Militer dan Kepolisian
Mantan KSAU Ungkap Kelemahan dan Keunggulan Jet Tempur Rafale, Inilah Negara yang Mengoperasikannya
Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang memborong Rafale.Beberapa negara seperti Mesir, Qatar, India, dan beberapa negara
BANGKAPOS.COM-Kekuatan TNI Angkatan Udara semakin menggentarkan dengan adanya tambahan puluhan jet tempur canggih.
Indonesia memborong 42 unit jet tempur Dassault Rafalae buatan Dassault Aviation asal Perancis.
Untuk tahap awal Indonesia mengakuisisi enam unit jet tempur.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menandatangani pembelian Dassault Rafalae dengan Menteri Pertahanan Perancis Florence Parly di Jakarta, Kamis (10/2/2022).
“Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk enam pesawat,” kata Prabowo dalam rekaman suara yang diterima awak media, Kamis seperti dikutip dari kompas.com.
Keenam pesawat tersebut adalah bagian dari 42 jet tempur Rafale yang ingin diboyong Indonesia.
Baca juga: Kapal Perang TNI AL Bakal Dibekali Naval Strike Missile, Kecil, Taktis dan Sulit Terdeteksi
Dilansir dari laman Dassault Aviation, Indonesia bukanlah satu-satunya negara yang memborong Rafale.

Beberapa negara seperti Mesir, Qatar, India, dan beberapa negara lain telah memesan jet tempur bermesin ganda tersebut.
Berikut daftar negara yang telah membeli atau mengoperasikan jet tempur Rafale.
Baca juga: Indonesia Borong 42 Unit Jet Tempur Rafale, Ini Harga Per Unit dan Persenjataan yang Dimilikinya
Perancis
Jet tempur Rafale pertama kali digunakan oleh Angkatan Laut Perancis pada 2004 dan Angkatan Udara Perancis pada 2006.
Perancis berencana memiliki 286 unit jet tempur Rafale.
Sejauh ini, dari jumlah tersebut, Perancis telah memesan 180 unit dari Dassault Aviation.
Baca juga: Dibuat Sesuai Kondisi di Indonesia, Inilah Tank Harimau Produksi Pindad yang Sangar Sesuai Namanya
Kroasia
Kroasia memesan 12 unit jet tempur Dassault Rafale untuk angkatan udaranya.
Dari jumlah tersebut, delapan unit akan diterima pada 2024 sedangkan empat unit sisanya akan didapatkan pada 2025.
Mesir
Angkatan Udara Mesir memesan 54 unit jet tempur Dassault Rafale. Dari jumlah itu, 24 unit telah digunakan sejak 2018.
Yunani
Yunani memesan 18 jet tempur Rafale pada 2020 dan enam unit tambahan pada 2021. Sehingga, total pesanan Yunani menjadi 24 unit.
Sebanyak enam jet tempur Rafale kini secara resmi digunakan oleh Angkatan Udara Yunani pada 19 Januari 2022.
India
Angkatan Udara India memesan 36 unit jet tempur Dassault Rafale yang terdiri atas 28 kursi tunggal dan delapan kursi ganda.
Pada Desember 2021, total ada 32 unit jet tempur Dassault Rafale telah dikirimkan ke India.
Qatar
Qatar memesan 24 jet tempur Dassault Rafale pada 2015 dan memesan 12 lagi pada 2018. Pada Februari 2020, Qatar telah menerima 25 unit.
Qatar juga memiliki opsi untuk memesan 36 unit lagi untuk angkatan udaranya.
Uni Emirat Arab (UEA)
Angkatan Udara UEA memesan 80 unit jet tempur Dassault Rafale.
Indonesia
Indonesia memesan 42 unit jet tempur Rafale dari Dassault Aviation. Sebanyak enam unit telah diakuisisi sedangkan 36 unit lainnya akan menyusul dalam waktu dekat.
Keunggulan dan kelemahan Rafale

Berikut ulasan Mantan KSAU 2002-2005 dan penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia" Chappy Hakim tentang jet tempur Dassault Rafale seperti dikutip dari kompas.com:
SALAH satu pesawat terbang tempur kebanggaan Perancis adalah Dassault Rafale, biasa disebut sebagai Rafale saja.
Pesawat ini adalah pesawat tempur dengan kategori twin engine (mesin ganda) dari Snecma.
Konfigurasi pesawat dilengkapi dengan canard delta wing untuk menyempurnakannya sebagai multirole fighter aircraft (pesawat tempur multiperan). Seperti standar pesawat terbang tempur mutakhir maka Rafale dapat dilengkapi beraneka persenjataan sesuai kebutuhan dalam perannya sebagai perebut keunggulan di udara.
Sayangnya pesawat ini belum sepenuhnya memiliki kemampuan sebagai stealth aircraft (pesawat siluman) agar tidak tertangkap di layar radar pertahanan udara (hanud) musuh.
Rafale dapat digunakan untuk berbagai misi antara lain interdiction, aerial reconnaissance, ground support, anti ship strike dan nuclear deterrence mission. Itu sebabnya pesawat ini dikenal sebagai pesawat tempur “ömnirole” (serba bisa) buatan pabrik pesawat terbang Dassault.
Pesawat yang muncul pertamakali di tahun 2001 sudah digunakan oleh Angkatan Udara (AU) dan Angkatan Laut (AL) Perancis, AU India, dan AU Qatar. Sampai akhir tahun 2021 tercatat sudah diproduksi sebanyak 237 pesawat Rafale.
Produk dari Pesawat Rafale ini sejak tahun 2008 sudah berpartisipasi pada beberapa medan pertempuran di Afghanistan, Iraq, Libya, Mali, dan Syria.
Pada operasi tempur tersebut dua jenis pesawat Rafale diketahui turut aktif yaitu dari jenis biasa yang take off-landing dari aerodrome standard di darat dan yang berbasis di kapal induk.
Sampai saat ini Perancis belum berniat untuk melengkapi arsenal pesawat tempurnya dengan F-35 JSF, walau Rafale sendiri masih termasuk pesawat tempur generasi ke 4 , satu tingkat di bawah F-35 yang sudah masuk kategori generasi ke 5.
Rafale sendiri masih belum mencapai teknologi dengan kemampuan stealth aircraft (tidak dapat terditeksi radar hanud) seperti halnya dengan F-35 JSF.
Akan tetapi Rafale jauh lebih “gesit” dalam kemampuan bermanuver terutama dalam gerak menanjak tajam (superior climb rate) dan di sisi lain dengan persenjataan lengkap Rafale mampu terbang mencapai Mach 1.4 tanpa menggunakan after burner (tenaga dorongan mesin tambahan) .
Kelebihan lainnya adalah Rafale memiliki performa yang tinggi dalam penerbangan pada ketinggian rendah karena dilengkapi dengan sayap kecil (canard) di dekat hidungnya yang memberikan kemampuan aerodinamik tambahan sebagai unsur daya angkat (lift).
Akan tetapi kelemahan Rafale adalah tidak memiliki kemampuan cukup baik bila dibandingkan dengan SU-35 atau F-15 dalam terbang tinggi sampai 50.000 hingga 60.000 ft.
Demikian juga maksimum kecepatan yang bisa dicapai hanya 1.8 Mach dibanding dengan SU-35 yang mampu mencapai kecepatan 2.5 Mach.
Rafale memang unggul dalam kelincahan gerakan akan tetapi banyak kekurangannya dibanding dengan kemampuan pesawat SU-35 dan F-35. Mungkin dalam manuver di low altitude Rafale sedikit unggul akan tetapi performa lainnya masih berada di bawah SU-35 dan atau F-35.
Sedikit catatan di sini, perbedaan mendasar antara Rafale dengan SU-35 dan F-35 adalah tentang engine atau mesin penggerak.
Rafale dilengkapi dengan dua enigine sementara SU-35 dan F-35 bermesin tunggal.
Dengan hanya bermesin satu maka SU-35 dan F-35 lebih memiliki beban tambahan (pay load) yang dapat diisi peralatan maupun sistem senjata lainnya, dibanding dengan pesawat sejenis yang bermesin ganda.
Tentu saja masing-masing pesawat memiliki kelebihan dan kekurangan dengan karakteristik pesawat bermesin ganda dan bermesin tunggal.
Sekarang ini Angkatan Udara Perancis memiliki setidaknya 3 skadron Rafale multi-role dan 2 nuclear-strike skadron.
Sementara Angkatan Laut Perancis mengoperasikan 3 skadron Rafale yang merupakan kelengkapan dari Kapal Induk Charles de Gaulle.
Di tahun 2018 satu skadron Rafale menunjukkan kemampuannya dalam beroperasi dari kapal Induk Amerika Serikat USS George HW Bush.
Ke depan jenis Rafale F-4 akan segera menggantikan peran dari lebih 100 pesawat Mirage 2000 yang hingga kini masih beroperasi aktif tetapi dipandang sudah ketinggalan jaman.
Rafale dengan segala kelengkapannya sebagian besar adalah merupakan produk dalam negeri Perancis.
Minimal ada tiga macam produk Rafale multirole, yaitu dengan single seat, versi two seater, dan yang khusus di disain untuk beroperasi di kapal induk.