Tak Lagi Pakai HET? Siap-siap Harga Minyak Goreng Kemasan Tergantung Harga Pasar

Itu berarti, harga minyak goreng kemasan tidak lagi mengacu harga eceran tertinggi (HET), tetapi tergantung harga pasar.

Editor: fitriadi
dok. YLKI
Foto ilustrasi minyak goreng kosong di sebuah ritel. Pemerintah memutuskan menaikkan harga minyak goreng curah Rp 14.000 per liter, sedangkan harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium mengikuti harga pasar. 

“Meskipun Indonesia adalah produsen crude palm oil (CPO) terbesar, namun kondisi di lapangan menunjukkan sebagian besar produsen minyak goreng tidak terintegrasi dengan produsen CPO,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (5/11/2021) silam.

Menurutnya, dengan entitas bisnis yang berbeda, tentunya para produsen minyak goreng dalam negeri harus membeli CPO sesuai dengan harga pasar lelang dalam negeri, yaitu harga lelang KPBN Dumai yang juga terkorelasi dengan harga pasar internasional.

“Akibatnya, apabila terjadi kenaikan harga CPO internasional, maka harga CPO di dalam negeri juga turut menyesuaikan harga internasional,” jelas Oke.

Baca juga: Berjuang Keluar dari Zona Degradasi, Nasib Akhir Persipura Ditentukan Posisi Tim Satu Ini

Baca juga: Laga Akhir Liga 1 Semakin Seru, Persipura Hadapi Lawan Berat Sore Ini

Baca juga: Persaingan Juara Liga 1 Bali United vs Persib, Maung Bandung Kehilangan Pemain Penting

Selain itu, dari dalam negeri, kenaikan harga minyak goreng turut dipicu turunnya panen sawit pada semester ke-2. Sehingga, suplai CPO menjadi terbatas dan menyebabkan gangguan pada rantai distribusi (supply chain) industri minyak goreng, serta adanya kenaikan permintaan CPO untuk pemenuhan industri biodiesel seiring dengan penerapan kebijakan B 30.

“Tren kenaikan harga CPO sudah terjadi sejak Mei 2020. Hal ini juga disebabkan turunnya pasokan minyak sawit dunia seiring dengan turunnya produksi sawit Malaysia sebagai salah satu penghasil terbesar,” ujarnya.

“Selain itu, juga rendahnya stok minyak nabati lainnya, seperti adanya krisis energi di Uni Eropa, Tiongkok, dan India yang menyebabkan negara-negara tersebut melakukan peralihan ke minyak nabati,” sambungnya.

Faktor lainnya menurut Oke yaitu gangguan logistik selama pandemi Covid-19, seperti berkurangnya jumlah kontainer dan kapal.

(Kontan.co.id/SS. Kurniawan/Kompas.com/Muhammad Choirul Anwar)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved