Berita Sungailiat
Ekspedisi Bangka Pos Mantung-Tanjung Ru, Ekonomi Warga Sekitar Menggeliat Sejak Pompong Beroperasi
Babe (65), seorang pemilik warung di kawasan itu mengaku telah lima tahun berdagang di kawasan Dermaga Tanjung Ru, Desa Bakit, Bangka Barat.
Warga yang transit di Tanjung Ru, Desa Bakit memberikan efek pertumbuhan ekonomi. Banyak warung-warung bermunculan, yang kini semakin eksis saat ada aktivitas pertambangan di Teluk Kelabat dan membantu ekonomi warga. (Bagian II)
BANGKAPOS.COM, BANGKA - Geliat pertumbuhan ekonomi di kawasan Dermaga Tanjung Ru begitu terasa saat memasuki kawasan yang terletak di Desa Bakit, Parit Tiga, Bangka Barat, Jumat (22/7/2022).
Warung-warung kecil tampak memenuhi setiap sisi kawasan pemberhentian pompong.
Bahkan pedagang kecil yang mengendari motor, tampak berlalu lalang menjajakan jualannya.
Para penumpang pompong yang baru saja turun, terlihat menghampiri warung-warung itu untuk beristirahat sejenak.
Saling bercengkerama mereka tampak menikmati setiap menu warung yang disajikan.
Babe (65), seorang pemilik warung di kawasan itu mengaku telah lima tahun berdagang di sana.
Pria usia lanjut itu memanfaatkan momentum penyeberangan warga antara Belinyu dan Desa Bakit.
"Jadi saya inisiatif buka warung di sini, karena ketika orang baru turun dari pompong bisa berteduh dulu, nyantai, atau orang yang hendak ke Belinyu bisa berteduh dulu di warung," tuturnya kepada bangkapos.com.
Menurutnya, tak jarang para penumpang singgah dulu di warung miliknya lantaran menunggu pompong berangkat.
Jumlah penumpang minimal lima orang, baru pompong bisa berlayar.
Maka saat menunggu, warungnya menjadi sasaran para penumpang untuk berteduh atau sekadar beristirahat melepas penat.
Kepada Bangkapos.com, pria yang boleh disebut sesepuh ini menuturkan, dirinya dapat meraih omzet Rp300 ribu - Rp400 ribu per hari saat awal warung dibuka.
Jumlah tersebut didapatkan melalui para warga yang hendak dan tiba dari penyeberangan di Teluk Kelabat.
Namun, pendapatannya justru kian bertambah saat ada aktivitas penambangan timah di Perairan Teluk Kelabat sejak tujuh bulan lalu.

Babe mengaku dapat meraup Rp8 juta per harinya saat itu.
Hal ini lantaran saat itu belum banyak warung kecil yang berdiri seperti saat ini, sehingga para pekerja timah berbondong-bondong ke warung miliknya.
Namun saat ini Babe meraih omzet sekitar Rp700 ribu per hari, sebab telah terbagi ke beberapa warung kecil di sekitar dermaga yang banyak bermunculan.
"Kalau ramai tidak terlalu, biasa saja, kalau ramai itu saat awal dibuka TI ," kata dia.
Dirinya sangat bersyukur, dengan aktifnya moda transportasi pompong dan penambangan timah ini.
Sebab, hal inilah yang membuat perekonomian di sekitar Tanjung Ru tampak hidup, sehingga tercipta lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat di kawasan pesisir.
"Semuanya harus disyukuri. Walapun seadanya, tapi sejak ada penyeberangan ini, kawasan di sekitar menjadi ramai, orang-orang tidak perlu mutar jauh kalau ke Belinyu," tutur Babe.
Tidak hanya pemilik warung kecil, pemilik pompong pun turut ketiba rezeki dari aktifnya penyeberangan di Perairan Teluk Kelabat.
Baca juga: Ekspedisi Bangka Pos Mantung-Tanjung Ru, Warga Merasa Beruntung Pompong Melayari Teluk Kelabat
Seperti yang dirasakan, Hasan (60). Dia merasa sangat bersyukur bisa membawa penumpang setiap hari walau tak banyak.
Setiap hari ia mampu membawa dua kali penumpang menuju Belinyu.
"Satu kali bawa itu enggak nentu ya, kadang ada belasan, dan ada juga 10 orang," ucapnya.
Hasan mengaku, inilah profesinya yang bisa dijalaninya di usia lanjut ini.
Omzet yang didapatkannya sekitar Rp300 ribu per hari, namun meningkat sejak adanya TI di kawasan itu.
"Sejak ada TI ni lah ningkat, kalau tidak ada TI sepi di sini," ucapnya.
Melaui pompong ini pula, dia dapat menghidupi istrinya.
Sementara kedua anaknya telah berkeluarga. (Bangkapos.com/Akhmad Rifqi Ramadhani)