Terungkap Kebiasaan Orang Brunei Darussalam Ternyata Tak Pernah Sarapan, Apa Sebabnya?

Wulan menyebut akan sangat jarang menemukan orang yang sarapan atau makan pagi di Brunei Darussalam

Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Iwan Satriawan
Freepik/tirachardz
Ilustrasi Sarapan 

BANGKAPOS.COM - Kaya dan unik. Bisa jadi dua kata yang tepat untuk menggambarkan negara Brunei Darussalam.

Negara yang dengan penduduk tak kurang dari 500ribu jiwa itu memang memiliki banyak keistimewaan selain sumber daya alam sektor pertambangannya yang melimpah.

Yakni sejumlah kebiasaan-kebiasan yang bisa dibilang unik dari negara-negara lainya, termasuk Indonesia.

Misalnya saja sarapan.

Diketahui sarapan adalah rutinitas penting yang wajib untuk dilakukan setiap orang di berbagai negara untuk memulai hari.

Dengan sarapan, tubuh kita akan menjadi berernergi untuk beraktivitas.

Namun di Brunei Darussalam, Wulan menyebut tak ada rutinitas yang mewajibkan hal tersebut di negara yang tengah didiaminya ini.

Di kanal YouTubenya Wulan's Life, Wulan mengatakan orang-orang di Brunei hanya makan dua kali sehari, yakni siang dan malam saja.

Kebiasaan di Brunei yang tidak ada di Indonesia

Disebutkannya akan sangat jarang menemukan orang yang sarapan atau makan pagi di Brunei.

Kalau pun ada mereka hanya mengganjal perut dengan makanan yang ringan misalnya roti yang ditemani teh atau kopi.

Tidak ada kewajiban sarapan di negara ini.

"Kalau di Indonesia makan tiga kali, tapi tidak kalau di Bruei hanya makan dua kali saja," ujar Wulan.

Tak cuma sarapan Wulan juga menyebut kebiasaan lainnya yang dimiliki orang Brunei dan cukup berbeda dari kebiasaan orang di Indonesia.

Membunyikan klakson

Kebiasaan lain yang di Brunei adalah makna membunyikan klakson.

Dijelaskan Wulan apabila seseorang membunyikan klaksonnya di Brunei maka dia dianggap mengajak ribut.

"Jangan sekali-kali membunyikan klakson," ujarnya.

Padahal di Indonesia hal itu sangat lumrah.

Alasan seseorang membunyikan klakson bisa jadi karena ingin mendahului saat di jalan atau menegur seseorang yang ditemui.

Tapi kalau di Brunei jangan coba-coba melakukan hal itu.

"Kalau di Brunei jika ada jammed/macet lalu kita membunyikan klakson apalagi yang tak henti-henti intinya kita ngajak ribut," terang Wulan.

Hal ini yang membuat Wulan mengatakan dia sangat  jarang menemukan pengendara yang membunyikan klakson di Brunei.

Ajakan 'jom minum'

Memang ada banyak aktivitas yang bisa diciptakan jika ingin menghabiskan waktu bersama kerabat atau orang-orang terdekat.

Namun di Brunei Darussalam kegiatan itu lekat dengan ajakan "jom minum,".

Dijelaskan Wulan ajakan itu berarti mengajak teman-teman berkumpul bersama di cafe sembari menikmati minuman teh atau kopi.

"Biasanya mereka chat bilang 'jom minum' Lalu mereka melakukan tea time kemudian saling ngobrol dan bersenda gurau," kata Wulan.

Hal ini memang tak terlihat jauh berbeda, mengingat kebiasaan orang Indonesia yang juga suka nongkrong ria di cafe hanya untuk bertemu teman-teman.

Tetapi di Indonesia, alternatif lain selain nongkrong adalah kita bisa langsung bertandang ke rumah teman yang ingin kita temui.

Sementara hal itu agak tak biasa dilakukan di Brunei.

Ke tempat terdekat membawa mobil

Walaupun kedai tersebut terletak di depan rumahnya, atau seberang mereka Wulan menyebut orang-orang Brunei akan tetap pergi menggunakan mobilnya.

"Mereka tidak mau kalau jalan kaki," kata Wulan.

Dan jika hanya sebentar mereka akan tetap membiarkan mesin mobilnya menyala dengan pintu terbuka.

Tentu ini agaknya lebih berisiko jika dilakukan di Indonesia.

Namun di Brunei Wulan menyebut hal itu sudah biasa terjadi.

"Di sini aman-aman saja, tidak ada orang yang nyelonong masuk membawa mobil," kata Wulan.

Jalan kaki terasa aneh

Kerap berpergian menggunakan mobil meski hanya ke tempat yang dekat ternyata menyusul kebiasaan mereka yang lain, yakni malas berjalan kaki.

Bahkan dikatakan Wulan berjalan kaki di negara ini akan terasa sangat aneh lantaran dipandang tak biasa oleh orang-orang di sana.

"Pernah aku mengalami waktu ke kedai jalan kaki dilihatin begitu," kata Wulan.

Awalnya dia merasa apakah ada yang salah dengan cara berpakaiannya.

"Ternyata orang Brunei jarang sekali berjalan kaki," tutur dia.

Hal ini membuat orang Brunei juga ikut aneh saat melihat ada orang yang berjalan kaki di sepanjang jalan, sekalipun itu di pusat kota.

(Bangkapos.com/Vigestha Repit)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved