Kisah Anak Durhaka yang Protes pada Ayahnya Karena Salah Pilih Istri, Ini Kata Buya Yahya
Menurut Buya Yahya, harus memilih dengan benar. Nikah itu pilihlah dia yang boleh gantengnya atau cantik, kayanya, prilakunya, lembut dan agamanya.
Penulis: Widodo | Editor: Alza Munzi
BANGKAPOS.COM -- Sempat viral ucapan seorang ibu-ibu yang tidak ingin punya menantu seperti tukang bakso.
Tentunya dia ingin anaknya mendapatkan menantu idaman yang akan menjadi pasangan hidup anaknya.
Setiap orang pastinya punya kriteria masing-masing dalam memilih menantu.
Juga anak gadis pun tentunya kriteria dalam memilih pasangannya untuk menjalani biduk rumah tangga.
Lalu bagaimana kriteria memilih pasangan hidup?
Dalam pandangan Islam sendiri, Buya Yahya menjelaskan itu.
Dilansir oleh Bangkapos.com di kanal YouTube Al-Bahjah TV pada Selasa, 28 Juni 2022, Buya Yahya menjelaskan cara mengetahui mana yang baik dalam memilih pasangan hidup.
Dengan pilihan itu sehingga bisa bertahan meskipun akan dihantam oleh ujian dalam pernikahan.
Menurut Buya Yahya, pertama yang diperhatikan adalah harus memilih dengan benar.
"Kalau dia punya 1001 kekurangan ya cari yang gak punya kekurangan.
Hidup itu memilih Nabi mengajarkan nikah itu milih, jadi milih lah dia yang boleh gantengnya, atau cantiknya, kayanya, prilakunya, lembut, agamanya," sebut Buya Yahya.
Buya Yahya juga menjelaskan kisah pada masa kekhalifahan, bahwa ada seorang anak durhaka kepada ayahnya.
Karena ayahnya tidak dapat memilih ibunya yang baik, setiap yang dinikahkannya tidak mengindahkan kriteria asalkan perempuan.
"Suatu ketika, seorang anak dibawa oleh bapaknya karena katanya kurang ajar kepada bapaknya.
Kebetulan anak tersebut cerdas dan bertanya kepada Sayyidina Umar perihal kewajiban bapak kepada anaknya sebelum anak lahir," ujar Buya Yahya menceritakan.
Sayyidina Umar pun menjawab kewajiban seorang bapak sebelum anak lahir adalah pertama, memilih ibunya yang baik.
Seketika sang anak yang durhaka tersebut pun mengatakan bahwa bapaknya tidak pernah memilihkan ibu yang baik untuknya, asal perempuan dia nikahi.
Kemudian, kewajiban kedua seorang bapak kepada anak yakni mengajarkan anaknya Alquran.
Ketiga, kewajiban bapak kepada anaknya adalah memberikan nama yang baik.
Jadi, Anda harus memahami jikalau memilih itu penting.
Karena jika hanya memilih atas dasar cinta semata tidak benar-benar memikirkan kekurangan pasangan yang dapat Anda terima dikemudian akan sangat berbahaya.
Untuk itu, menuntut sebelum menikah dengan mempertimbangkan kekurangan terlebih dahulu sekiranya dapat diterima atau tidak.
Bolehkah Jika Terlanjur Jatuh Cinta dengan Istri Orang?
Buya Yahya menjelaskan bagaimana jika terlanjur jatuh cinta dengan istri orang.
Kala itu Buya Yahya mendapati pertanyaan dari seorang jemaah dalam sebuah ceramahnya.
Lantas jika demikian apakah boleh?
Buya Yahya pun memberikan penjelasan sekaligus saran kepada orang tersebut.
Hal itu dibeberkan Buya Yahya dalamn video di kanal YouTube Al-Bahjah TV dilansir Bangkapos.com pada Senin, 27 Juni 2022.
Buya Yahya mengatakan bahwa cinta adalah karunia. Bahkan Nabi pun mengagungkan cinta.
"Maka cinta jangan dinodai dengan syahwat atau hawa nafsu.
Semula cinta itu baik, menjadi tidak baik ketika jadi hawa nafsu," kata Buya Yahya.
Lantas bagaimana jika muncul perasaan cinta kepada wanita atau pria yang dalam hal ini istri atau suami orang?
Buya Yahya mengatakan bahwa cinta adalah perkara yang indah.
"Yang menjadi aib adalah dengan cinta ini dia melakukan hal yang haram.
Di dunia modern seperti sekarang, chatingan, diskusi ngawur ngidul, hingga melampiaskan syahwatnya," lanjut Buya Yahya.
Buya Yahya lalu mengatakan jika saja ada yang mencintai istri atau suami orang mungkin karena sikapnya yang baik, dan bukan dengan tujuan nafsu.
"Namun tidak dia keluarkan dalam hati. Tidak ditulis di buku diary. Mencintai istri orang, suami orang. Seperti Laila Majnun.
Seorang wanita kagum sampai jatuh cinta. Namun tidak diungkapkan. Hanya dalam hati," kata Buya Yahya.
Orang yang bisa memendam perasaan atau gejolak cintanya, justru kata Buya Yahya ketika ia mati, maka mati syahid.
"Karena apa? Gejolak cinta itu berat. Dan dia bisa menahan.
Sebab dengan cinta orang bisa melakukan apa saja, zina menyerahkan kehormatan. Tapi dia menahan, astagfirullah," imbuhnya.
(Bangkapos.com/Widodo)