Berita Belitung

Pria Ini Kantongi Rp900 Ribu Tiap Hari dari Hasil Mengerit, Pengelola SPBU Sampai Buat Pengakuan

Kelangkaan ini membuat polisi berhasil membongkar kecurangan dalam pendistribusian BBM bersubsidi jenis premium yang tidak langsung kepada masyarakat.

Pos Belitung/Disa Aryandi
Mobil pengerit di SPBU Perawas, Tanjungpandan, Belitung menggunakan derigen, Jumat (10/9/2021) ketika ditertibkan oleh Polsek Tanjungpandan. 

BANGKAPOS.COM - Kelangkaan bahan bakan minyak (BBM) jenis premium dan pertalite di tingkat pengecer sempat terjadi di beberapa wilayah pulau Belitung, Jumat (10/9/2021) kemarin.

Kelangkaan tersebut bahkan sudah berlangsung sejak dua hari sebelumnya.

Berdasarkan pengakuan seorang pengecer, BBM tersebut sulit didapat sekitar dua hari belakang.

"Iya tidak ada, kosong semua. Sudah dari kemarin lah sulit, tidak tahu kami apa penyebabnya. Biasa ada yang ngantar pada kami, katanya lagi kosong," kata Ferdi, pengecer premium di Jalan Ahmad Yani kepada posbelitung.co, Jumat.

Kelangkaan ini akhirnya membuat polisi berhasil membongkar kecurangan dalam pendistribusian BBM bersubsidi jenis premium yang tidak langsung kepada masyarakat.

Pantauan posbelitung.co, di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Jalan Jendral Sudirman, Jalan Gaparman, serta Jalan Gatot Subroto, maupun Jalan Sijuk, Jalan Kamboja, Jalan Hayati Mahim, Tanjungpandan, Belitung tidak ada warung yang menjual premium maupun pertalite eceran.

Sedangkan situasi di SPBU Air Merbau, Tanjungpandan, Belitung tidak begitu banyak antrean kendaraan membeli BBM.

Relation & CSR Marketing Operation Region (MOR) II PT Pertamina Ujang Supriadi yang dihubungi posbelitung.co mengatakan pihak pertamina masih melakukan pengecekan atas informasi tersebut.

"Kami cek lapangan dulu ya pak," ucap Ujang.

Aparat kepolisianpun bergerak setelah mendapat laporan dari masyarakat.

Langkah pertama adalah jajaran Polsek Tanjungpandan menertibkan pengerit di SPBU Desa Perawas, Kecamatan Tanjungpandan.

Lima orang berikut kendaraan dan 116 jeriken ukuran 20 liter diamankan di Mapolsek Tanjungpandan.

Dari 116 jeriken, 27 jeriken berisikan bensin dan 89 sisanya masih kosong.

Baca juga: Nasabah BRI, BNI, Mandiri, BTN dan BSI Disuruh Cek Saldo ATM, Dapat Rp900 Ribu-3 juta Jika Ikut Ini

Baca juga: Aturan Baru Naik Pesawat untuk Lion Air September 2021, Termasuk Mobil dan Kereta

Baca juga: Akun Kartu Prakerja Bagikan Tips Sukses Mengunggah Foto KTP saat Mendaftar Kartu Prakerja

Bahkan satu unit Toyota Kijang Komando nopol BN 2723 LR berisi puluhan jeriken 20 liter.

Kelima orang tersebut telah dimintai keterangan oleh Unit Reskrim Polsek Tanjungpandan.

"Awalnya kami dapat info dari masyarakat terkait penyalahgunaan BBM jenis premium. Jadi dari hasil patroli, kami temukan di TKP beberapa pengerit khususnya jenis premium," ujar Kapolsek Tanjungpandan AKP Iman Teguh kepada posbelitung.co.

Beberapa pengerit yang dimintai keterangan beralasan premium tersebut untuk dijual kembali di toko mereka.

Namun mereka membeli menggunakan jeriken bahkan satu kendaraan yang diamankan menggunakan tangki yang dimodifikasi dengan kapasitas lebih besar.

Pantauan posbelitung.co, sepanjang Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Paal Satu, Kecamatan Tanjungpandan rata-rata kios tidak menjual BBM baik jenis premium dan pertalite.

Kios-kios yang biasanya berderet botol dan jeriken berisikan BBM semenjak pagi kosong.

Satu pengerit dapat satu ton bensin

Satu di antara pengerit yang dimintai keterangan di Polsek Tanjungpandan membuat pengakuan mengejutkan.

Pengerit bernama Sutriadi ini mengaku setiap hari mampu membeli BBM bersubsidi di SPBU tersebut hingga satu ton.

Pria 20 tahun itu membeli langsung menggunakan Jeriken ukuran 20 liter. Jeriken tersebut kemudian diangkut menggunakan mobil Toyota Kijang Komando bernomor polisi BN 2723 LR.

"Iya setiap hari aku ngerit di situ, mengisi di jeriken langsung. Ya premium saja, kalau pertalite jarang, tergantung permintaan saja," kata Sutriadi (Adi) kepada posbelitung.co ketika berada di Polsek Tanjungpandan.

Warga Jalan Jendral Sudirman Desa Perawas ini mengatakan, biasa setiap kali mengisi premium secara langsung sebanyak 60 jeriken setiap hari.

Dengan demikian Sutriadi setiap hari membeli 60 jeriken dikali 20 liter sehingga totalnya 1.200 liter atau mendekati satu ton.

"Kalau sekarang ada 80 jeriken di mobil itu, tapi yang baru terisi 25 jeriken, tadi sudah keduluan polisi datang ke SPBU."

"Polisi datang masih mengisi. Bayarnya per Rp 400.000,-, tapi diisi hanya Rp 385.000,- saja," ucapnya.

Dia mengatakan, untuk premium tersebut setelah dibeli olehnya di SPBU, kemudian dibawa ke pembeli lain.

Biasanya ia membawa ke wilayah Damar dan Gantung di Belitung Timur.

"Jadi aku jual lagi dan tidak menggunakan tangki modif aku, hanya pakai jeriken itu saja. Sendiri lah aku ngerit, biasa bongkar di rumah, satu jeriken itu aku dapat Rp 15.000,- untungnya," ujarnya.

Pekerjaan mengerit yang dilakoni Adi ini membuatnya bisa mengantongi nyaris satu juta rupiah setiap hari.

Jika setiap hari ia mampu mengerit hingga 60 jeriken, dengan keuntungan penjualan Rp15 ribu tiap jeriken, maka dalam Adi mengantongi Rp900 ribu dari hasil menjual 60 jeriken premium.

Pengelola SPBU akui ikut ngerit

Sementara itu, pengelola SPBU Desa Perawas Alung tidak mengelak ada pengerit di SPBU tersebut.

Namun dari lima mobil yang ditertibkan oleh Polsek Tanjungpandan, ia mengaku bahwa pengerit liar dan biasa mengisi di SPBU tersebut dengan cara membeli secara berulang-ulang.

"Kalau itu (pengerit) dimana-mana ada, ini pengerit liar. Termasuk aku saja ada empat mobil untuk ngerit, dan membeli di mesin bagian ujung. Itu aku salurkan ke pinggir-pinggir (daerah yang jauh dari SPBU)," kata Alung kepada posbelitung.co.

"Kalau pengerit itu semua sudah dijatah, tiga jeriken untuk premium ini satu kali putar (satu kali beli). Kalau banyak seperti mobil itu, beberapa kali putar," ucapnya sembari mengarahkan mobil milik Sutriadi.

Disinggung apakah ada pengurangan kuota dari PT Pertamina Tbk, menurut Alung tidak ada pengurangan. Khusus untuk premium SPBU ini mendapat kuota setiap hari berbeda-beda.

"Kalau premium sehari 8 ton, besoknya 16 ton, besoknya lagi 8 ton, besoknya lagi 16 ton. Kalau untuk pertalite 16 ton setiap hari, kalau untuk Pertamax tergantung permintaan," bebernya.

Hanya saja, ia mengaku sekarang ini terjadi permintaan yang sangat tinggi untuk BBM berjenis premium dan pertalite.

"Cuma karena apa permintaan itu tinggi, apa karena timah mahal, kami kurang paham," ucapnya.

Namun dia mengakui pembelian BBM di SPBU tidak boleh menggunakan jeriken.

"Kalau mobil pengerti yang ada jerikennya mungkin dia beli di tangki, terus disedot menggunakan jeriken dan pekerjaan kami tidak menggunakan jeriken, tapi kalau tangki besar ada, itu tidak perlu dibohongin," pungkasnya.

(posbelitung.co/disa aryandi/dede suhendar)

Sumber: Pos Belitung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved