Cerita Livey Van Wyk, Penyintas HIV yang Pernah Jadi Wali Kota Termuda di Namibia
Semuanya dimulai sebagai anak kecil yang tidak bersalah di sekolah, dan kemudian saya hamil. Saya sedang hamil 5 bulan saat itu, ketika saya ...
BANGKAPOS.COM -- Perempuan asal Namibia bernama Livey Van Wyk membuktikan bahwa penyintas HIV masih bisa melanjutkan hidupnya.
Seperti diketahui, belum lama ini jagat maya dihebohkan dengan banyaknya ibu rumah tangga (IRT) dan ratusan mahasiswa di Bandung yang terinfeksi human immunodeficiency virus ( HIV).
Hal itu tentu rentan memicu munculnya stigma dan penolakan dari lingkungan sosial terhadap keberadaan para penyintas HIV.
Akibat stigma tersebut, tak sedikit penyintas HIV ingin mengakhiri hidupnya karena merasa sudah tidak memiliki harapan lagi.
Namun, tidak bagi Livey Van Wyk. Ia membuktikan penyintas HIV masih bisa melanjutkan hidupnya.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Terbaru Sabtu, 27 Agustus 2022, di Indomaret dan Alfamart: Tropical hingga Sania
Baca juga: Hari Ini Luna Maya Banjir Ucapan dari Rekan Artis, Ternyata Genap Berusia 39 Tahun
Baca juga: Kapan JHT Bisa Dicairkan? Tak Perlu Tunggu Usia 56 Tahun, Simak Aturan Terbaru Permenaker Ini
Baca juga: Curhat Pemuda Pengidap HIV yang Dikucilkan dan Dipecat, 4 Tahun Minum Obat Hingga Ngaku Negatif
Baca juga: Bacaan Doa Memohon Disegerakan Jodoh Baik untuk Laki-laki Maupun Perempuan
Baca juga: Via Vallen dan Chevra Yolandi Saling Bongkar setelah Menikah, Chevra: Kamu Ngorok Ya
Mantan walikota termuda ini, kemudian menceritakan pengalaman dan perjalan kariernya sebagai penyintas HIV.
Cerita berawal ketika Livey Van Wyk mengaku mengetahui dirinya hamil dan mengidap HIV-positif saat berusia 17 tahun.
“Semuanya dimulai sebagai anak kecil yang tidak bersalah di sekolah, dan kemudian saya hamil. Saya sedang hamil 5 bulan saat itu, ketika saya menerima telepon dari dokter yang mengatakan saya harus segera datang. Saya sampai di sana dan ada banyak orang yang menunggu untuk memberi tahu saya bahwa saya mengidap AIDS dan akan mati,” cerita Livey Van Wyk pada tahun 2013 dilansir dari Parapuan.co.
Stigma yang melekat pada masyarakat, membuat Livey frustasi.
“Satu-satunya hal yang saya tahu tentang HIV adalah bahwa itu adalah hukuman mati. Saya tidak ingin mati. Saya hanya seorang anak kecil dan memiliki banyak mimpi,” ujar Livey Van Wyk.
Saat ribuan anak-anak dan remaja di Namibia dan Afrika banyak yang terinfeksi HIV, ia melihat banyak orang sekarat.
Hal tersebut dikarenakan langkanya akses layanan kesehatan bagi penyintas HIV.
Tak dapat dipungkiri, kejadian itu menciptakan kepanikan dan ketakutan pada masyarakat Namibia.
Baca juga: Momen Polwan Tertunduk Sedih di Ruang Sidang, Usap Mata Setelah Ferdy Sambo Dipecat jadi Sorotan
Baca juga: Sosiolog ini Beberkan Penyebab Siswi SMP dan SMA Terlibat Prostitusi Online di Pangkalpinang
Baca juga: Inilah Persyaratan dan Cara Klaim Saldo JHT Online dan Offline Tahun 2022
Baca juga: Ketika Taufan Damanik Bentak Ferdy Sambo: Kau Jangan Kurang Ajar Sama Komnas HAM
Baca juga: 5 Bacaan Doa Agar Terlihat Cantik dan Bercahaya, Aura Wajah Terpancar Setiap Hari