Berita Bangka Selatan
Terkendala Kurangnya Jumlah Mesin Penggiling Padi Bikin Beras Desa Rias Kurang Diminati Pembeli
Namun pada panen kali ini, para petani mengalami sedikit kekecewaan karena harga padi mengalami penurunan dan harga pupuk kian melambung tinggi.
Penulis: Adi Saputra | Editor: Novita
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Hasil pertanian Desa Rias, Kecamatan Toboali, Bangka Selatan, khususnya beras, dipasarkan di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Bangka Belitung.
Ada dua jenis beras yang dihasilkan para petani dan dipasarkan, yakni beras merah dan beras putih.
Namun pada panen kali ini, para petani mengalami sedikit kekecewaan karena harga padi mengalami penurunan dan harga pupuk kian melambung tinggi.
Selain harga yang turun, petani juga sulit untuk menjual padi. Kesulitan juga dialami oleh pemilik tempat penggilingan padi juga distributor beras di Bangka Selatan.
"Saya sudah keliling untuk memasarkan beras hasil petani Basel, bukan hanya di sini saja, tapi seluruh Babel. Tapi masih ada kendala, karena dalam pemasaran banyak saingan dengan beras dari luar," kata Iman saat ditemui di penggilangan padi, Senin (20/6/2022)
Ia menyebut, dalam satu pekan dapat mendistribusikan dan memasarkan beras Bangka Selatan sebanyak 1,5 ton di satu kabupaten/kota di Babel.
"Kemarin saya antar ke Kota Pangkalpinang kurang lebih 1,5 ton. Tapi hampir satu bulan ini kurang diminati pembeli, katanya berasnya pecah dan mereka kurang minat," bebernya
"Padahal beras yang kita jual murah dan mutunya enggak kalah saing dengan beras luar Bangka. Memang kemarin pas panen, karena stok banyak mesin sedikit, membuat mesin rusak. Jadi kendala kami sekarang ini, pada mesin yang masih kekurangan, apalagi di musim panen petani padi," tambah Iman
Iman menuturkan, penurunan harga bukan pada beras, namun harga padi kering dan basah dari para petani.
"Tahun kemarin saya beli beras para petani bisa mencapai Rp9.000 per kilogram, itu pun karena ada proyek. Tapi kalau sekarang hanya bisa beli Rp8.500 per kilogramnya khusus beras putih. Sedangkan untuk padi pascapanen sekarang hanya mampu membeli seharga Rp5.000, yang sebelumnya dibeli Rp5.500, karena padi kita ini terlambat panen dan sudah terlalu tua," tuturnya
"Apalagi ditambah lagi faktor alam cuaca yang angin kencang, yang dapat memengaruhi hasil panen petani," sebut Iman
Sementara para petani padi Bangka Selatan mengeluhkan susahnya jual hasil panen, terutama harga padi maupun beras turun. Apalagi harga pupuk non subsidi semakin naik dratis dan pembayaran uang hasil penjualan diutang hingga satu bulan lamanya.
Seperti diungkapkan seorang petani padi di Bangka Selatan, Fahrodi, yang mengeluhkan penjualan padi hasil panen.
"Sudah waktunya panen, tapi sekarang susah jualnya. Ada yang mau ambil berasnya, tapi bayarnya dua kali dan bisa sampai satu bulan baru dibayar," bebernya. (Bangkapos.com/Adi Saputra)