Heboh TKA China Makan Buaya Muara 3 Meter yang Dimasak Jadi Sop, Begini Ganasnya Reptil Tersebut

TKA China yang bekerja di PT Obsidian Stanless Steel (OSS), Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara bikin heboh karean menyantap sop buaya muara

Penulis: Dedy Qurniawan CC | Editor: Dedy Qurniawan
Bangkapos.com/Yuranda
Foto hanya ilustrasi - Buaya muara, ukuran empat meter di Kampak Jerambah Gantung Kota Pangkalpinang, ditangkap di Sungai Kulan Tuatunu Gerunggang Kota Pangkalpinang, Rabu (3/3/2021) 

Lebih lanjut, setelah petugas BKSDA terjun ke lokasi, dagiang buaya sudah habis disantap.

Tulang hingga kulit bahkan dijadikan sop.

Para TKA asal China tersebut akan dimintai keterangan BKSDA.

Bila terbukti, mereka akan dikenakan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya dengan ancaman hukuman 5 tahun penjara.

Baca juga: Pimpinan BRI Bocorkan Trik Menang Undian Panen Hadiah Simpedes, Peluang Dapat Mobil Jadi Lebih Besar

Baca juga: Nek Siti Aminah Kaget Saat Polisi Datangi Gubuknya, Mata Pemulung Ini Berkaca-kaca Menahan Tangis

Tentang Buaya Muara

Tahukah Anda, secara umum, ada tiga jenis buaya yang hidup di Indonesa.

Buaya muara merupakan yang paling ganas dan berbahaya.

Ukuran panjangnya bisa 7 - 12 meter.

Menurut Hellen Kurniati, pakar buaya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), buaya muara dengan nama latin Crocodylus porosus ini merupakan salah satu jenis buaya yang ganas dan berbahaya.

Pasalnya, hewan ini berada di atas dalam rantai makanan sehingga jenis mangsa buaya akan berubah seiring umur dan ukurannya.

"Kalau masih bayi, dia makannya ya anak ikan atau kodok, besar sedikit akan makan ikan. Semakin besar ukuran buaya, mangsanya akan semakin besar juga untuk mencukupi kebutuhannya," katanya.

Namun, dalam banyak kasus di mana manusia menjadi korban keganasan buaya di Indonesia, penyebabnya adalah manusia yang lalai ketika berada di wilayah habitat buaya.

"Pada dasarnya buaya adalah hewan agresif dan ganas. Kadang manusia yang harus berubah perilakunya agar tidak menjadi sasaran keganasan buaya. Misalnya, tidak masuk ke wilayah habitat buaya agar tidak jadi korban," katanya.

"Misalnya, di daerah pesisir pantai di Kupang, sudah dipasang untuk tidak berenang atau memancing di wilayah habitat buaya muara, tetapi kadang tidak diindahkan," tambah Hellen kepada Kompas.com, Kamis (14/12/2017)..

Hellen menceritakan pengalamannya saat dia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Kupang memilih untuk menangkap induk buaya muara di pesisir pantai untuk ditangkarkan agar tidak terjadi gesekan dengan aktivitas manusia.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved