Bangka Pos Hari Ini

Belasan Tahun Mengabdi, Guru Honorer Ini Sedih Terancam jadi Pengangguran, Ini Curahan Hatinya

Tenaga honorer mulai khawatir akan kehilangan pekerjaannya, setelah ada wacana dari pemerintah pusat untuk menghapus tenaga honorer mulai tahun 2023.

Editor: nurhayati
Bangkapos.com
Bangka Pos Hari Ini, Rabu, 14 September 2022. 

BANGKAPOS.COM, BANGKA -- Tenaga honorer mulai khawatir akan kehilangan pekerjaannya, setelah ada
wacana dari pemerintah pusat untuk menghapus tenaga honorer mulai tahun 2023.

Tahapan rencana penghapusan tenaga honorer ini diawali dengan pendataan tenaga honorer oleh pihak pemerintah daerah, berdasarkan Surat Menteri PANRB No. B/1511/M.SM.01.00/2022
tanggal 22 Juli 2022.

Kekhawatiran akan hilang pekerjaan dirasakan oleh Yulita (38), yang berprofesi sebagai tenaga pendidik di SD Negeri 5 Bakam, Kabupaten Bangka.

Kecintaan Yulita mendidik anak-anak telah mengantarkannya mengabdi menjadi guru honorer selama 16 tahun.

Sebagai tenaga honorer yang telah mengabdi selama belasan tahun, tentu merasa sedih bila sudah tidak bisa lagi mengajar di sekolah, setelah pemerintah menghapus tenaga honorer dan menggantinya dengan tenaga Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

“Sangat disayangkan kalau memang dihapus nantinya, kasian guru-guru yang honorer yang telah mengabdi sudah lama,” keluhnya kepada Bangka Pos, Selasa (13/9/2022).

Namun, menjadi pengangguran bukan hal utama yang paling dikhawatirkan.

Bagi Yulita yang dikhawatirkannya karena guru menjadi profesi yang sangat dicintainya sejak dahulu.

Meski hanya berstatus guru honorer, tak menyurutkan semangat dan dedikasinya mengajar anakanak.

Baginya, profesi guru merupakan panggilan jiwa sekaligus wadah menebar amal jariyah ilmu.

Rasa syukur dan ikhlas yang ditanamkannya menjadikan guru sebagai panggilan hati.

“Ketika mengajar itu ada perasaan senang, tidak ada beban sama sekali, melihat anak-anak kita sukses itu adalah hal terindah bagi seorang guru,” ungkapnya.

Walaupun gaji yang diterima tak cukup besar, namun ketika mengajar Yulita mengaku senang melihat tumbuhkembang anak dan mengawal proses pembelajaran anak.

Kini nasib Yulita bersama tenaga honorer lainnya berada di ujung tanduk, di tengah ketidakpastian.

Ikut tes PPPK belum bisa menjamin mereka lolos. Hal itu pula yang menjadi kegundahannya sejak adanya kebijakan ini.

Sumber: bangkapos.com
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved