Heboh Pawang Hujan di Mandalika, Begini Penjelasan BMKG Hingga Hukumnya Menurut Islam

Belakangan media dihebohkan dengan sosok perempuan yang disebut sebagai pawang hujan. Begini penjelasan BMKG hingga hukumnya menurut Islam

Penulis: Fitri Wahyuni | Editor: M Zulkodri
kompas.com
Pawang hujan di Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB 

BANGKAPOS.COM - Ada yang berbeda dari pergelaran hebat MotoGP yang dilaksanakan di Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB, Minggu (20/03) kemarin.

Cuaca yang sulit di perkirakan, memancing kehadiran sosok perempuan yang disebut-sebut sebagai pawang hujan, yang akrab disapa mbak Rara.

Betapa tidak, aksinya di tengah lapangan yang berusaha memindahkan hujan di kawasan Mandalika, menuai berbagai reaksi pro dan kontra dari warga +62.

Tak hanya warga +62, ternyata media asing pun nampak tertarik dengan fenomena yang terjadi di kawasan Mandalika tersebut.

"A shaman ‘calmed’ the deluge so that the MotoGP race could be played," tulis Thecanadian News lewat artikelnya.

Sedangkan media yang berbasis di Australia, yakni speedcafe.com, menuliskan hal serupa dengan judul "local rain takes place as storm lash Mandalika."

Tulisan tersebut menggambarkan bagaiman ritual lokal dijalankan menyusul hujan yang mengguyur Sirkuit Mandalika.

Baca juga: Inilah Rara Istiati Pawang Hujan Bertarif Rp 105 Juta, Lahir di Papua Tapi Penganut Kejawen

Sang pawang juga terlihat berjalan di lintasan piting sambil membawa mangkuk logam dan menyanyikan mantra.

Dilansir dari kanal Youtube Tribunnews pada Selasa, (22/03), Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan bahwa pawang hujan merupakan suatu kearifan lokal.

Guswanto juga menjelaskan terkait hujan yang terjadi di Mandalika berhenti bukanlah karena adanya pawang hujan.

"Namun untuk BMKG sendiri, sebenarnya memiliki sendiri. Jika kita lihat fenomenanya kemarin, sejak tiga hari yang lalu, tanggal 17, 18, 19, 20, itu sudah diperkirakan oleh BMKG," tutur Guswanto .

"Bahwa di Mandalika itu akan terjadi hujan, dengan intensitas ringan sampai lebat," lanjutnya.

"Jadi sebenarnya kemarin waktu berhentinya, itu bukan karena pawang hujan kalau dari BMKG, karena durasi waktunya sudah selesai," tegas Guswanto.

Lantas bagaimana Islam memandang fenomena pawang hujan ini?

Ustadz Syafiq Riza Basamalah pernah menjawab pertanyaan dari seorang hamba Allah yang bertanya perihal hukum pawang hujan.

Dalam video yang diunggah dalam kanal youtube MuslimClips, Ustadz Syafiq Riza Basamalah dengan tegas mengatakan bahwa pawang hujan adalah bohong, dusta, dan tentu berdosa.

"Yang pertama, pawang hujan itu bohong, dusta, apa hukumnya? berdosa kita" ucap sang Ustadz.

Seseorang yang meyakini akan kekuatan pawang hujan juga tak lepas dari dosa.

"Ketika meyakini dia (pawang hujan), maka ia dapat mengantarkan pada kesyirikan," jelas Ustadz Syafiq Riza Basamalah.

Tak hanya itu, Buya Yahya juga memiliki pandangan yang sama terkait pawang hujan.

"Ngundang pawang, artinya dukun suruh komat-kamit ngusir mendung, haram, tidak boleh," tukas Buya Yahya.

Baca juga: Anak Bujang Rara Si Pawang Hujan Menangis Melihat Ibunya Dibully, Tak Tahan Lihat Cemooh Netizen

"Ga usah pawang-pawangan, kalau hujan alhamdulillah, segar, nikmat dari Allah, kenapa kita hindari. Kalau sudah urusan dengan dukun, bagaimana Nabi tidak akan Ridho," ucap Buya.

Sehingga dapat disimpulkan, apapun yang memiliki kaitan dengan selain Allah, hukumnya adalah haram.

Terlebih meminta bantuan kepada orang lain untuk menahan turunnya hujan.

Karena kita tidak tahu dalam prakteknya, seseorang tersebut meminta bantuan kepada jin, dalam Islam jelas hukumnya haram.

Padalah kita tahu, bahwa hujan adalah Rahmat dari Allah SWT.

Dalam surah Al An-am ayat 128 berbunyi :

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًاۚ يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِّنَ الْاِنْسِ ۚوَقَالَ اَوْلِيَاۤؤُهُمْ مِّنَ الْاِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَّبَلَغْنَآ اَجَلَنَا الَّذِيْٓ اَجَّلْتَ لَنَا ۗقَالَ النَّارُ مَثْوٰىكُمْ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗاِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌ

Yang artinya :

Dan (ingatlah) pada hari ketika Dia mengumpulkan mereka semua (dan Allah berfirman), “Wahai golongan jin! Kamu telah banyak (menyesatkan) manusia.” Dan kawan-kawan mereka dari golongan manusia berkata, “Ya Tuhan, kami telah saling mendapatkan kesenangan dan sekarang waktu yang telah Engkau tentukan buat kami telah datang.” Allah berfirman, “Nerakalah tempat kamu selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain.” Sungguh, Tuhanmu Mahabijaksana, Maha Mengetahui. 

(Bangkapos.com/Fitri Wahyuni)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved