Militer dan Kepolisian

Mengenang Resimen Pelopor Brimob Polri, Pasukan Elit Paling Mematikan dengan Senjata Andalan AR-15

Tak banyak yang tahu, Polri pernah memiliki pasukan elit yang dianggap paling mematikan dibanding pasukan lainnya di masa itu

Penulis: Iwan Satriawan CC | Editor: Iwan Satriawan
Tribunjambi
Resimen Pelopor 

BANGKAPOS.COM-Kepolisian Republik Indonesia (Polri) memiliki sejarah pengabdian panjang sejak Republik Indonesia berdiri.

Tak hanya bertugas melakukan penegakan hukum dan ketertiban masyarakat, Polri ikut berjuang mempertahankan NKRI.

Tak banyak yang tahu, Polri pernah memiliki pasukan elit yang dianggap paling mematikan dibanding pasukan lainnya di masa itu.

Pasukan elit itu bernama Resimen Pelopor (Menpor). Menpor adalah pasukan elit yang lahir dari satuan Brigade Mobil (Brimob).

Pasukan ini sering dikatakan sebagai pasukan elit yang sejarah dan nama besarnya nyaris terlupakan dalam sejarah militer Indonesia.

Menpor dibentuk pada tahun 1961 di masa kepemimpinan Kapolri Soekarno Djoyonegoro.

Pembentukan Menpor sesuai dengan keinginan Presiden Soekarno yang menghendaki nama Indonesia bagi satuan-satuan TNI/Polri.

Di masa itu, Menpor memiliki senjata yang menjadi trade mark mereka yaitu AR-15.

AR-15
AR-15 (Wikipedia)

AR-15 adalah singkatan dari Armalite model 15.

Senapan ini adalah senapan semi-otomatis, yang mirip dengan senapan otomatis M16 atau karabin M4, banyak dimiliki dan dipasarkan untuk sipil.

Senapan AR-15 sipil memiliki banyak pilihan modifikasi dan umumnya memiliki pegangan pistol, popor lipat atau teleskopik, laras melingkar, dan tempat bayonet.

Senapan AR-15 original buatan ArmaLite/Colt awalnya merupakan senapan purwarupa yang diikutsertakan dalam tender senapan Amerika Serikat, yang akhirnya diadopsi menjadi senapan M16.

Dilansir dari matapadi.co, beberapa orang purnawirawan TNI yang berdinas antara tahun 1960 hingga 1970-an, mengingat bahwa Resimen Pelopor (Menpor), merupakan sebuah satuan yang memiliki perlengkapan terhitung istimewa pada zamannya.

Pada saat pelaksanaan Operasi Trikora, misalnya, hanya Menpor yang menggunakan senjata baru berbahan fiber, sesuatu yang baru pada saat itu.

Anggota Resimen Pelopor
Anggota Resimen Pelopor (ist)

Pada tahun 1961, Resimen Pelopor mulai menggunakan senapan organik AR-15.

Ketika itu, banyak satuan-satuan Angkatan Darat masih menggunakan senjata M1 Garrand sebagai senjata organik.

Dan senjata yang dibawa satuan-satuan itu pada umumnya masih menggunakan bahan kayu.

Bahkan, ketika RPKAD dan Marinir mulai menggunakan senjata AK 47 dari Rusia yang didatangkan ketika Operasi Trikora, senapan buatan Rusia ini masih menggunakan bahan utama kayu dan besi.

Posisi unik Korps Brimob ketika itu memang menguntungkan.

Di satu sisi, korps ini merupakan salah satu korps kesayangan Presiden Sukarno, terbukti sampai tahun 1965 banyak Kompi Brigade Mobil yang masuk dalam Resimen Tjakrabirawa, satuan elit pengawal presiden.

Namun demikian, perputaran sejarah juga menyebabkan korps Brimob juga memiliki kedekatan dengan Amerika Serikat, sehingga dengan mudah mereka dapat memperoleh senjata maupun perlengkapan tempur dari negara adi daya itu.

Kesediaan AS untuk menguji coba senjata barunya, AR 15, untuk pasukan di luar pasukan khusus AS adalah berkat kedekatan pejabat Kepolisian RI dan Korps Brimob dengan pemerintah AS.

Bahkan pasukan AS yang bertugas menjadi pengamat di Vietnam ketika itu masih menggunakan senapan peninggalan PD II seperti; US Carabine, M1 Garrand, dan Thompson.

Penggunaan senjata AR 15 dimulai pada awal 1961 ketika pasukan Pelopor mendapatkan pengumuman penggudangan senjata lama dan penggunaan senjata baru.

Mereka hanya diberi tahu bahwa setiap anggota wajib melakukan zero (percobaan) senjata baru ini.

Pada saat melihat senjata baru tersebut, mereka merasa kagum karena senjata ini tidak terbuat dari kayu maupun logam, melainkan fiber (beberapa purnawirawan Menpor menyebutnya sebagai plastik).

Bahan dasar yang ringan ini membuat senjata baru tersebut bisa mengambang di atas air.

Setelah masing-masing memegang senjata tersebut, barulah kemudian mereka mengetahui jika nama senjata baru itu adalah AR 15.

Penggunaan AR 15 ini juga mengubah teknik penembakan dalam tim Menpor.

Dengan senjata lama US Carabine yang semi otomatis, tembakan lebih mudah diatur.

AR 15 adalah salah satu senjata otomatis dengan fungsi menyerupai karabin, namun mempunyai jarak tembak yang sama dengan bren MK 3.

Setiap tim Menpor harus bersenjata sama, yaitu AR 15. Hal ini berbeda dengan masa-masa sebelumnya, di mana dalam setiap tim ada dua personel yang membawa Carl Gustav, dua personel membawa bren MK 3, dan 4 personel membawa US Carabine.

Sehingga seiring dengan pergantian senjata, terjadi juga perubahan aturan penembakan dalam setiap tim Menpor.

Para prajurit yang tadinya bertugas sebagai penembak Carl Gustav dan penembak bren MK 3 tetap menggunakan teknik menembak otomatis penuh, hanya saja mereka sekarang menggunakan AR 15.

Sementara untuk prajurit penembak US Carabine harus tetap menggunakan irama tembakan 2-2, namun dengan menggunakan senapan AR 15.

Mulai saat itu, semua anggota Menpor memanggul senjata AR 15, sebuah senjata yang saat itu dianggap sangat canggih.

Hal ini juga menambah kebanggaan setiap anggota Menpor.

Resimen Pelopor saat Ini

Logo korps Brimob Polri
Logo korps Brimob Polri (Istimewa)

Dilansir dari laman korbrimob.polri.go.id, Resimen Pelopor adalah Satuan Pelaksana utama yang berada di bawah Korps Brimob Polri yang bertugas membina dan meningkatkan kemampuan personil dan mengerahkan kekuatan Satuan atas perintah Kakor Brimob Polri dengan tugas dan fungsi meyelenggarakan fungsi penindakan massa dan lawan insurjensi guna terwujutnya keamanan dalam negeri.

Berdasarkan Surat Kapolri no.Pol : B/2667/VII/1995 tanggal 10 Juli 1995 tentang permohonan Persetujuan tentang Pokok-pokok organisasi dan Prosedur Sattama Brimob Polri, pada tanggal 10 September 1996 keluarlah Surat Keputusan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Nomor: Kep/07/IX/1996 tentang pembentukan Korps Brimob.

Kapolri yang saat itu di jabat oleh Letjen Polisi Drs. Dibyo Widodo pun mengeluarkan Skep Kapolri no.Pol. : Kep/10/IX/1996 tanggal 16 September 1996 tentang pengsesahan Korps Brimob Polri yang menetapkan.

Pengesahan Korps Brimob Polri sebagai badan pelaksana pusat pada tingkat Mabes Polri yang berkedudukan di bawah Kapolri.

Pemberlakuan struktur organisasi sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Pangab Nomor : Kep/07/IX/1996 tanggal 10 September 1996.

Operasionalisasi Korps Brimob Polri selambat-lambatnya tanggal 5 Oktober 1996 Hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan pembangunan pangkalan dan fasilitas lainnya dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas program dan anggaran Polri pada Rensta V 1994-1998.

Maka di bentuklah 2 Resimen Brimob :

-Resimen I Brimob yang terdiri dari 4 Batalyon, dimana 1 batalyon terdiri dari 4 kompi dan 1 kompi Bantuan (Kiban) dengan pangkalan di Kedung Halang Bogor.

-Resimen II Brimob terdiri dari 4 Detasemen Gegana dengan pangkalan di Mako Korbrimob Kelapadua Cimanggis Depok.

-Resimen I Brimob, mempunyai 1 batalyon yang bermarkas di Mako Korbrimob Kelapadua dan kelak Batalyon inilah yang menjadi kerangka berdirinya Resimen III Pelopor ( Desember 1999) atau yang sekarang di kenal dengan Nama Satuan III Pelopor.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved