Hudarni Rani Meninggal

Kenangan Prof Bustami Rahman: Cek Hudar adalah Sahabat dan Rekan Seperjuangan

Semasa perjuangan Provinsi Bangka Belitung, tak henti-hentinya Hudarni mengontak saya untuk ikut membantu perjuangan.

Penulis: edwardi |
bangkapos.com/Ryan A Prakasa
Prof Dr Bustami Rahman 

Pendek cerita, Provinsi pun terbentuk, dan tidak berselang lama terdengar khabar Hudarni ditetapkan sebagai Gubernur pertama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Saya kira jabatan itu pantas untuk beliau.

Saya bersyukur dan tetap sibuk dengan pekerjaan di Jember dan Jakarta. Setiap ujung minggu saya mengajar di Jember dan sekitar Jawa Timur.

Sisanya saya bekerja sebagai leader untuk pengembangan kota besar di seluruh Indonesia.

Saya juga sudah mulai melupakan Hudarni. Bahkan, beliau jadi gubernur pun saya tidak memberi selamat langsung. Cukup bersyukur sajalah.

Yang penting Provinsi jadi terbentuk, merdeka untuk membangun, dan harapan akan jauh lebih maju daripada sekedar sebagai bagian kecil dari Provinsi Sumsel.

Namun, tiba-tiba saja telepon berdering di Subuh hari. Suara Hudarni bergema di seberang sana. "Cek ape kabar?".

"Oo.. Pak Gub ape kabar, tumben nelpon ne". Aku bergurau. " Ah dak lah.. Sibuk aok?" Setelah olok-olok sana sini. Hudarni menawarkan untuk bisa membantu beliau di Babel.

Banyak jabatan kosong katanya. Tetapi semua tawaran saya tolak dengan halus. Salah satu alasan adalah masih terikat kontrak dengan Program Bank Dunia itu.

Setelah itu sering sekali Hudarni menelpon untuk menawarkan jabatan. Saya masih menolaknya dengan halus. Suatu hari beliau menelpon lagi.

"Cek kalo sikok ne, beduse ka menolak. Kite ne nak buet universitas, tapi sampe kini maju dak mundur dak. Tolonglah cek Bustami bantu liat-liat ape kurang e ne.. ".

Mendengar kata universitas, tidak tidur saya malam itu. Terbayang saya anak-anak Babel berkeliaran cari perguruan tinggi di luar pulau dan dengan biaya mahal.

Cukuplah kita yang tua-tua ini merasakan pahit getir. Meski tidak semua tertampung, tetapi sebagian tertolong sudah lumayan. Terpikir Hudarni yang pusing kepalanya.

Beliau terlahir bukan sebagai pendidik pun terpikir tentang pendidikan. Bagaimana pula saya yang terlahir sebagai pendidik. Betul kata Hudarni, beduse kek anak cucu...

Pulanglah saya untuk liat-liat, dan sejak liat-liat itulah air naik ke lutut, merambat naik ke leher.. Berenanglah saya dengan Hudarni bersama UBB itu.

Selalu saya sampaikan bahwa Takdir Allah saya pulang ke Bangka melalui Hudarni. Selalu pula saya katakan, bahwa mungkin tanpa Hudarni, UBB entah kapan bisa terwujud..

Selamat jalan Cek Hudar, kawanku, rehatlah dengan tenang. Kita sedang dalam urutan untuk kumpul bersama kelak.

Apa yang telah cek buat itu adalah yang luar biasa dan istimewa bagi Bangka Belitung, bangsa dan negara. Semoga Allah meridhoi dan merahmati.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu anhu. Aamiin yaa Rabb al alamiin... (Bustami Rahman)

(Bangkapos.com/Edwardi)

Sumber: bangkapos
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved