Inilah Tips Menasehati Anak Agar Jadi Penurut dan Tidak Kurang Ajar Pada Orang Tua
Tips menasehati anak agar jadi penurut dan tidak kurang ajar pada orang tua menurut dr Aisah Dahlan.
Penulis: Widodo | Editor: Iwan Satriawan
BANGKAPOS.COM -- Dunia anak memang sedang aktif-aktifnya.
Sampai-sampai tidak jarang menghiraukan perintah dari orang tua.
Apalagi anak-anak yang memiliki emosi dan terkadang sikap tidak terkontrol.
Anak-anak memang kadang membuat kesalahan.
Termasuk pada remaja juga kerapkali melakukan kesalahan.
Maka dari itu pentingnya kontrol dari orang tua.
Boleh menegur dan menasehati agar anak tidak melakukan kesalahan.
Hal itu agar dia tahum dan menjadi pendidikan baginya.
Tetapi orang tua pun harus paham cara menasehati atau menegur agar anak tidak menjadi kurabng ajar.
Justru membuat anak nurut dan patuh pada orang tuanya.
Ada beberapa tips dan teknik yang bisa dilakukan dalam menegur dan menyuruh anak agar selalu nurut kepada orang tua.
Terlebih orangtua merupakan pendidikan pertama anak.
Tumbuh kembang anak di masa kecil sangat ditentukan bagaimana orangtua mendidiknya.
Jika penididikan dri orangtua kurang tepat maka bisa menyebabkan anak tersebut kurang ajar.
Begitupun dalam halnya ketika melakukan kesalahan, orangtua harus pandai bagaimana cara menegur dan menyuruh anak.
Sejatinya seorang anak wajib berbakti kepada orangtua dan menuruti ketika orang tua menyuruh sesuatu.
Tidak membantah dan bersikap kurang ajar kepada orang orang tua.
Kadang, teguran orangtua seolah tidak didengar dan perintah orang tua tidak segera dilaksanakan.
Namun, sebelum menyalahkan anak, sebaiknya para orang tua bisa introspeksi diri dahulu.
Bisa jadi kesalahan utama bukan pada anak, melainkan pada teknik yang digunakan orang tua.
Penjelasan dr Aisah Dahlan mengenai cara mendidik, menegur dan menyuruh anak agar nurut pada orangtua dibagikan di kanal Youtube RTQ TV yang diunggah pada 30 Januari 2020 lalu.
Dia menyebutkan, manusia mempunyai sistem saraf di telinga yang bisa menggerakkan tubuh untuk melakukan sesuatu.
"Maka kalau ibu ngomong sama anak yang baik-baik. Karena apa anak kita juga punya sistem saraf yang omongan bisa ditangkap di telinganya dan jalan di sitem saraf," ujar dr Aisah Dahlan dalam video tersebut.
Oleh sebab itu dia menyarankan, ketika menegur atau menyuruh anak sebaiknya jangan menggunakan kalimat negatif.
Misalnya ketika sudah masuk waktu sholat atau waktunya tidur malam, tapi anak masih main gadget, maka jangan katakan kalimat seperti ini.
"Main gadget terus, atau jangan juga menggunakan "Kamu kalo main aja lama banget," ujarnya.
Akibatnya setiap disuruh atau ditegur, anak akan main hp terus atau setiap main akan lama karena itu yang diucapkan orang tuanya.
Lalu dr Aisah Dahlan menyarankan untuk menegur dan menyuruh anak menggunakan bahasa yang baik.
"Misalkan udah Maghrib, simpan gadgetnya sholat magrib yuk," terangnya.
Hal tersebut lebih baik daripada kalimat sebelumnya yang bisa membuat anak terus bermain hp.
Kemudian ketika anak sedang bertengkar dengan temannya atau saudaranya, maka sebaiknya katakan:
"Sudah nak, cukup, damai saja," lanjutnya.
Maka, kalimat tersebut bisa masuk ke sistem saraf dan akan menggerakkan anak untuk lebih menyukai damai.
Lalu dr Aisah Dahlan mengatakan sebaiknya orangtua memberikan contoh.
Ketika orangtua menyuruh sesuatu atau melarang anak melakukan sesuatu, maka sebaiknya orangtua juga menjalankannya.
Contoh ketika menegur anak yang main hp saat waktunya sholat, maka akan sangat baik jika anak melihat orangtuanya sudah siap sholat.
"Misalkan kita sudah siap pakai mukena dan mulai membentangkan sajadah makan pesannya lewat mata dan telinga akan sampe," jelasnya.
Dengan contoh yang dilakukan oleh orang tua, maka anak akan lebih terdorong untuk berhenti main dan bersiap untuk sholat.
Daripada ketika anak ditegur dan melihat ke arah orangtuanya yang juga masih asyik main gadget.
Jika demikian, maka si anak cenderung malas melakukan perintah orang tuanya karena orang tuanya tidak memberikan contoh.
(Bangkapos.com/Widodo)