Konflik Rusia dan Ukraina

Cukup Satu Rudal Sarmat Saja Bikin Inggris Rata, Beginilah Simulasi Serangan Nuklir Rusia ke Inggris

hanya dengan serangan rudal Sarmat satu saja, sudah cukup untuk menenggelamkan dan meratakan satu kepulauan di Inggris dan Irlandia

Editor: Iwan Satriawan
ROSCOSMOS via AP PHOTO
Dalam foto yang dirilis oleh Roscosmos Space Agency Press Service pada Rabu, 20 April 2022, rudal balistik antarbenua Sarmat diluncurkan dari Plesetsk di barat laut Rusia. 

BANGKAPOS.COM-Ancaman serangan nuklir Rusia tak main-main.

Baru-baru ini, stasiun televisi milik Pemerintah Rusia menayangkan simulasi serangan nuklir Moskwa ke wilayah Inggris.

Sang pembawa acara, Dmitry Kiselyov, mengatakan bahwa jika serangan nuklir tersebut benar-benar diluncurkan, Irlandia dan Inggris akan hancur dan tenggelam.

Dalam program News of the Week yang disiarkan Rossiya-1, Kiselyov menyampaikan dua simulasi serangan yakni serangan rudal Sarmat dan serangan nuklir dengan kendaraan nirawak bawah laut.

Kiselyov menuding bahwa Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah mengancam Rusia dengan serangan nuklir selama perang di Ukraina, sebagaimana dilansir The Stars and Stripes, Selasa (3/5/2022).

Kiselyov berujar, hanya dengan serangan rudal Sarmat satu saja, sudah cukup untuk menenggelamkan dan meratakan satu kepulauan di Inggris dan Irlandia.

“Hanya dengan sekali peluncuran, Boris, Inggris tidak akan ada lagi,” papar Kiselyov, sebagaimana dilansir The Telegraph.

“Opsi lain adalah menenggelamkan Inggris ke dalam laut menggunakan kendaraan nirawak bawah laut Rusia, Poseidon,” kata Kiselyov.

Dia menjelaskan, serangan nuklir dari bawah laut tersebut memiliki daya ledak hingga 100 juta ton dan akan menciptakan tsunami raksasa di sepanjang garis pantai.

Kiselyov menambahkan, tsunami dengan radioaktif sebesar itu akan membuat apa pun menjadi gurun yang tidak layak huni untuk waktu yang lama.

Video simulasi dalam segmen tersebut menunjukkan peta di mana Irlandia dan Inggris tidak ada lagi.

Video simulasi serangan nuklir Rusia tersebut disambut dengan skeptisisme dan kritik di Irlandia, termasuk Perdana Menteri Irlandia Michael Martin.

Martin menggambarkan kepada penyiar nasional Irlandia RTE bahwa simulasi serangan nuklir Rusia sebagai taktik tipe intimidasi yang sangat jahat.

Dia lantas berseru kepada Rusia untuk meminta maaf. “Ini mencerminkan pola pikir yang mengkhawatirkan dan tidak berhubungan dengan kenyataan,” kata Martin.

Sementara itu, Johnson terus melanjutkan dukungannya untuk Ukraina pada hari-hari sejak video simulasi serangan nuklir tersebut ditayangkan di Rusia.

Pada Selasa, Johnson berpidato kepada parlemen Ukraina melalui tautan video dengan memberikan nada optimis pada upaya perang.

“Ukraina akan menang, Ukraina akan bebas,” ujar Johnson.

NATO Sudah Bergerak, Perang Dunia Nuklir Makin Nyata

Eskalasi Perang Rusia Ukraia makin meningkat, bahkan bisa memicu perang nuklir dan perang dunia 3.

Masyarakat dunia kini dikhawatirkan dengan adanya ancaman perang nuklir.

Perang yang ditakutkan bakal menjadi perang dunia III itu terasa makin menjadi kenyataan dengan pergerakan yang dilakukan Amerika Serikat.

Negeri Paman Sam itu dikabarkan ingin bagi-bagi hulu nuklir.

Sementara NATO punya sebuah rencana gila.

Untuk melawan Rusia, NATO ingin bagi-bagi hulu ledak nuklir.

Hulu ledak nuklir ini akan dibagikan NATO kepada anggotanya atau negara yang mereka anggap Sekutu.

Syarat penerima nuklir ialah negara anggota wajib memiliki F-35.

"Kami mempercepat proses modernisasi F-35 dan membawa pesawat tempur generasi kelima ini ke dalam latihan dan pelatihan bersama," Jessica Cox, direktur kebijakan nuklir NATO

Dia mengatakan dalam diskusi online yang diselenggarakan oleh Center for International Deterrence.

Pasalnya F-35 bisa menembakkaan rudal berhulu ledak nuklir.

"Pada akhir dekade, hampir semua Sekutu akan dilengkapi dengan F-35," tambahnya.

Tapi negara yang diberi hulu ledak nuklir harus mengikrarkan janji setianya kepada NATO.

Maksudnya jika NATO mengikrarkan perang terhadap bangsa lain maka anggota wajib ikut memerangi tanpa alasan apapun.

Finlandia yang tengah berusaha bergabung dengan NATO bisa jadi calon penerima hulu ledak nuklir.

Finlandia juga telah berencana membeli 60 unit F-35.

Bila sampai Finlandia diberi nuklir, maka mereka berkesempatan menjajal langsung panasnya ancaman Rusia.

Sebab Rusia tak akan tinggal diam bila Finlandia jadi sarang nuklir NATO.

Rusia akan Menggunakan Senjata Nuklir dengan Alasan Ini

Pejabat yang mengurusi tentang kebijakan keamanan Rusia menyatakan, negaranya hanya akan menggunakan senjata nuklir jika keberadaannya terancam.

Hal tersebut diungkapkan oleh Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada CNN dalam sebuah wawancara pada hari Selasa (22/3/2022).

Pernyataan itu dirilis setelah hampir empat minggu lamanya Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina. Sebelumnya, muncul kekhawatiran Barat bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina dapat meningkat menjadi perang nuklir.

Peskov mengeluarkan pernyataan dalam sebuah wawancara berbahasa Inggris ketika ditanya apakah dia yakin Presiden Vladimir Putin tidak akan menggunakan senjata nuklir.

"Kami memiliki konsep keamanan dalam negeri dan bersifat publik, Anda dapat membaca semua alasan penggunaan senjata nuklir."

"Jadi jika itu adalah ancaman eksistensial bagi negara kami, maka itu (arsenal nuklir) dapat digunakan sesuai dengan konsep kami, ujarnya.

Dia menambahkan, "Tidak ada alasan lain yang disebutkan dalam teks itu."

Kantor berita Interfax melaporkan, Putin bulan lalu memerintahkan pasukan nuklir Rusia untuk siaga tinggi.

Sejalan dengan perintah tersebut, kementerian pertahanan Rusia mengatakan pada 28 Februari bahwa pasukan rudal nuklirnya dan armada Utara dan Pasifik telah ditempatkan pada tugas tempur yang ditingkatkan.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan pada 14 Maret: "Prospek konflik nuklir, yang dulu tidak terpikirkan, sekarang kembali ke ranah kemungkinan." (kompas.com/bangkapos.com)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved