang yang meninggalnya tidak di medan perang, namun ia menjalani proses kematian itu dengan sepenuh kebahagiaan.
Walaupun proses sakaratul maut begitu beratnya, tetapi apa yang diharapkan setelah kematian, menjadikan kematian itu terasa nikmat.
Jadi, kematian itu semestinya bukan sesuatu hal yang menakutkan.
Asal bekal kita untuk menghadapi kehidupan akhirat senantiasa kita persiapkan, kematian justru menjadi suatu hal yang ditunggu-tunggu.
Husnul Khotimah dan Suul Khotimah
Ketika kita membaca bahasan tentang sakaratul maut, kita bisa menyimpulkan bahwa sakaratul maut itu benar-benar sangat berat.
Kita mungkin sering merasa gemetar jika membayangkan hal itu terjadi pada kita. Akan tetapi, hal seperti itu akan datang kepada kita, suatu saat.
Oleh karenanya, tak ada pilihan lain. Kita harus segera bertaubat dan membuat target-target perbaikan diri.
Setelah kita berhasil menjemput hidayah yang Allah berikan kepada kita.
Ketika seseorang mendapatkan husnul khotimah, berarti semua itu memang telah dikehendaki Allah SWT. Akan tetapi, semuanya tentu berawal dari sebab akibat.
Hanya orang-orang yang senantiasa memperbaiki diri memperdalam keimanan, beramal salih tak henti-henti, serta menjadikan Allah di atas segalanyalah yang akan mendapatkan penghormatan dari Allah SWT, yakni dengan dituntunnya beramal salih sebelum meninggalnya.
Sementara, orang-orang yang senantiasa berbuat maksiat, mengabaikan shalat, minum khamr, durhaka kepada orang tua,dan menyakiti kaum muslimin maka ia akan menutup akhir hidupnya dengan su’ul khotimah, yaitu akhir yang buruk.
Ada beberapa husnul khotimah yang dirinci oleh para ulama berdasar dalil-dalil dari Al Quran dan As-Sunnah.
Berikut tanda-tanda orang meninggal dalam kondisi husnul khotimah:
1. Seseorang yang mengucap kalimat ‘Laa ilaaha illallah‘
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam;
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘Laa ilaaha illallooh’ maka dia akan masuk Surga.” (HR. Abu Dawud)
2. Meninggal dengan keringat di dahi.
Berdasar hadits Ibnu Buraidah bin Hashib sebagai berikut ;
عَنِ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّه
كَانَ بِخُرَاسَانَ فَعَادَ أَخًا لَهُ وَهُوَ مَرِيضٌ فَوَجَدَهُ بِالْمَوْتِ وَإِذَا هُوَ يَعْرَقُ جَبِينُهُ فَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِينِ
“Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya bahwa ia berada di Khurasan, ia menjenguk saudaranya yang sakit, ia menemuinya tengah sekarat dan dahinya berkeringat, ia berkata: Allaahu Akbar, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang mu`min meninggal dunia dengan (mengeluarkan) keringat didahinya.” (HR. Ahmad)
3. Mati pada malam Jumat atau di siang hari Jumat
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam;
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia di hari Jum’at atau pada malam Jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
4. Orang yang meninggal karena tho’un (penyakit wabah atau sampar).
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;
الطَّاعُوْن ُشهَاَدَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
“Mati karena penyakit sampar adalah syahid bagi setiap muslim.”(HR. Bukhari)
5. Orang yang meninggal karena sakit perut, atau penyakit yang berhubungan dengan perut seperti; maag, kanker, usus buntu, kolera, disentri, bat ginjal dan lain sebagainya.
وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيْدٌ
“Barangsiapa yang mati karena sakit perut maka dia adalah syahid.” (HR. Muslim)
6. Orang yang meninggal karena tenggelam, karena kejatuhan bangunan atau tebing.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang yang mati syahid itu ada lima; orang yang meninggal karena penyakit tha’un, sakit perut, tenggelam, orang yang kejatuhan (bangunan atau tebing) dan meninggal di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
7. Orang yang meninggal dalam suatu urusan di jalan Allah (Sabilillah) .
Seperti seseorang yang meninggal dalam perjalanan dakwah atau meninggal sewaktu mengajar ilmu agama atau ketika melakukan amal kebajikan kepada sesama yang diniatkan ikhlas karena Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari diatas.
Fisabilillah adalah berjuang di jalan Allah juga dalam pengertian luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama.
8. Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda;
قَتْلُ الْمُسْلِمِ شَهَادَةٌ وَالطَّاعُونُ شَهَادَةٌ وَالْبَطْنُ وَالْغَرَقُ وَالْمَرْأَةُ يَقْتُلُهَا وَلَدُهَا جَمْعَاءَ
“Terbunuhnya seorang muslim terhitung syahid, kematian karena wabah thaun terhitung syahid, kematian karena sakit perut terhitung syahid, kematian karena tenggelam terhitung syahid dan seorang wanita yang mati karena melahirkan anaknya terhitung syahid.” (HR. Ahmad)
9. Seseorang yang terbunuh karena mempertahankan hartanya atau kehormatannya.
Abu Hurairah RA meriwayatkan;
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ” أَرَأَيْتَ إِنْ جَاءَ رَجُلٌ يُرِيدُ أَخْذَ مَالِي قَالَ : فَلَا تُعْطِهِ مَالَكَ قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَاتَلَنِي قَالَ : قَاتِلْهُ قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلَنِي قَالَ : فَأَنْتَ شَهِيدٌ قَالَ : أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُهُ قَالَ : هُوَ فِي النَّارِ “
Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam dan bertanya; “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau ada seseorang yang hendak mengambil hartaku?” Beliau bersabda, “Jangan engkau berikan hartamu!” Bagaimana kalau ia melawanku?” Beliau bersabda; “Lawanlah dia!”, “Bagaimana kalau dia membunuhku?” Beliau bersabda; “Engkau syahid”, “Bagaimana kalau aku yang membunuhnya?” Beliau bersabda; “Dia di neraka!.” (HR. Muslim)
مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
“Barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan hartanya maka dia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena memeprtahankan agamanya maka dia syahid, barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan nyawanya maka dia syahid dan barangsiapa yang terbunuh karena mempertahankan keluarganya maka dia syahid.” (HR. Tirmidzi)
10. Orang yang meninggal dalam keadaan mengerjakan kebaikan atau amal sholeh.
Seperti seseorang yang meninggal dalam keadaan sholat, melaksanakan ibadah haji, bersilaturahmi dan sebagainya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;
مَنْ قَالَ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ، خُتِمَ لَهُ بهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بصَدَقَةٍ ابتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ “
“Barangsiapa yang meninggal ketika mengucap ‘Laa ilaaha illallah’ ikhlas karena maka dia masuk Surga, barangsiapa yang berpuasa pada suatu hari kemudian meninggal maka dia masuk Surga, dan barangsiapa yang bersedekah ikhlas karena Allah kemudian dia meninggal maka dia masuk Surga.”
Itulah diantara tanda-tanda seserang meninggal dalam keadaan husnul khotimah, semoga apa yang sedang kita kerjakan dan apa yang sedang kita upayakan menjadi jalan kita untuk mendapat ridho Allah di surganya kelak.
Doa Sakaratul Maut
Sakit saat sakaratul maut pasti dirasakan setiap orang saat ruh keluar dari jasad.
Untuk itu, kata Imam Al Ghazali, Rasulullah SAW mengajarkan kita berdoa agar diringankan dari sakit saat sekaratul maut.
"Nabi berdoa berkenaan dengan kejadian saat ajal," kata Imam Ghazali dalam kitabnya yang diterjemaahkan menjadi judul "Mati dan Kejadian Setelahnya."
Berikut doa yang dipanjatkan Baginda Nabi Muhammad SAW.
اللهم أعني على سكرات الموت
Allahumma a'innii ala sakaratil mauti
Artinya: "Ya Allah Tuhanku, mudahkanlah sakaratul maut (hilangkanlah rasa sakit saat ajal) bagi-Muhammad."
(Bangkapos.com/Nur Ramadhaningtyas)