Berita Pangkalpinang
BMKG Sebut Saat Ini Seharusnya Puncak Kemarau tapi Musim Hujan datang Lebih Cepat, Ini Penyebabnya
Gangguan cuaca berupa Madden Julian Oscillation (MJO) serta belokan angin dan konvergensi di wilayah Bangka Belitung (Babel)
Penulis: Andini Dwi Hasanah | Editor: nurhayati
BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Gangguan cuaca berupa Madden Julian Oscillation (MJO) serta belokan angin dan konvergensi di wilayah Bangka Belitung (Babel) beberapa waktu lalu menyebabkan musim hujan datang lebih cepat.
Demikian hal tersebut disebutkan Kepala Seksi data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Depati Amir Pangkalpinang, Kurniaji.
Menurut Kurniaji, mestinya saat ini Bangka Belitung sedang berada di puncak kemarau.
"Keduanya menyebabkan potensi pertumbuhan awan-awan hujan di Babel masih cukup tinggi walaupun saat ini harusnya Babel sedang berada di puncak kemarau," kata Kurniaji kepada Bangkapos.com, Minggu (29/8/2021).
Baca juga: Isi Percakapan Yosef dan Caddy Golf Sebelum Tuti dan Amalia Ditemukan Tewas di Bagasi Mobil
Baca juga: Petani Ini Terkejut Lihat Isinya, Setelah Warga Bedah Perut Ular Piton Sepanjang 4,5 Meter
Menurutnya, hampir 46 persen wilayah Indonesia diprakirakan awal musim penghujannya akan maju.
Untuk Bangka Belitung sendiri sesuai info yang disampaikan oleh Stasiun Klimatologi Koba Bangka Tengah diprakirakan musim awal penghujan terjadi pada Pertengahan atau Akhir September.
"Diprediksi akan berlangsung hingga akhir April atau Awal Mei 2022 nanti," sebutnya.
Untuk itu, pihak BMKG mengimbau pemerintah daerah setempat dan masyarakat untuk mewaspadai, mengantisipasi dan melakukan aksi mitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana.
Kemudian, puncak musim hujan periode 2021/2022 sendiri diprediksi akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022.
"Perlu menjadi perhatian bersama, terutama di wilayah-wilayah rawan banjir, tanah longsor, dan tanah bergerak seiring intensitas curah hujan yang akan terus semakin meninggi," katanya.
Sementara itu dalam siaran pers Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim, Dodo Gunawan mengatakan saat ini El Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) sama-sama dalam keadaan netral.
Keduanya adalah faktor iklim penting yang mempengaruhi terhadap variabilitas curah hujan di Indonesia, terutama pada skala waktu inter-annual.
Namun, berdasarkan pemantauan parameter anomali iklim global oleh BMKG dan institusi-institusi internasional lainnya, terdapat indikasi/peluang bahwa ENSO Netral akan berkembang menjadi La Nina pada akhir tahun 2021. Sementara itu, Indian Ocean Dipole Mode (IOD) Netral diprediksi bertahan setidaknya hingga Januari 2022.
Baca juga: Ada Kisah Cinta Tak Terduga di Balik Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang
Lebih lanjut, Dodo meminta masyarakat untuk lebih mewaspadai kejadian cuaca ekstrem seperti hujan es, hujan lebat disertai kilat dan petir, dan angin puting beliung jelang masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Tidak hanya bencana, perubahan cuaca yang tidak menentu bisa membuat imunitas seseorang melemah sehingga menjadi rentan terkena penyakit.
“Terlebih situasi Indonesia saat ini belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Waspada bencana hidrometeorologi dan jaga kesehatan selalu,” ungkap Dodo,
Dodo juga mengatakan bahwa periode musim hujan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah luas tanam, melakukan panen air hujan, dan mengisi waduk/danau yang berguna untuk periode musim kemarau tahun depan.
(Bangkapos.com/Andini Dwi Hasanah)