Kisah Perjalanan Haji Soeharto, Tak Mau Dibiayai Negara dan Sambutan di Mekkah: Ya Allah Aku Datang
seluruh Paspampres yang ikut dan rombongan pendukung pun dibiayai oleh Soeharto. perjalanan ibadah haji Pak Harto dan keluarga tidak didampingi oleh..
BANGKAPOS.COM -- Muslim di dunia, termasuk Indonesia mendambakan bisa naik haji ke tanah suci.
Hampir semua Presiden Indonesia pernah menjalankan ibadah haji dan umrah. Tak terkecuali Presiden Soeharto, yang berkuasa selama 32 tahun.
Kisah perjalanan ibadah haji Pak Harto kala itu menjadi perhatian banyak orang, termasuk desas-desus memiliki motif politik untuk memperlihatkan kedekatan dan menarik simpatik kelompok Islam.
Namun di luar isu politik, perjalanan ibadah haji Pak Harto dan seluruh keluarga, yang berangkat pada 16 Juni 1991 mendapat sorotan di tanah air.
Dalam buku "Perjalanan Ibadah haji Pak Harto", tercantum beberapa kesaksian, seperti "karena berhaji urusan pribadi, Soeharto menolak dibiayai negara.
Baca juga: Keberadaan Dona Ing, Karyawati Cantik Alfamart yang Menghilang Akhirnya Terungkap, Ada di Jakarta?
Baca juga: Pria Ini Punya 8 Istri Muda dan Semuanya Tinggal Serumah, Tiap Kamar Berisi 2 Lalu Bergiliran
Baca juga: Pasangan Suami Istri ini Sudah 34 Tahun Berumah Tangga, Ternyata tak Sah Menikah, Begini Kisahnya
Baca juga: Nadya Arifta Keluar dari Perusahaan Kaesang, Kini Rela Begadang Cari Kerjaan Baru, Hasilnya?
Baca juga: Doa Agar Terhindar dari Perbuatan Maksiat dan Cara Menghapus Dosa Maksiat yang Sering Dilakukan
Dia juga tak mau Departemen Agama repot-repot mengurusi kepergiannya," tulis dalam buku tersebut.
Bahkan, seluruh Paspampres yang ikut dan rombongan pendukung pun dibiayai oleh Soeharto.
Dalam buku tersebut, termaktub pula pernyataan Mensesneg Moerdiono, yang mengatakan bahwa perjalanan ibadah haji Pak Harto dan keluarga tidak didampingi oleh seorang pun menteri.
"Bila ada menteri satu kloter dengan presiden, apakah satu kebetulan? Saya tidak bilang begitu," katanya.
Moerdiono menyebut, Pak Harto berangkat haji bersama Ibu Tien, seluruh anak dan menantu, Wismoyo Arismunandar dan nyonya, dua dokter pribadi, dua pengawal pribadi, empat pengawal khusus dan seorang fotografer pribadi.
Pak Harto dan keluarganya tiba di Tanah Suci pada 17 Juni 1991.
Ketika itu ia disambut oleh Pangeran Majid bin Abdul Azis yang menjabat sebagai Gubernur Makkah.
Ada cerita menarik saat Pak Harto tiba sedang dalam ritual melempar jamrah.
Baca juga: Petani Sawit Merugi, Harga CPO Turun Lagi, TBS Tingkat Petani Rp 1.300 per Kg
Baca juga: Inilah Harga & Spesifikasi HP Xiaomi Juni 2022: Xiaomi 12 Series, Redmi Note 11 Series, POCO M3 Pro
Baca juga: Natalius Pigai Ungkap Peran Anies Baswedan di Nasdem, Ternyata Orang yang Memberi Nama Ormas ini
Baca juga: Inilah Tips Merebus atau Memasak Daun Pepaya Agar Rasanya Tidak Pahit, Tetap Hijau dan Rasanya Empuk
Baca juga: Bacaan Doa Sapu Jagat dan Doa Mohon Keselamatan, Kebaikan Dunia Akhirat Terhindar dari Fitnah Dajjal
Baca juga: Bacaan Doa Ketika Anda Menghadapi Musibah, Diberi Kesabaran dan Kekuatan
Menurut wartawan TVRI yang ikut dalam rombongan, Sutrimo, kehadiran Soeharto mendapat sambutan hangat dari jemaah haji bukan saja dari Indonesia, tapi juga dari berbagai negara.
"Sewaktu Pak Harto melempar jamrah, banyak kaum muslimin melambaikan tangan dan mengelu-elukan Pak Harto dengan berteriak Assalamu'alaikum Rois Indonisi, Assalamu'alaikum Rois Indonisi," kata Sutrimo (hal 287). Kata "Rois Indonisi" artinya "Presiden Indonesia".