Bujang Lapuk Ini Akhirnya Berhasil Ditaklukkan Janda, Tak Bisa Berdiri di Hari Bahagianya
Kisah cinta bujang lapuk ini jadi pembicaraan di negerinya. Betapa tidak, usianya sudah 80 tahun, dia masih semangat menjadi pengantin.
BANGKAPOS.COM - Kisah cinta bujang lapuk ini jadi pembicaraan di negerinya. Betapa tidak, usianya sudah 80 tahun, dia masih semangat menjadi pengantin.
Setelah seumur hidup membujang, seorang lansia berusia 80 tahun akhirnya menikah. Namun di hari pernikahan dirinya sudah tak kuat.
Belum lama ini, pernikahan antara lansia 80 tahun dengan pengantin 42 tahun menjadi pembicaraan di media sosial.
Pernikahan itu berlangsung pada 7 Januari di provinsi Guizhou, China.
Pengantin pria seorang bujang lapuk berusia 80 tahun bernama Mu.
Karena usianya yang sudah tua, dan kondisi kesehatan yang lemah, ia tidak bisa berdiri di pesta pernikahannya, layaknya pengantin pria pada umumnya.
Mu terduduk di kursi roda, sambil mengenakan pakaian pernikahan.
Di tengah keterbatasannya itu, Mu tetap tersenyum bahagia.
Baca juga: Cristiano Ronaldo Akhirnya Ungkapkan Perasaannya kepada Liga Italia Jelang Pertemuan Lawan Atalanta
Baca juga: Intip Gaya Tante Ernie di Pantai, Pakai Mini Dress Ketat Bikin Para Kaum Adam Tak Berkedip
Baca juga: Durasinya Cuma 13 Detik, Video Gisel Goyang Mama Muda ini Berbaju Pendek Ditonton 31,4 Juta Kali
Tapi yang paling mengejutkan adalah sosok pengantin wanita.
Wanita itu bernama Zhu tampil sangat mempesona, hingga menarik perhatian tamu undangan.
Istri Mu berusia 42 tahun, membuat keduanya terpaut usia 38 tahun, dan terlihat seperti ayah dan anak.
Mengenakan pakaian pernikahan tradisional berwarna merah, si pengantin perempuan terlihat tak kalah ceria dan bahagia di hari besar mereka.
Disebutkan bahwa pernikahan Mu dan calon istrinya berlangsung sangat tiba-tiba.
Mu merupakan seorang penjual obat tradisional, yang memiliki klinik.
Karena kondisi fisiknya di masa muda, Mu tidak menikah dan tidak memiliki anak.
Mu tak berpikir untuk menikah, sampai dia bertemu Zhu.
Bagi Zhu, pertemuannya dengan Mu adalah takdir.
Zhu merupakan seorang janda memiliki seorang anak.
Baca juga: Inilah Daftar Uang Kuno Termahal dan Paling Dicari Kolektor Barang Antik, Ada Uang Indonesia Loh
Namun anaknya mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan, membuat kakinya sulit bergerak.
Tahun 2016, Zhu pergi ke klinik milik Mu, untuk mengobati putranya.
Di sanalah keduanya bertemu, kemudian menjadi teman.
Dengan bantuan Mu, putra Zhu mulai sembuh. Zhu pun semakin kagum pada Mu, dan bahkan memanggilnya guru.
Hubungan keduanya semakin mendalam dan akhirnya menikah.
Dalam acara pernikahan, Zhu berkata pada tamu, dan menyampaikan pesan pada suaminya.
Pernikahan Mu dan Zhu, bujang berusia 80 tahun dan janda 42 tahun.
"Di hidupku sebelumnya, mungkin aku berhutang padanya atau dia berhutang padaku.
Kami telah menjadi pasangan suami istri.
Aku berharap bisa terus bergandengan tangan sampai akhir hidup," kata Zhu.
Baca juga: Tak Butuh Alat Bantu, Aura Kasih Punya Cara Sendiri Hadapi Keinginan Seksual Pasca Bercerai
Baca juga: Info Lowongan Kerja PT Trans Entertainment dan PT Pelayaran Nasional Indonesia, Simak Kualifikasinya
Baca juga: Lowongan Kerja D3 Gaji Rp8 Juta, Perusahaan Ini Sedang Butuh Staff Marketing Teknik
Baca juga: Lowongan Kerja Perusahaan Timah di Bangka Belitung, Ada 5 Posisi untuk SMK dan D3
Dari keluarga pengantin pria, dia menambahkan kalau Zhu sangat baik, rajin dan mendukung karir Mu.
Potret pernikahan mereka langsung mencuri perhatian warganet China.
Beberapa orang percaya bahwa disamping perbedaan usia, cinta mereka sangat tulus.
Tapi ada juga orang yang menduga jika Zhu hanya mengincar harta.
Meresponi hal tersebut, seorang teman Mu berkata, meski Mu memiliki klinik pengobatan sendiri, tapi itu bukanlah satu yang sangat besar.
Jadi dia tidak memiliki uang sebanyak itu.
Karenanya tidak mungkin Zhu mau mengorbankan dirinya untuk menikahi pria yang bertahun-tahun lebih tua darinya.
Guizhou banyak dikenal orang-orang Tiong Hoa selama ribuan tahun namun tidak sampai masa Dinasti Ming yang berada di bawah dominasi Cina selama masih menjadi provinsi.
Ini mendorong migrasi besar-besaran dari Sichuan, Hunan dan provinsi sekitarnya ke Guizhou.
Banyaknya pemberontakan oleh penduduk Miao sebagai penduduk asli terjadi sepanjang Dinasti Qing.
Konon, di mana dinasti Qing dynasty tiap 30 tahun akan ada pemberontakan kecil dan tiap 60 tahun akan ada pemberontakan besar.
Semua pemberontakan itu bisa dipadamkan kekaisaran.
(Wikipedia / tribun medan)