Human Interest Story
Kisah Yuherman, Penjual Tahu Sumedang Keliling, Berjalan Kaki dari Pangkalpinang hingga Sungailiat
Meski cukup berat, tanpa ada rasa mengeluh sedikitpun Yuherman tetap dengan tegaknya memikul dagangannya tersebut.
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Usia tua tak menjadi penghalang untuk tetap semangat mengarungi kehidupan yang keras.
Ungkapan ini nampaknya pas disematkan pada Yuherman (52), penjual tahu Sumedang yang tetap bersemangat dan tegar dalam menjalani kehidupannya.
Bagaimana tidak, ditopang tubuhnya yang terlihat rapuh, dirinya masih tetap kuat menjajakan tahu Sumedang dengan cara keliling berjalan kaki.
Di usia yang seharusnya digunakan beristirahat, ia masih kuat mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
"Mau gimana lagi, ini pekerjaan yang bisa saya lakukan, ada anak istri yang harus diberi nafkah di kampung," tutur pria asal Bandung tersebut, Senin, (7/3/2022) siang.
Gurat kegembiraan tergambar jelas di raut wajahnya saat tim Bangkapos.com menghampiri dan membeli dagangannya.
Pasalnya, semenjak berjualan dari pagi, tahu Sumedang miliknya terlihat masih penuh.
Meski cukup berat, tanpa ada rasa mengeluh sedikitpun Yuherman tetap dengan tegaknya memikul dagangannya tersebut.
Cukup bermodal sepatu usang dan topi yang melekat di kepala, sangat membantunya untuk melindungi dari teriknya matahari di sekitar wilayah Pangkalpinang.
Yuherman bercerita bahwa dirinya sudah menggeluti usaha tahu Sumedang keliling sejak 10 tahun terakhir.
"Saya merantau di Bangka itu tahun 2012, sudah jual tahu Sumedang," ucap pria tiga anak ini.
Dia menyampaikan, aktivitasnya dimulai pukul 08.00 WIB. Setiap hari berangkat dari kediamannya dengan berjalan kaki menuju tempat-tempat yang biasa disinggahi.
"Saya jualan keliling Pangkalpinang, kadang ke Sungailiat juga numpang kendaraan umum," ujarnya.
Dia mengaku penghasilan setiap hari yang didapat dari berjualan tahu Sumedang keliling tidaklah seberapa.
"Alhamdulilah cukup untuk kehidupan sehari-hari. Pengahasilan dari jualan pisang ini sekitar Rp50.000 setiap harinya," bebernya.
Penghasilan yang ia dapatkan selalu disisihkan untuk anak istrinya di Bandung sana. Walau tak seberapa, ia berjuang terus agar bisa memberikan nafkah kepada keluarganya.
Rasa rindu pada keluarganya di kampung halaman bukan tak dirasakan Yuherman.
Pertemuan keluarga dilakukan kala Lebaran tiba, menjadi penghilang rasa rindu setahun tak bertemu.
"Pulang setahun sekali kalau Lebaran aja. Tapi kemarin sempat enggak pulang karena Covid-19, jadi kangen sama keluarga," kata Yuherman.
Ia menuturkan, sang istri selalu setia menunggu di kampung halamannya. Begitupula dengan anak-anaknya.
Yuherman menjelaskan anak pertama dan keduanya sudah bekerja, sedangkan anak ketiga masih aktif berkuliah.
"Kalau yang terakhir itu perempuan, masih kuliah" ujarnya.
Bagi Yuherman tidak ada alasan untuk menjalani hidup dengan bergantung pada orang lain.
Ungkapan itu seolah menjadi pemicu agar sesulit apapun hidup ketika terus berjuang maka di sana ada jalan.
"Saya enggak suka kalau hanya nongkrong di rumah. Saya lebih memilih bekerja agar bisa makan sehari-hari dan sisanya buat keluaraga saya. Tidak perlu harus terlihat sedih kalau kita terus berjuang, karena sesungguhnya yang tidak berjuang itulah yang paling menyedihkan," tandas Yuherman. (Bangkapos.com/Akhmad Rifqi Ramadhani)