Brunei Darussalam Negara Kaya Tapi Tak Punya Gedung Menjulang, Apa Alasannya?
Brunei Darussalam Negara Kaya Tapi Tak Punya Gedung Menjulang, Apa Alasannya?
Penulis: Vigestha Repit Dwi Yarda | Editor: Dedy Qurniawan
BANGKAPOS.COM- Padahal negara kaya nan sejahtera, tapi mengapa Brunei Darussalam tak memiliki gedung pencakar langit alias gedung tinggi menjulang?
Negara yang dijuluki negeri petro dollar itu terkenal masif di dunia pertambangan.
Terletak di daratan Pulau Kalimantan, Brunei masif pada gas alam dan minyak bumi.
Tak salah jika warganya hidup dihiasi kemakmuran, kesejahteraan dengan finansial yang sangat terjamin.
Di negara ini pun banyak sekali bangunan-bangunan megah yang akan membuat Anda takjub.
Misalnya saja istana megah Nurul Iman atau Jembatan Temburong.
Namun keunikan yang perlu Anda tahu adalah meski memiliki istana dan fasilitas transportasi super megah, Brunei rupanya tak memiliki gedung pencakar langit alias gedung-gedung tinggi menjulang.
Baca juga: Ingat Mario Teguh? Dulu Motivator Termahal di Indonesia, Begini Nasibnya Kini
Bagaimana bisa negara dengan sebutan terkaya ini tak punya gedung-gedung tinggi?
Kondisi ini bahkan mengalahkan negara Indonesia.
Usut punya usut, ada alasan dibalik mengapa Brunei Darussalam tak dihiasi dengan gedung super tinggi.
Ada dua hal yang disebut-sebut menjadi alasan itu.
Yang pertama adalah karena di Brunei memiliki larangan tak boleh membangun gedung yang ketinggiannya mengalahkan ketinggian menara masjid-masjid di sana, terutama Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin.
Diketahui Gedung tertinggi di Brunei Darussalam, hanya memiliki tinggi sekitar 120 meter atau gedung dengan 21 lantai.
Gedung tertinggi tersebut merupakan gedung Kementrian Kewangan.
Alasan kedua adalah Brunei Darussalam tak berpenduduk banyak.

Yang membuat negara itu belum membutuhkan gedung-gedung pencakar langit yang memiliki kapasitas banyak.
Gedung-gedung yang tersedia saat ini masih bisa menampung masyarakat di Brunei.
Baca juga: Gibran Sampai Murka, 2 CPNS di Solo Mengundurkan Diri: Kurang Ajar, Kalau Mau Kaya Jadi Pengusaha!
Memiliki pendapatan per kapita rata-rata Rp445 juta per tahun, membuat penduduknya hidup sejahtera.
Hidup di negara ini, rasanya semua sendi kehidupan terjamin oleh kerajaan.
Sehingga membuat penduduk Brunei memiliki mata pencaharian di bidang layanan jasa ekspor impor dan perindustrian yang bergerak di bidang pertambangan.
Melansir dari Sekretariat Nasional Asean-Indonesia, penjualan minyak bumi Brunei Darussalam menyumbang sekitar 92 % total pendapatan nasional.
Pada daerah-daerah penghasil minyak seperti yang telah disebutkan sebelumnya, produksinya mencapai kurang lebih 200 ribu barrel per hari.
Sementara, hampir semua gas asli Brunei Darussalam dicairkan di Loji Gas Asli Cecair Shell Brunei yang dibuka tahun 1972.
Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan gas alam cair (LNG) terbesar di dunia.
Lebih dari 82 % LNG yang dihasilkan Brunei Darussalam dijual kepada Jepang melalui perjanjian jangka panjang yang pembaruannya dilakukan pada 1993.
Brunei Darussalam adalah negara pengekspor LNG terbesar keempat di Asia Pasifik.
Sebagian besar minyak bumi Brunei Darussalam dihasilkan di dekat Seria, lepas Pantai Kuala Belait, Ampar, dan Jerudong.
Baca juga: Pria Tua Nikahi Janda Muda, Anak Diajak Tidur di Kamar Pengantin Saat Malam Pertama, Begini Nasibnya
Pantas saja negara ini dijuluki sebagai negeri dengan harta karun tak terduga lantaran menyimpan SDA yang tak main-main.
Tak hanya itu, Brunei juga cukup berkembang di industri pertaniannya, walau tak begitu besar.
Biasanya hasil pertanian negara tersebut biasanya hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
(Bangkapos.com/Vigestha Repit)