Berita Sungailiat

Harga TBS Kelapa Sawit Mulai Merangkak Naik, Tembus Rp1.830 per Kg  

Harga tandan buah segar (kelapa sawit di tingkat perusahaan pabrik kelapa sawit (PKS) yang ada di Kabupaten Bangka, Agustus 2022 merangkak naik.

Penulis: edwardi |
bangkapos.com
Petani kelapa sawit mandiri sedang memanen dan mengangkut TBS kelapa sawit dari kebunnya untuk dijual. (Bangkapos.com/Edwardi) 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat perusahaan pabrik kelapa sawit (PKS) yang ada di Kabupaten Bangka, Bulan Agustus 2022 mulai merangkak naik, meskipun dinilai masih merugikan petani kelapa sawit mandiri.

Berdasarkan info harga TBS kelapa sawit mandiri atau nonmitra yang dikeluarkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hari ini, Senin 15 Agustus 2022 untuk 8 pabrik kelapa saeit (PKS) yang ada di Kabupaten Bangka terdata harga paling rendah Rp1.560 per kg dan harga tertinggi Rp1.830 per kg TBS.

Petani kelapa sawit mandiri Kelurahan Lubuk Kelik Kecamatan Sungailiat, Athung mengatakan meskipun harga TBS kelapa sawit mandiri di bulan Agustus ini ada kecenderungan naik sedikit demi sedikit, namun harga ini belum menggembirakan para petani.

"Kalau di tingkat petani saat ini sekitar Rp1.300 sampai Rp1.400 per kg TBS kelapa sawit, namun dengan harga seperti ini para petani baru bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan belum bisa menabung agar bisa membeli pupuk, apalagi saat ini harga pupuk nonsubsidi melambung tinggi," kata Athung ditemui di kebunnya, Senin (15/08/2022).

Diharapkannya, pemerintah pusat agar memperpanjang masa berlaku penghapusan kebijakan pungutan ekspor (PE) hingga harga TBS kelapa sawit mandiri kembali ke harga di atas Rp3.000 per kg TBS.

"Kebijakan penghapusan pungutan ekspor (PE) inikan berlaku hingga 31 Agustus 2022 nanti, namun hingga pertengahan bulan ini harga TBS kelapa sawit mandiri belum juga di atas Rp2.000, kalau kebijakan penghapusan pungutan ekspor ini kembali berlaku maka harga TBS kelapa sawit mandiri diperkirakan kembali anjlok," imbuh Athung. 

Diharapkannya, agar kebijakan penghapusan pungutan ekspor ini bisa diperpanjang lagi karena stok CPO di dalam negeri saat ini masih banyak belum bisa diekspor. "Iya kalau harga TBS kelapa sawit mandiri sudah normal lagi baru ditinjau lagi kebijakannya," ujar Athung.


Sementara itu Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Kabupaten Bangka, Jamaludin mengatakan saat ini musim panen TBS kelapa sawit petani mandiri sudah semakin habis dan memasuki musim trek (tak berbuah).

"Biasanya sekali panen dapat 10 ton, saat ini paling dapat 5-6 ton karena masa panen TBS kelapa sawit semakin berakhir dan akan mengalami musim ngetrek," kata Tipek, sapaan akrabnya.

Diakuinya, dengan rendahnya harga TBS kelapa sawit  sehingga petani kelapa sawit mandiri saat ini belum mampu membeli pupuk nonsubsidi yang harganya terus naik.

"Apabila kebun kelapa sawit tidak dipupuk secara pupuk kimia dikhawatirkan tahun depan produksi kebun juga akan menurun, karena pohon sawit sakit atau stres karena kurang perawatannya dan dahan pohon kelapa sawit juga menjadi liat atau keras, juga malas berbuah," katanya. (Bangkapos.com/Edwardi)


 
 

Sumber: bangkapos.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved